1. PROLOGUE

248 20 2
                                    

Sebuah mobil melesat, kemudian berhenti di sebuah rumah yang sudah kosong selama tiga tahun lamanya. Pemiliknya pindah, dan menjual rumah tersebut. Rumah yang terlihat nyaman, minimalis dengan desain yang mewah. Akan terlihat indah, jika diberi sentuhan beberapa tanaman hidup di sekitar lahan kosongnya.

Sebuah keluarga sedang sarapan, mendengar suara mobil yang cukup bising menimbulkan keingintahuan mereka.

"Jadi emang rumah depan di isi?" Tanya Umar pada istrinya yang sedang mengoles roti yang akan di berikan pada putrinya.

"Oh, udah datang.. wah kita punya tetangga baru dong.. pulang kerja nanti kamu pulangnya jangan terlalu larut, Yah.. kita kenalan, yaa silaturahmi" pinta Nesha pada suaminya yang tengah menyantap makanan.

"InsyaAllah, Ayah usahakan ya.." ucap suami yang sangat menyayangi istrinya itu.

Nesha tersenyum, ia tak pernah berhenti bersyukur telah bertemu dengan suaminya empat belas tahun silam. Sekalipun ia tak akan bersamanya sampai akhir hayat, Nesha sangat bersyukur telah diberikan kesempatan mendampinginya sampai detik ini.

Dunia ini sempit, sebelum ia pergi meninggalkan suaminya menuju sang khalik, ia ingin membuat suaminya bahagia, setidaknya ia tahu siapa wanita yang pernah membuatnya bahagia. Nesha sudah mencari tahu segalanya. Sampai pada saat hari itu tiba, seakan menjadi jawaban atas niat baiknya.

Tetangga baru itu, rumah kosong yang berada tepat di depan rumahnya di isi oleh seseorang di masalalu Suaminya. Seharusnya sebagai seorang istri dengan empat orang anak ia akan merasa terganggu dengan adanya orang di masalalu, tetapi tidak bagi Nesha. Dia ikhlas, sekalipun masalalu itu menjadi masadepan Umar kelak.

"Sayang, bekal ayah mana?" Panggil Umar pada istrinya. Nesha datang dengan kotak nasi berwarna abu.

"Gak akan aku lupa lagi deh Yah, biar siangnya bisa terus inget aku.." Umar menatap istrinya itu dengan tatapan teduh. Istrinya ini sangatlah sempurna.

"Mahira, udah siap nak?" Tanya Umar dengan nada lembut. Dia pria baik yang memperlakukan orang-orang yang di sayangnya sangat spesial.

"Sudah ayah.." jawab Mahira.

Umar mengecup kening Nesha, kemudian Nesha pun mengecup punggung tangan suaminya itu di lanjut dengan Khalid, dan juga Yusuf yang mengecup punggung tangan ayahnya.

Bahagia, sangat bahagia keluarga itu. Nesha wanita shaleha itu masuk kedalam rumah setelah suaminya berangkat bekerja. Yang akan ia lakukan saat ini adalah, menyuapi putri bungsunya yang berusia enam bulan. Melihat putrinya hatinya menjerit. Bisakah ia melihat Medina tumbuh? Ia melihat kembali kedua putranya yang tengah bermain, mereka masih sangat kecil untuk ditinggalkan seorang Ibu, vonis dokter sangatlah membuatnya terpukul dimana selain tidak bisa memiliki keturunan lagi, ia mengidap penyakit kanker yang membuatnya semakin lemah saja.

Mengetahui penyakit yang diidapnya Nesha mencaritahu tentang masalalu suaminya, walaupun suaminya itu sangat mencintainya setidaknya ia memiliki masalalu yang sangat Nesha tahu, wanita itu masih menetap di lubuk hati Umar walaupun kini ada dirinya. Dan pada akhirnya ia mendapatkan informasi yang benar-benar akurat.

Dua minggu yang lalu...
Umar beserta keluarganya pulang untuk menemui Mamanya di sebuah kota besar di jawa barat. Selama berada disana Nesha berkesempatan datang ke rumah mantan kekasih Umar dahulu, info yang ia dapatkan tentu akurat, dimana Humairah adik Umar tahu bagaimana masalalu Umar.

Hanya ada dua wanita yang Umar bawa ke rumahnya. Di kenalkan pada orangtuanya, wanita itu termasuk Nesha. Lalu, wanita sebelum Nesha siapa? Humairah yang dengan berat hati menjawab sebuah nama.

"Kak Nes, gak enak lah itu masalalu abang Umar. Aku gak mau lho nanti malah Abang marah sama aku." Ucap Humairah yang ragu. Namun Nesha bisa meyakinkan Humairah.

"Kan Kakak yang tanya, gak apa kok Kak Nes janji gak akan sampe bocor sama abang." Jawab Nesha. Humairah menarik napasnya.

"Nuraisyah" jawab Humairah.

Nama yang indah.
Humairah adalah saksi hubungan antara Nuraisyah dan abangnya. Nuraisyah wanita baik, abang Umar pun sangat mencintai Nuraisyah, namun ada hal yang tidak bisa abang Umar dapatkan dari Nuraisyah. Dan pada akhirnya hubungan itu berakhir.

"Terus, Abang Umar galau gak pas putus sama Nura?" Tanya Nesha antusias.

"Yang Aku tahu sih iya.. tapi gimana lagi? Abang sendiri yang mengakhiri hubungannya dengan Kak Nura." Nesha semakin tidak menyangka. Jika dia mencintai mengapa dia melepaskan itulah yang di pikirkan oleh Nesha.

Selama di kota tersebut, Nesha berjalan-jalan, ia mencari alamat Nuraisyah, sampai pada akhirnya ia mendapatkannya. Sebuah rumah sesuai alamat. Ia tersenyum, jantungnya berdebar. Mampukah dirinya bertemu dengan mantan kekasih suaminya? Hanya Humairah yang bisa menjelaskan detail tentang hubungan antara Umar dan Nuraisyah, yang lain tidak. Seolah menutup semua jawaban. Apakah Nuraisyah tidak baik? Hingga teman-teman Umar pun hanya menjawab seadanya saja.

Nesha menekan tombol bel. Ia berdiri di depan pintu rumah berwarna coklat itu. Rumah ini yang pernah ia lihat di salah satu foto suaminya. Terdengar sebuah langkah, dan pintu pun terbuka.

Nesha berdiri tersenyum pasti dengan apa yang ia lihat di depannya.
"Assalamualaikum?" Ucap Nesha. Seorang wanita berdiri disana, mengenakan pakaian rumah serta memakai kacamata yang cukup tebal.

"Waalaikumsalam, mau ke siapa ya?" Tanya wanita tersebut. Nesha gugup, namun ini sudah masuk dalam list perencanaan.

"Nuraisyah?" Tanya Nesha. Wanita di depannya kini membuka pintu lebar-lebar, ia tersenyum ramah.

"Oh, teteh udah gak disini. Sesekali dia ke Bandung. Dia kerja di Jakarta, masuk Yuk teh.." ajak wanita ramah itu. Nesha pun masuk. Ia di persilahkan duduk.

"Tadinya emang teteh mau pulang, sudah dua tahun dia kerja di Jakarta. Cuma katanya kerjanya di perpanjang, terus dia tuh baru dapet rumah gitu. Ah.. yakin gak akan pulang-pulang, teh Nura mah." Ucap Wanita tersebut. Nesha tersenyum

"Kalau teteh ini siapa?" Tanya Nesha.

"Saya sodaranya. Latifah," jawabnya sambil mengulurkan tangannya dengan ramah. Nesha tersenyum, tidak lama ia mendapatkan pertanyaan.

"Kalau teteh siapa?" Tanya Latifah. Nesha menjawab dengan jujur bahwasanya ia adalah istri dari Umar. Melihat tanggapan Latifah yang terkejut.

"Teh, apa teh Nura bikin masalah? Setahu aku teh Nura tidak pernah sama sekali menghubungi atau di hubungi oleh Abang Umar." Ucap Latifah yang terlihat terkejut campur khawatir

"Enggak ada apa-apa kok, saya hanya ingin bersilaturahmi saja. Saya ingin tahu bagaimana kabar Nura setelah tiga belas tahun ini. Apa masalah yang mereka hadapi sampai berakhirnya hubungan mereka, setahu saya.. Abang Umar bukan tipe pria hidung belang. Saya tahu Abang masih menyimpan perasaan untuk Nura." Jawaban Nesha membuat  Latifah tersenyum. Latifah pun menceritakan bagaimana mereka berpisah yang berakhir dengan jatuh sakitnya Nuraisyah yang mengharuskan dirinya di rawat selama dua minggu lamanya.

MASIH ADA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang