44. Biarkan dia dan alex berpisah

1.1K 159 7
                                    

"Jangan menyerah, masih ada hari esok. Buktikan bahwa kamu kuat, Allah selalu menyertai mereka yang mau bersabar."

Warning typo bertebaran!

"Sesuai dengan yang ada mau, saya ingin bekerja." suara lantang syaima memenuhi ruangan, ia memberanikan diri mengatakan keinginannya.

Menatap lurus kearah lawan bicara nya yang tengah bersender pada kursinya, ia menemukan bahwa ekspresi pria itu terlihat sangat acuh.

Ketika ia kembali bicara, alex menyela terlebih dahulu. "Pekerjaan apa yang akan anda lakukan?" alex bertanya santai, ia meletakan tangan kanan nya di meja saat ia bersandar dengan rileks.

"Saya akan mencoba melamar pekerjaan di perusahaan-perusahaan disekitar sini. Anda bisa tenang bahwa saya pasti tidak akan pergi meninggalkan anda." syaima berkata jelas, sebelum menemukan neneknya Ia tidak berniat untuk pergi dari alex.

"Nama anda sudah saya blacklist, jadi perusahaan manapun tidak akan ada yang berani menerima anda." alex diseberang sana berkata dengan nada ringan, melihat kearah syaima yang memasang ekspresi terkejut, ia menaikan sudut bibirnya samar.

Dengan susah payah syaima menenangkan dirinya setelah mendengar pernyataan alex.

"Ketika dibawah saya tahu bahwa anda sedang menyindir saya karena tidak bekerja, tapi ketika saya ingin bekerja anda mengatakan bahwa nama saya telah di blacklist dari semua perusahaan. Alex, sebenarnya apa yang anda inginkan!?"

Syaima mengepalkan tangan di balik cardigan bajunya. Dengan wajah muram ia menatap lurus ke arah pria yang duduk ini.

Alex menatap dingin ke arah wanita yang meninggikan suaranya.

"Apa anda fikir saya seorang idiot yang membiarkan orang-orangnya bekerja di bawah sayap orang lain!" menegaskan kalimatnya ia mempunyai tatapan tajam saat ini.

"Kalau begitu anda bisa mengatakan nya dari awal, mengapa harus beberapa kali membuat saya kelaparan seolah hidup saya ada di tangan anda!" mengabaikan kesopanannya ia sudah muak dengan perlakuan alex yang semena-mena.

"Saya bastian alexander austin, tidak perlu mendengarkan perkataan anda untuk mengatur hidup saya. Saya bebas melakukan apa yang ingin saya lakukan!" alex juga tidak ingin kalah dari perdebatannya dengan syaima.

Jadilah seperti ini, dua orang yang ada didalam ruangan yang satu duduk dan yang satu berdiri hanyut dalam keheningan setelah saling bersahutan.

Hanya semilir angin lah yang terasa melewati mereka secara bergantian. 

Mengucap istighfar dalam hati dan perlahan menarik nafas panjang, syaima memilih untuk mengalah.

"Pekerjaan apa yang akan anda beri pada saya?"

Menatap mata berkabut perempuan didepannya membuat alex merasakan muram di hatinya.

Ia tidak terlalu suka bahwa wanita itu menampilkan ekspresi tak berdaya didepannya, memalingkan wajahnya dari tatapan syaima ia berkata dengan pelan. "Besok pergi bersama ke kantor, dan anda akan melihat pekerjaan apa yang harus dilakukan."

Tidak terlalu menanggapi alex, syaima hanya mengangguk asal dan memilih untuk pergi dari kamar ini.

Sekali lagi, kalimat alex yang mengatakan bahwa ia tidak perlu mendengarkannya dan bebas melakukan apa yang ia inginkan tercetak jelas di hatinya. Menyadarkan nya bahwa dia memang bukan seseorang yang mempunyai kualifikasi untuk bediri berdampingan dengan alex.

Tuhan, Kembalikan Alexnya || (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang