Mendengar penjelasan Mbak Nesha, Ivan menjadi kalut. Benarkah lelaki yang selama ini membuat kekasihnya tidak bersemangat dalam menjalani hubungan itu adalah seniornya? Mengapa dunia begitu sempit sampai ia bertemu dengan mantan kekasih Nura tanpa ia sadari.Lelaki bernama Umar, lelaki shaleh itu yang sudah tega meninggalkan Nura? Wanita yang sebenarnya tidak pantas di tinggalkan, jujur pernyataan itu sungguh membuatnya down untuk beberapa saat. Belum lagi saat Nesha mengatakan.
"Mbak sudah berharap lebih dengan kehadiran Nura, mbak berharap Nura bisa melanjutkan cintanya bersama Abang Umar dan berbahagia dengan ke empat putra dan putri mbak." Ucapan Nura itu memang tidak berperasaan. Tetapi Ivan seperti menangkap rasa putus asa yang begitu besar dari mbak Nesha.
"Mbak, ada apa? Setahu saya Pak Umar sangat menyayangi dan mencintai keluarganya, termasuk Mbak. Tidak mungkin untuknya jika sampai masih menyimpan hati untuk Nura? Apalagi kini ia tahu Nura milik saya" ucap Ivan.
Nesha mengangguk memahami hal itu. Memang tidak sampai hati jika Umar meninggalkan Nesha, dia tidak ada niatan sedikitpun akan hal itu.
"Hubungan keluarga aku baik-baik saja, Ivan.. tidak ada yang harus kamu khawatirkan, hanya saja jika aku sudah tidak di dunia ini, itu saja yang aku khawatirkan." Ivan menatapi Nesha. Wajah pucat itu terlihat sangat jelas, senyuman sayu nya seakan layu.
"Dunia? Mbak... maksudnya?" Tanya Ivan yang ingin memperjelas ucapan Nesha. Nesha pun menjelaskan perihal penyakitnya dan membuat Ivan merasa sedih bahkan tak kuasa ingin mengeluarkan air mata, juga Nesha menjelaskan mengapa ia berharap pada Nura, bahkan sebuah kata permohonan yang diucapkan Nesha membuat Ivan sedikit membuatnya emosi.
"Bagaimana jika kamu memikirkan keputusan untuk menikahi Nura, demi aku dan anak-anak yang memang membutuhkan ibu sambung seperti Nura." Ucapan itu sungguh menyinggung Ivan.
"Mbak, Maaf.. untuk menyerahkan Nura begitu saja, itu adalah sebuah ketidakmungkinan. Saya mencintai Nura, dari awal sampai detik ini. Mbak tahu, berapa lama saya menunggu Nura sembuh dari rasa sakitnya.. hingga saat ini saya bisa masuk kedalam-," Ivan berpikir sesuatu.
"Mengapa baru saat ini Nura bisa menerima kehadiranku, apa aku hanya pelampiasannya? Apa dia sedang berkamuflase dan mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan palsunya?" Ivan terpikirkan hal itu. Sampai pada saat Nura tiba, Nesha dan Ivan bersandiwara.
"Mbak, ada apa?" Tanya Nura yang baru saja tiba. Ia menutup mobilnya dan berjalan menghampiri Ivan dan juga mbak Nesha.
"Ini lho, Mbak Nesha membawa makanan.." ucap Ivan. Nesha mengangguk dan tersenyum.
"Masuk dulu Mbak.." tawar Nesha.
"Enggak ah, kamu mau istirahat.. silahkan beristirahat, di makan ya Ra, mari Ivan.." pamit Nesha.
Ivan terdiam dengan menatap punggung Nesha yang semakin menjauh. Nura menggenggam tangan Ivan dan tersenyum.
"You oke?" Tanya Nura. Ivan menatap kekasihnya itu.
"Ya, lumayan.." jawab Ivan. Nura tersenyum, ia menggandeng manja Ivan. Ivan sendiri merasa tak jelas dengan perasaannya, apakah sikap manis ini hanya sandiwara Nura? Itu yang kini melekat dalam pikiran Ivan.
"Ih.. kamu masak? Enak banget wanginya.." ujar Nura sambil berlari menuju ke ruang makan. Ia membuka tudung saji dan terlihat beberapa menu makanan.
"Di rumah kamu cuma ada ayam doang, jadi aku masakin ayam kecap, ala kadarnya aja." Jawab Ivan. Nura tersenyum sumringah.
"Tapi aku gak masak nasi lho!" Ucap Nura kemudian.
"Iya tahu, aku juga masak nasi.. tuh!" Tunjuk Ivan, namun alangkah kagetnya ketika tombol cook tidak ia tekan.
![](https://img.wattpad.com/cover/314807271-288-k91463.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MASIH ADA CINTA
Ficção GeralNama itu masih terukir di hatinya masing-masing, hanya saja jalan mereka berbeda.. namun, sepasang tangan menarik seorang wanita dimasalalu untuk meneruskan cintanya yang akan berhenti karena waktu yang sudah di tentukan oleh sang pemilik sebenarnya.