Waktu yang tak di tunggu Yasmin akhirnya tiba, besok, suaminya sudah di suruh oleh sang kapten untuk naik ke kapal. Dan malam ini adalah malam bagi Yasmin sangat sibuk merapikan barang-barang sang suami. Mulai dari baju, perlengkapan mandi, parfum, skincare, semuanya Yasmin siapkan sedetail mungkin. Benar kata orang, jika perempuan yang merapikan barang pasti muak dalam koper. Dan jika laki-laki yang merapikan, baju tiga saja tak muak dalam koper.
Selesai Yasmin merapikan baju baju suaminya, kini Yasmin masak banyak. Ia mau suaminya tetap sehat saat menjalani tugasnya. Mana ada tetap sehat kalau Lukman sudah ada di sana, masakan mu sudah hilang kalau sudah berhari-hari, Yas.
Selesai masakannya jadi, Yasmin langsung memanggil sang suami untuk makan di meja makan, seperti biasanya. Seakan-akan dunia milik berdua, mereka makan saling suap-menyuap. Yasmin seketika melupakan tenteng suaminya yang akan berangkat besok. Selesai makan, keduanya pun langsung beristirahat. Yasmin tak mau suaminya dan telat untuk bangun. Tenang saja, Yasmin sudah mencuci piring bekas makannya.
°°°°°°
Yasmin terbangun kan karena suara alarm sang suami dari handphonenya, ia memperbaiki duduknya terlebih dahulu lalu ia masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudhu. Lukman yang perlahan sadar dan melihat istrinya sudah tak ada di sampingnya, ia tahu jika istrinya sekarang tengah mengambil air wudhu untuk solat tahajjud. Ia pun bangun dari tidurnya dan menyusul sang istri di sana, selesai mereka mengambil air wudhu, mereka berdua pun solat dengan sangat khusyuk. Hanya detak jarum jam yang bersuara malam ini. Sepertinya biasanya, di saat sujud terakhir, Lukman meneteskan air matanya. Begitu juga dengan Yasmin, bagi Yasmin saat ini, seakan-akan malam ini adalah malam yang sangat berharga.
'assalamualaikum warahmatullah'
Selesai salam terakhir, Yasmin langsung mengangkat tangannya untuk berdua kepada sang pencipta alam semesta. Yasmin berdoa dengan iringan tangisan, itu membuatnya tersedu-sedu. Lukman yang mau menghapus air mata perempuannya itu terhalang, karena perempuannya sangat khusyuk saat berdoa. Ia pun hanya terdiam mendengar doa perempuannya meski samar-samar di pendengarannya.
'Aku mohon kepadamu yang menciptakan alam semesta ini, jaga suami hamba di sana dengan sangat baik. Hamba hanya tau kabarnya saat ia memberitahu ku, di sini, hamba akan tetap jaga hati untuknya di sana. Semoga dia juga menjaga hatinya untuk hamba di sini, jika terjadi sesuatu padanya, hamba mohon tetap kembalikan ia meski tak seperti saat ia pergi'
Selesai mengucapkan permintaan kepada sang pencipta nya, Yasmin langsung memeluk Lukman. Ia ingin menangis sejadi-jadinya di hadapannya suaminya, ia tak mempermasalahkan wajahnya yang seperti apa sekarang. Yang ia pikirkan hanya satu, suaminya seorang. Lukman tak bisa apa-apa saat ini, yang ia lakukan hanya mengelus punggung istrinya dan mengucapkan kata, dan kata itu selalu saja terulang.
"Aku akan baik-baik aja, sayang!"
°°°°°°
Jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat, Yasmin sudah siap untuk mengantar sang suami ke pelabuhan. Begitu pun dengan Lukman, ia sudah siap sekarang. Mamah, ayah, Tante Mer, Gilang, Amanda, kedua anak ayah, hingga kedua orang tua Lukman sudah berada di rumah sejak subuh tadi. Mereka semua mau mengucapkan selamat untuk Lukman yang akan berangkat sebentar lagi.
Saat Lukman ingin memeluk kedua orang tuanya, tiba-tiba handphone nya berbunyi. Ia pun menunda pelukan itu, ia ingin mengangkat telfon itu karena yang menelfon sang kapten. Selesai berbicara kepada sang kapten, Lukman pun langsung memeluk kedua orang tua nya terlebih dahulu yang sempat tertunda.
Selesai memeluk kedua orangtuanya, ia langsung memeluk satu persatu orang yang ada di sana. Kecuali istri David, Brian, Amanda, dan juga istrinya. Biarlah saat ia mau naik ke kapal baru ia memeluk sang istri. Yasmin yang sejak subuh belum juga selesai meneteskan air mata itu, ia tak sanggup dengan ini semua.
Semua orang memberinya ucapan selamat, semua orang tersenyum manis kepadanya kecuali sang istri. Yasmin hanya menyandarkan kepadanya ke bahu ayah, ayah tak bisa melihat anak satu-satunya perempuan itu menangis. Ayah pun mulai meneteskan air matanya, saat ayah meneteskan air matanya, Lukman langsung menghampiri ayah dan langsung menghapus air mata itu. Ia berpesan kepada sang ayah mertua, "yah, Lukman titip perempuan Lukman untuk, ayah." Ucapnya langsung memeluk laki-laki paruh baya itu.
Selesai itu, Lukman pun mulai naik ke atas mobil yang dan menyupirinya adalah ayah. Hanya Yasmin dan ayah yang mengantar Lukman ke pelabuhan. Setibanya di pelabuhan, hati Yasmin semakin hancur. Yasmin tak kuat jalan lagi hanya di bantu oleh ayah untuk berjalan, Yasmin ingin terlihat kuat di depan suaminya itu. Tetapi Lukman tahu apa isi hati istrinya saat ini.
Semua teman seangkatan Lukman sudah berada di atas kapal, tersisa Lukman seorang yang masih berada di samping istrinya. Lukman mendekati istrinya dan tersenyum paksa, Lukman memegang dua pipi memerah itu dan langsung mengecup kening yang sudah berkeringat dingin itu. Selesai mengecup kening sang istri, Lukman tersenyum manis menahan air matanya dan berkata. "Jika terjadi sesuatu pada ku, jangan pernah melupakan ku!" Kata-kata itu membuat hati Yasmin semakin remuk.
Yasmin yang tak berdaya hanya mengais dan menangis, hingga ayah memegang tangan anaknya yang masih memeluk erat tubuh Lukman. Ayah yang tahu apa yang anaknya rasakan ia juga rasakan.
"Nak, suamimu akan baik-baik saja, tak akan ada yang terjadi padanya. Dia akan kembali padamu seperti semula, tak ada yang kurang" ucapan ayah perlahan meyakinkan Yasmin untuk melepas suami itu.
Yasmin melepas pelukan itu dan tersenyum ke suaminya. Ia berucap, "kamu harus janji sama aku, kalau kamu akan kembali kepadaku dengan utuh. Tak boleh ada yang berubah dari mu" ucap Yasmin langsung mendapat usapan tangan manis dari suaminya.
Lukman tersenyum, ia masih menahan air matanya itu. Ia tahan karena istrinya sekarang baikan. "Jika aku pulang dengan tak utuh, apakah kamu masih menerima ku?" Tanya Lukman.
Yasmin memasang wajah cemberut nya dan berkata, "tak utuh maupun utuh, kau akan tetap menjadi suamiku, hidup mati ku" ucap Yasmin.
Nama Lukman sudah di panggil oleh sang kapten, Lukman pun perlahan berjalan meninggalkan istrinya dan mertuanya di sana. Yasmin tersenyum dan melambaikan tangan ke suaminya, Lukman pun pergi dengan hati tenang. Tak ada lagi yang harus ia khawatirkan, karena ia sudah menitipkan perempuannya untuk ayah mertua.
Sepulang Yasmin ke rumah, ia kembali teringat ke suaminya. Ia kembali teringat saat-saat ia duduk berdua, makan berdua dan bercanda berdua. Ia mengingat itu semua, Yasmin hanya tersenyum dan memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum Dhuhur mendatang.
°°🦋🦋🦋°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketiga Anak Ayah (Ending)
Teen Fiction(Cerita ini menceritakan tentang keluarga) °°🦋🦋🦋°° "Ayah kita itu tegas tapi, penyayang. Jika kita bertiga sakit, pasti ayah yang sangat pusing. Tapi, jika kita sudah sembuh, sifat ayah kembali ke semula, tegas. Kita pernah berfikir, lebih baik s...