Rasa sedih menyelimuti diri Nura, maksud dan tujuan seorang istri untuk suami dan mantan kekasih dari suaminya, di selimuti dengan keikhlasan dalam setiap langkahnya. Namun, apakah hal itu bisa di terima oleh Nura? Nura tidak habis pikir.Mendengar bahwa Nesha mengidap penyakit saja membuat Nura tidak bisa berkutik, apalagi mendengar sebuah penjelasan Nesha.
Saat itu ruangan hening, Nesha sudah cukup dengan istirahatnya. Suaminya tak kunjung tiba, Nesha tahu.. Umar tengah sibuk dan lupa membawa ponselnya. Jika tidak di mobil, mungkin Umar meletakan ponselnya di ruangannya.
Nura terlihat berdiri, menatapi jendela ruangan berkelas VIP itu. Dengan nada lirih, Nesha memanggilnya.
"Ra..?" Panggil Nesha. Nura pun berbalik, ia tersenyum dan segera menghampiri Nesha.
"Udah enakan mbak?" Tanya Nura. Nesha menganggukan kepala.
"Maaf sudah merepotkan kamu, tapi aku mohon jangan tinggalkan aku disini sendiri." Pinta Nesha. Nura tersenyum seraya mengenggam tangan Nesha.
"Enggak lah, Mbak! Mana aku tega tinggalin mbak sendiri?" Jawab Nura. Keduanya saling melempar senyuman.
"Mbak sudah sering seperti ini, kalau banyak pikiran pasti drop. Terima kasih sudah membawa kemari." Jawab Nesha.
"Mbak, lancang gak kalau aku ingin tahu, apa yang sebenarnya terjadi? Mbak sakit apa?" Tanya Nura dengan sedikit ragu di hatinya. Namun ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Nesha.
"Kenapa harus lancang?"
"Mbak sudah tidak ada harapan lagi, Ra. Mbak sudah di penghujung hidup Mbak." Jawab Nesha.Nura terbelalak.
"Maksudnya?" Tanya Nura lagi."Mbak mengidap kanker sudah stadium 3, mbak tidak bisa berbuat apa-apa lagi, walaupun memang mbak pun tidak hentinya berikhtiar, namun semakin hari keadaan mbak semakin lemah saja." Jawaban Nesha tentu membuat Nura tak menyangka, wanita di depannya ini seikhlas ini.
"Maka dari itu, Mbak memberitahu masalalu kamu dan Abang Umar kepada Ivan, apa yang terjadi antara kamu dan suami Mbak. Dia sempat terkejut, namun dia bisa menahan dirinya." Nesha tersenyum.
Jika Nesha tersenyum lain hal dengan Nura. Dia bingung harus merespon apa. Namun beberapa saat kemudian, Nura menjawab.
"Apa hubungannya, hubungan saya dengan penyakit mbak?" Tanya Nura.
Nesha tersenyum. Nesha pun menjelaskan dengan detail.
"Nura, mbak sudah mencari kamu selama ini. Di hati Abang Umar masih ada kamu, percaya sama mbak.. Umar masih mencintai kamu, jauh... dilubuk hatinya masih terukir nama kamu, maka dari itu.. Mbak mencari kamu, mencari tahu tentang kamu dan mendekati kamu dengan maksud tertentu" jawab Nesha yang kini mulai jujur.Nura yang mendapati kenyataan bahwa dirinya di cari oleh Nesha, bahkan Latifah berada di kubu Nesha, dia memberitahu semua tentang Nura
Pada Nesha, dari A sampai Z. Nura ingin sekali marah, namun ini bukan waktu yang tepat."Mbak, apa yang Mbak mau dari saya?" Tanya Nura.
"Mbak ingin kamu menjemput kebahagiaan kamu dengan Umar, kebahagiaan yang selama ini tertunda karena adanya aku. Nura, maaf jika selama ini-,"
"Mbak, jangan bicara seperti itu! Umar sudah mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa selama ini, dia membangun kebahagiaannya dengan susah payah, lalu mbak..? Mbak dengan mudahnya mengatakan seperti itu. Jika memang Umar masih menyimpan nama aku, kenapa mbak tidak menghargai usahanya selama ini yang sudah membangun kebahagiaan dengan mbak?" Jawab Nura.
"Jika ada alasan Mbak ingin melepaskan Umar, bukan aku alasannya Mbak, aku tidak bisa mewujudkan keinginan Mbak, aku sama sekali tidak berniat untuk merusak rumah tangga Mbak selama ini. Dengan melihat Umar sudah bahagia saja itu sudah memotivasi aku untuk melangkah maju, tidak lagi terkunci oleh masalaluku" Nura bersikeras bertahan."Melepaskan Umar, Mbak hanya ingin Umar bahagia setelah mbak tiada, mbak percayai kamu yang akan meneruskannya. Anak-anak mbak pun sudah merasa dekat dengan kamu, mbak memilih kamu Nura." Jawab Nesha kemudian. Mengingat Nura terus menerus menolak, Nesha pun mengatakan.
"Tidak sekarang pun tidak apa, Nura. Mbak paham dengan apa yang sudah terlanjur terjalin antara kamu dan Ivan, Mbak pun menginginkan kebahagiaan kamu, Ra. Namun jika suatu saat kamu tidak menemukan kebahagiaan dengan Ivan, lepaskanlah diri kamu, kembalilah pada Umar." Ucap Nesha.Nura terpaku dengan ucapan Nesha. Dalam pikiran Nura, mengapa Nesha meragukan kasih sayang Ivan? Bahkan selama ini, Nura mendapatkan rasa cinta itu dari Ivan.
"Mbak lega sudah menyampaikan semua itu ke kamu, Ra. Jika suatu saat mbak tidak hadir dalam setiap hri bahagia kamu, maafkan Mbak. Mungkin Mbak sudah tidak ada, Tapi Mbak meminta tolong, lihat keadaan anak-anak Mbak ya.." ucap Nesha.
Nura kembali terdiam, Nesha bergerak memunggungi Nura yang tengah duduk di sisi ranjangnya. Nura hanya bisa diam tidak bersuara, sedangkan Nesha, ia terdengar terisak.
Nura menarik napasnya, sampai pada akhirnya Umar membuka pintu.
"Assalamualaikum.." ucap salam Umar."Waalaikumsalam," sahut Nura, kemudian ia berkemas, dan pamit
"Saya permisi Mbak" ucap Nura kemudian berjalan. Umar yang baru saja tiba pun menahan Nura."Kamu pulang sekarang?" Tanya Umar. Nura tak menjawab ia hanya menatap Umar kemudian berlalu pergi. Nesha yang sedari tadi menangis, mengatakan.
"Kejar Nura, dia tidak bawa apapun.. dia kesini dengan ambulance, kalau bisa antarkan dia pulang" ujar Nesha.
Umar menarik napasnya. Mendengar ucapan istrinya itu, bukannya mengejar Nura, ia malah duduk di samping Nesha.
"Sudah cukup, Nesha."
"Jangan lagi memaksakan kehendak oranglain, sudah aku katakan bahwa Nura memiliki kebahagiaannya sendiri. Sudah, itu adalah pilihannya... jangan membebani pikiran Nura dengan permintaan kamu yang tidak masuk akal." Nesha berbalik, menatap suaminya yang mengatakan hal itu."Alasanku sudah jelas bukan?" Tanya Nesha. Umar mengangguk, namun tetap membantah.
"Sekalipun kamu tidak ada, aku akan berjuang untuk bisa menjadi ibu dan ayah terbaik untuk anak-anak kita. Jadi, cukup dengan pembahasan ini ya sayang, paham sampai disini." Nesha membuang wajahnya. Ia kembali memunggungi Umar.
Sedangkan di perjalanan pulang, Nura termenung. Dia menunggu Nura. Melihat kekasihnya termenung sambil berjalan, Ivan pun menghampiri Nura.
"Gak boleh lho, jalan sambil nge lamun." Nura pun melihat siapa yang berbicara sampai akhirnya Nura memeluk Ivan.
"Aku lagi mikir cara pulang gimana, gak bawa tas, dompet, uang, mana jalan jauh.." Nura merasa lega sekali. Ivan melepas pelukan Nura kemudian mengecup keningnya.
"Umar yang suruh aku kesini, katanya kamu mau pulang. Aku cuma denger alesan itu aja, kamu mau pulang, aslinya calon istri aku ini lagi boke.." goda Ivan. Nura memeluk Ivan lagi.
Ivan tahu bahwa memang Umar masih perhatian pada Nura, kedua suami istri itu sangat mempedulikan Nura. Melihat kekasihnya ini Ivan sangat bangga dengannya. Dia berusaha untuk menghapus Umar, walau harapannya terlalu kuat, sampai-sampai harapan itu membangun dinding kokoh yang sulit di masuki pria lain.
Ivan membatin.
"Jika pun aku harus menyerah, itu Hanya karena ingin melihat kamu bahagia. Walau bukan denganku, setidaknya dengan pilihanmu."
Ivan pun menggenggam tangan Nura. Nura menatapnya dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASIH ADA CINTA
General FictionNama itu masih terukir di hatinya masing-masing, hanya saja jalan mereka berbeda.. namun, sepasang tangan menarik seorang wanita dimasalalu untuk meneruskan cintanya yang akan berhenti karena waktu yang sudah di tentukan oleh sang pemilik sebenarnya.