Akhir-akhir ini Nesha di sibukan dengan semua terapi yang ia lakukan. Ia pergi ke rumah sakit, mengecek kesehatannya. Namun tidak ada hasil yang baik, penyakitnya terus berkembang menjalar merusak tubuhnya. Umar menemani Nesha dengan sabar. Apapun yang Nesha inginkan, selalu bisa Umar wujudkan. Nesha ingin berikhtiar melalui pengobatan alternatif, Umar pun mendukungnya.Satu bulan telah berlalu, rumah Nura kini terlihat ramai. Dua hari lalu, Nura pulang kembali ke rumahnya. Dan hari ini, banyak sekali mobil dengan plat D mengisi pelataran rumahnya. Hari ini Nesha tidak ada kegiatan, ia kini bersama mertuanya di rumah.
"Wah, rumah depan jadi rame tuh" ujar Mertuanya. Nesha tersenyum tipis, ibu mertuanya itu belum tahu siapa yang tinggal disana.
"Iya, bu. Rame.. kayak mau ada acara saja ya?" Ucap Nesha. Namun apa yang ia ucapkan tentu menjadi hal yang baru ia pikirkan.
"Acara? Apakah..." Nesha bergegas menuju jendela kamarnya melihat situasi disana, dan benar saja. Disana terlihat kedua orangtua Nura, dan juga Latifah. Melihat Latifah ia mengingat sesuatu, ia pun menghubungi cs nya itu.
"Kamu di Jakarta?" Tanya Nesha pada Latifah dalam sambungan telepon.
Latifah celingukan.
"Lho, kok mbak tahu?" Tanya Latifah."Akan ada acara apa, Fah?" Tanya Nesha langsung.
"Lho, mbak kok tahu akan ada acara? Mbak, jangan bilang mbak lagi jadi mata-mata? Mbak, ih! Seriusan..." jawab Latifah terkejut.
"Saya tidak sedang jadi mata-mata, memang mata saya yang lagi lihat. Kamu coba keluar, terus liat ke atas, ke depan atas" ucap Nesha.
Latifah pun menurutinya dan Nesha melambaikan tangan. Alangkah terkejutnya Latifah saat itu.
"Mbak!! Sampe segitunya penasaran??" Tanya Latifah."Ada apa, Fah? Kamu bisa jelaskan ke saya?" Tanya Nesha. Melihat raut wajah Nesha dari kejauhan Latifah pun menceritakan semuanya.
Bahwa, malam ini akan ada acara pertunangan antara Nuraisyah Rahman dan Ivander Sulaiman. Pada akhirnya, hari ini adalah hari yang di tunggu oleh Ivan terjadi. Mendengar hal itu, rasa sakit Nesha semakin menjalar. Ia merasakan sakit sekali, sampai ia menutup teleponnya tiba-tiba dan masuk kedalam kamarnya.
Nesha menangis, bukankah seharusnya Umar yang patah hati, namun ini terbalik. Istrinya lah yang merasakan sakit hati yang luar biasa. Nesha terlalu mencintai Nura, dan menyimpan harap yang begitu besar pada Nura. Tangis Nesha pecah, ia memeluk dirinya sendiri.
"Nura, apakah seperti ini rasa sakit yang kamu rasakan saat di tinggalkan?" Nesha menangis tersedu-sedu. Ia tidak menerima kabar baik itu sebagai berita baik, melainkan kabar baik yang di sampaikan Latifah seakan menjadi kabar buruk baginya. Bagaimana dengan suaminya, putra dan putrinya jika Nura tidak menjadi calon ibu mereka.
Nesha menangis.
Nesha mengakui bahwa ia memang egois, tidak memikirkan kebahagiaan Nura, ia memikirkan kebahagiaan orang-orang yang ia cintai, namun ia masih berprinsip bahwa Kebahagiaan Nura ada pada Umarnya. Nura hanya akan bahagia dengan Umar tanpa ia tahu kini Nura sudah bisa melangkah maju.Nura menangis, tersedu dan merasakan sesak di hatinya, tiba-tiba ponselnya berdering. Umar menghubunginya di waktu yang tepat.
"Sayang, ibu bilang kamu seperti kesakitan di kamar. Kenapa, ada apa?" Tanya Umar. Nesha menangis tersedu-sedu."Nu-, Nura bang.. Nura, dia akan tunangan dengan Ivan. Macam mana, hati aku tak terima Bang." Ungkap Nesha.
Umar yang mendengar itu hanya terdiam.
"Sayang, itu berita yang baik. Bagaimana bisa kamu malah bersedih. Sudah saatnya dan sudah waktunya mereka bersatu dan berbahagia." Jawab Umar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASIH ADA CINTA
General FictionNama itu masih terukir di hatinya masing-masing, hanya saja jalan mereka berbeda.. namun, sepasang tangan menarik seorang wanita dimasalalu untuk meneruskan cintanya yang akan berhenti karena waktu yang sudah di tentukan oleh sang pemilik sebenarnya.