13. Nesha berusaha keras

26 8 1
                                    


Hari ini Nura berangkat ke kantornya dengan tujuan resign, ia sudah memiliki kesibukan lain sebagai pengusaha, ya.. Nura sudah kewalahan membagi waktunya kini, antara pekerjaan formalnya dan sebagai pemilik cafe. Karena sebentar lagi ia akan menikah, jadi Nura perlu sekali untuk bersantai dan mempersiapkan segala sesuatunya. Ia tak ingin lagi di sibukan dengan pekerjaannya.

Berita resign Nura sudah tersebar, beberapa orang menyayangkan berhentinya Nura, semua yang mengenal Nura tentu merasa sangat kehilangan. Wanita yang ceria dan baik hati itu akan mengurangi pemandangan indah di kantornya.

Sekarang Nura berada di kantor bosnya, ia menyayangkan keputusan Nura.
"Kamu yakin dengan surat pengunduran diri ini?" Tanya Pak Adam. Nura mengangguk, pak Adam atasannya yang hot Daddy dan berstatus duda keren itu patah hati dengan pernyataan bahwa Nura akan fokus pada usahanya dan juga pernikahannya.

"Yakin Pak, saya sudah ingin bebas dari tugas yang bapak berikan, hehe" ucap Nura sambil bercanda. Pak Adam menganggukan kepalanya.

"Ya, saya tidak bisa menahan kamu lagi, Nura. Saya kira kita berjodoh.. eh! Maksudnya, berjodoh dalam pekerjaan." Jelas Pak Adam. Nura tersenyum.

"Terima kasih Pak, sudah baik kepada saya. Semoga kantor ini semakin sukses tanpa saya, dan Pak Adam segera di berikan jodoh terbaik" pak Adam mengangguk.

"Ya, saya kira jodohnya kamu.. ternyata bukan, waah! Kemarin saya ajak jalan-jalan jodoh orang ya?!" Ungkap Pak Adam. Nura tersenyum, ia tahu Pak Adam memiliki perasaan padanya, hanya saja ia tidak ingin dan sangat tidak berkeinginan untuk menjalani hal yang serius dengan pak Adam.

"Hehe.. cari jodoh lain pak.. makasih lho, Bali, Thailand, Lombok, waaah! Pokoknya pak Adam the best!!" pak Adam tersenyum saja.

"Jangan lupain saya ya.. sering main kesini juga, atau nanti saya yang ngopi di cafe kamu" Nura mengangguk.

"Siap!! Tapi jangan minta gratisan ya.." pak Adam terkekeh kembali. Nura memang baik sekali, ia yang ceria sangatlah menjadi daya tarik bagi lawan jenisnya. Tidak ada hal yang tidak di inginkan lelaki pada Nura, seakan semua full ada disana.

"Waah! Sekali aja gratis masa gak kamu kasih?" Tanya pak Adam. Nura hanya tersenyum.

"Iya deh! Nanti saya kasih deh.. Yaudah pak, terima kasih ya.." ucap Nura sambil mengulurkan tangannya.

Pak Adam menatapnya, ia berjalan untuk menghampiri Nura dan berhadapan langsung dengan Nura. Pak Adam menyambut tangan Nura, dan tersenyum menatapnya.

"Terima kasih juga sudah menjadi partner hebat!! Good luck untuk cafe dan pernikahannya.." Pak Adam tiba-tiba memeluk Nura. Nura pun terkejut, namun ia tak bisa apa-apa.

"Saya merasa bukan apa-apa di bandingkan kekasih kamu, Nura-Nura, saya menyesal telat berkompetisi." Ucapnya kemudian melepas pelukannya dan menepuk bahu Nura. Nura tersenyum, ia menundukan kepalanya.

"Jodoh terbaik, nanti akan datang... siapa tahu yang gantiin posisi saya, gimana?" Tanya Nura. Pak Adam hanya tersenyum saja. Nura pun pamit dan bergegas menuju teman-temannya yang sudah menunggunya. Teman-teman Nura menunggu, mereka sudah menyiapkan acara perpisahan.

Disisi lain, Nesha berpikir.. apakah Ivan seharusnya tahu bagaimana masalalu Nura dan suaminya? Siapa tahu, Ivan sedikit bisa memahami bagaimana perasaan Nura, karena tentu perjuangan Ivan bukan waktu yang sedikit. Nesha ingin Ivan tahu mengenai Nura dan Umar.

Sementara, Ivan dan Umar di pertemukan di ruang Meeting. Umar memberi selamat pada Ivan atas rencana pernikahannya. Namun ada hal yang di ucapkan Umar membuat Ivan menjadi penasaran.

"Selamat ya, Van. Akhirnya.. doa terbaik deh" ucap Umar.

"Makasih banyak Pak.."
"Doakan terbaik ya, sebentar lagi Alhamdulillah... pada akhirnya, menikah dengan wanita yang aku ceritakan itu lho, Pak.. dia pujaan hati hehe" Ivan sangatlah senang. Umar pun menganggukan kepalanya seraya tersenyum.

"Ya, dia memang pantas di perjuangkan.. jangan menjadi orang bodoh sepertiku ya Van." Ujar Umar yang tak ia sengaja. Ivan diam, Umar pun diam.

"Orang bodoh? Maksudnya, gimana sih? Masa Pak Umar bodoh, Mbak Nesha itu udah terbaik lho.." ucap Ivan yang malah mengiring opini pada isi rumah tangga Umar yang ia pikir tidak baik-baik.

"Eh, bukan gitu.. maksudnya.. ya, kamu hebat berjuang keras dapetin Nur Aisyah selama ini, dia gadis baik." Jawab Umar. Ivan tersenyum lagi, ia mengerutkan dahi.

"Lho, Pak Umar tahu nama Nura? Maksudnya, saya tahu juga namanya, tapi Pak Umar jelas sekali menyebut nama NurAisyah, dengan spasi. Memang itu lho nama aslinya" ucap Ivan.

Umar tersenyum.
"Nur Aisyah Rahman." Sebutnya sehingga membuat Ivan terkejut.
"Saya percaya, kamu bisa menjadi imam yang baik, dan menjadi suami yang baik pula. Banyak hal yang saya ingin ceritakan-," ucapan Umar terputus.

"Mengenai?" Tanya Ivan dengan sorot mata penuh selidik. Di ruangan meeting itu menjadi tegang.

"Mengenai bagaimana menjadi suami, bukannya itu yang akan menjadi bekal untuk kamu nanti menjadi pemimpin dalam rumah tangga kamu, Van?" Tanya Umar.

Ivan menghembuskan napasnya.
Entah mengapa ia menjadi tegang, rasanya ada teka-teki yang menganggu pikirannya kini, ada yang menganjal, Sangat-sangat mengganjal.

"Oh, iya Pak.. suami yang baik kayak Pak Umar." Lanjut Ivan. Umar hanya tersenyum. Mereka kembali berbincang dengan pertanyaan yang masih menempel di pikiran Ivan, mengapa Pak Umar bisa tahu jelas nama
"Nur Aisyah Rahman"
Mengingat walaupun ia bercerita mengenai wanita pujaan hatinya, Ivan tidak pernah sekalipun menyebutkan namanya. Apakah Nura sudah sedekat itu dengan mbak Nesha? Itu yg di pikirkan oleh Ivan.

Malam harinya, rumah Nura terlihat sepi. Nura masih di luar rumah, ia akan pulang beberapa jam lagi, Ivan menunggu Nura di rumahnya, mereka akan makan malam bersama, di rumah Nura. Karena kasihan Nura pasti lelah hari ini, perpisahan dengan teman-temannya yang mengajaknya jalan-jalan dan karaoke ria di mall, Ivan pun berinisiatif untuk memasakan makanan untuk calon istrinya itu.

Nesha datang, ia tahu di rumah itu ada Ivan, terlihat mobil Nura memang belum ada, hanya mobil Ivan saja. Berhubung suaminya pulang larut malam karena ada pekerjaan mendesak, ini lah kesempatan Nesha.

Nesha membawa beberapa makanan, kemudian ia menekan bel rumah Nura, Ivan yang tengah menyiapkan beberapa makanan pun bergegas, siapa tahu itu Nura, namun tidak! Ia melihat Nesha dan makanan yang dibawa Nesha.

"Mbak, dikira calon istri saya lho.." ucap Ivan. Ivan pun mengajak Nesha masuk, namun Nesha menolak..

"Disini aja, Van. Di luar.."
"Ada yang mbak ingin katakan.." jawab Nesha. Nesha terlihat serius. Ivan pun duduk di kursi kayu di teras rumah Nura.

"Ada apa Mbak?" Tanya Ivan dengan tegang, seakan ia memiliki firasat buruk mengenai apa yang akan di katakan oleh Nesha.

MASIH ADA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang