23. PERNIKAHAN NURA

57 8 5
                                    



Usai shalat subuh, Nura memandangi dirinya di cermin, menatap gaun kebaya beserta kenangan saat fiting, tawa dan canda seolah memutari di kepalanya, Ivan.. Nura merindukan Ivan. Ia menarik napas, jika pun tak jadi, setidaknya ia sudah menantinya.

"Sayang, udah siap? Ibu rias sudah menunggu di luar" ucap Ibu. Nura menatap ibunya dan memeluknya, gelisah memenuhi sanubarinya.

"Nura bisa gak ya, Bu? Menikah.." ucap Nura sambil memeluk Ibunya.

"Bisa, ini yang kamu tunggu-tunggu," ucap Ibu. Nura pun hanya tersenyum tipis. Nura pun mulai di rias, usai di rias, Latifah datang..

"Nunggu disini saja, sampai ijab kabul beres! Nanti, kalau sudah kamu keluar, sama aku di dampingi.." ujar Latifah. Nura berdebar, apakah Ivan datang? Benarkah Ivan datang? Ia menarik napas dalam-dalam.

Ia menatap dirinya di cermin, sambil berucap dalam hati.
"Bismillah.. ya, Allah.. siapapun yang akan mengucap ijab kobul, aku siap menikah hari ini, dan melanjutkan hidupku sebagai seorang istri. Aku ikhlaskan semuanya, aku serahkan semua jalan kebaikan yang menurutmu baik untuk kehidupanku selanjutnya. Entah itu Ivan atau pun Umar, aku akan menerima jalan takdir yang sudah kau pilihkan untukku, ya rabb..."

Nura memejamkan matanya, ia sudah dalam memasrahkan dirinya. Jika Ivan tak datang, apa mungkin Ivan menyerah dan membiarkan Umar mengisi tempat itu? Tidak mungkin Nura.. jangan berpikir seperti itu..

Perang batin di mulai, belum lagi Latifah yang excited mendengar suara ijab kabul yang akan segera berlangsung.

"SAYA TERIMA NIKAH, DAN KAWINNYA NURAISYAH RAHMAN BINTI RAHMAN, DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT DIBAYAR TUNAI!!"

Semua berseru mengucap syukur..
"Alhamdulillah..." Latifah berbalik dan tersenyum bahagia.
"Alhamdulillah, kamu sah lho! Jadi istri, selamat ya Nura..." ucap Latifah sambil memeluk Nura.

Nura menangis, menangis haru dan bertanya-tanya dalam dirinya.
"Siapa?"
"Siapa?"
"Siapa?" Batin Nura.

Nura di bawa menuju mempelai pria, Nura berjalan dengan cantik dan sangat anggun, ia menundukan kepalanya.
"Ngapain nunduk, malu hemm?" Tanya Latifah.
"Lihat tamu-tamu yang datang, semua tersenyum bahagia." Ucap Latifah.

Nura menarik napasnya bersiap. Ia melihat kanan dan kirinya, semua tersenyum menyambutnya dan, apa yang ia lihat? Seseorang duduk di depan penghulu, kemudian Nura pun duduk di samping pria tersebut.

"Jadi, neng Nura ini sudah resmi menjdi istri sah dari sodara, Ivan..? Benar Ivan?" Tanya penghulu.

Batin dan hati Nura menghangat, ia berbalik dan melihat pria di sampingnya, Ivan tersenyum dan mengulurkan tangannya.

"Assalamualaikum, istriku..?" Sapanya.
Nura menatapnya dan menangis bahagia. Semua menatap haru, dan berbahagia.

"Waalaikumsalam, suamiku" jawab Nura. Di kecup lah punggung tangan Ivan dan Ivan mengusap lembut puncak kepala wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya.

Umar dan istrinya menatap penuh haru dan bahagia, Nesha tersenyum menatap Nura, Nesha melirik suaminya yang menatap kedua mempelai itu, di raihnya tangan Umar dan di genggam lah oleh Nesha.

Dalam hati Nesha, ia berkata..
"Jika tidak hari ini, Mungkin di lain waktu, kalian bisa saling berbagi, dan berbahagia." Ucap Nesha dengan harapannya.

Semua bersorak, Nura kini resmi menyandang status istri Ivan. Terpancar aura bahagia, walau dalam hati Nura bertanya-tanya, Ivan.. kejutan yang ia lakukan membuat Nura nyaris terluka.

Umar dan Nesha memberi selamat pada kedua mempelai, dan saat Umar dan Nura berjabat tangan, mereka merasakan hati yang berkecamuk. Di tariklah tangan Umar, dan Nura memeluknya.

"Terima kasih, sudah mencintai aku sampai saat ini, dan biarkan aku mencintai oranglain seperti halnya kamu." Ucap Nura dalam pelukan tersebut.

Umar melepas pelukannya dan membelai wajah cantik Nura.
"Kamu berhak mendapatkan cinta dan mencintai siapapun, Nura." Nura tersenyum, Nesha menatap haru pada Nura dan Umar, Ivan di peluk Umar, sambil mengucap kata untuk Ivan agar menjaga Nura dengan baik.

Keduanya dalam keikhlasan masing-masing, saling mengikhlaskan, saling melepaskan cinta yang masih melekat namun tidak sepenuh dulu. Beberapa kali Umar menarik napasnya, melihat Nura bersanding dengan orang lain memang sedikit membuat hatinya tak nyaman, namun setidaknya ia mengerti, inilah perasaan yang Nura rasakan saat dia berada di dekat Nesha.

Senyuman Nura yang terlihat bahagia sekali membuat Umar semakin perasaan hal yang tak nyaman. Ia berpikir yang tidak-tidak, ia berpikir akankah dia tersenyum semanis itu jika dulu Umar mempersuntingnya? Akankah Nura sebahagia itu jika Umar bersanding di sisinya. Tak kuasa rasa tak nyaman itu membuat air matanya menetes, tangannya menggenggam erat istrinya.

"Ayah nangis?" Tanya Nesha. Umar mengusap air matanya.

"Ayah hanya terharu, dan merasa bersalah melihat Nura." Jawab Umar. Nesha menangkup wajah suaminya itu.

"Apa ayah sudah ikhlas?" Tanya Nesha. Dengan mata yang berkaca-kaca Umar menarik napasnya dan melepas semua beban di hatinya.

"Ayah ikhlas sayang, ayah yang lebih dulu menyakitinya, dan tidak ada yang bisa menghukum ayah dengan rasa tidak nyaman ini, kecuali melihat seseorang yang benar-benar bahagia disana. Ada setitik rasa sesal, namun itu tidak serta merta menjadi noda yang membesar, ada syukur yang harus di syukuri, memiliki kamu yang sudah memberikan malaikat-malaikat kecil untuk ayah." Nesha tersenyum.

"Alhamdulillah..." ucapnya.

Umar maupun Nura sudah sama-sama mengikhlaskan bahwasanya cinta lama itu sudah menjadi masalalu, tidak perlu mengharapkan hal yang dapat merusak kebahagiaan oranglain, atau pun harus mengorbankan perasaan orang-orang yang sudah mencintai dengan sabar, dan menunggu dengan penuh harapan.
Kebahagiaan Nura berada di depan matanya, dan begitupun dengan Umar, kebahagiaannya ada dalam genggaman tangannya. Masalalu antara Umar dan Nura menjadi pelajaran bagi keduanya, semua selesai dengan kebahagiaannya masing-masing.

-END-

Berharap untuk sesuatu hal yang besar tak apa, tapi tidak boleh mengorbankan perasaan orang lain.
Walaupun merasa terluka, tutuplah luka itu dengan sebuah cerita yang indah.

Terima kasih dariku untuk yang sudah menunggu ceritaku,
terima kasih dariku untuk yang sudah memberikan vote dan komentar ♥️
Terima kasih banyak banyak
Semuanya
Big love untuk kalian.

MASIH ADA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang