52. Jangan sembunyikan apapun.

1.2K 188 20
                                    

"Allah tau sabarmu sekuat apa. Allah tau hatimu setabah apa."

Warning typo bertebaran!

Tiba dimalam hari yang sunyi, suara hewan-hewan malam kembali berkicau, malam bertambah gelap seperti malam-malam sebelumnya karena langit kembali menangis.

Syaima menghela nafas pelan, dingin hari ini benar-benar menusuk kulit. Ia bersender di kepala ranjang sambil memeluk tubuhnya.

Kondisinya saat ini sangat berbeda dengan alex yang fokus membaca tumpukan dokumen di mejanya tanpa memperhatikan sekitarnya. Syaima menatapnya tanpa berkedip, walaupun hari ini ia tidak ke kantor, tapi pria ini tetap bekerja dari rumah, wajah tampannya selalu dingin, manik birunya seperti cahaya di kegelapan.

Syaima tersadar ketika alex mendongak menatapnya, ia tertangkap kembali, bibirnya tersenyum canggung. "Harinya begitu dingin." ujarnya asal.

Alex tersenyum nakal. "Sepertinya anda butuh pelukan." setelah itu, ia menutup dokumen terakhir dan bangkit menuju syaima.

Syaima membulatkan matanya, ia rasanya ingin menangis karena salah bicara. Ia bergegas membuang selimut ditubuhnya.
"Tidak dingin lagi. Saya akan segera tidur." Ia kemudian berbaring dan menutup matanya dengan cepat.

Alex terkekeh pelan, ia berbaring disamping perempuan ini. Matanya menatap syaima, wanita ini begitu keras kepala, dia ingin melihat seberapa lama dia bisa bertahan tanpa selimut itu.

Dan tebakan alex tidak pernah salah, tepat ditengah malam, tangan seseorang tiba-tiba memeluk pinggangnya. Kaki kiri nya menindih kakinya. Tubuh alex menegang, ia membuka mata dan menoleh untuk melihat syaima yang meringkuk di lengannya dengan nyaman.

Alex memagang tangan yang berada dipinggangnya, sangat dingin. Matanya penuh emosi saat menatap syaima. "Keras kepala!" ia menyentuh hidungnya dengan pelan. setelah itu ia mengambil selimut untuk menutupinya dan syaima. Ketika ia bersiap untuk tidur, syaima tiba-tiba menggumamkan sesuatu.

Ia menunduk dan mendengar apa yang di katakannya. "Nenek." lirihan nya tertelan dengan sedikit isakan, disertai setes air mata bening yang turun.

Alex merasakan ketidaknyaman dihatinya, Ia menyampirkan rambutnya dan mencium keningnya.

"Anda akan segera menemuinya." ujarnya membisikan dengan pelan.

Hari menjelang subuh dan kelopak mata syaima tergerak, ia membuka matanya. Hal pertama kali yang ia temui adalah dia yang sedang memeluk tubuh alex.

Syaima ingin menampar dirinya sendiri. Bagaimana bisa? Pria ini begitu tinggi, jadi ia harus mendongak untuk melihat wajahnya, memastikan bahwa alex masih tertidur. Jika pria itu bangun dan menyadari posisi mereka, ia tidak tau bagaimana cara menghadapinya. ia mencoba mengangkat tangannya yang berada di pinggang alex. Namun, tanpa aba-aba alex menangkap tangannya, memeluk dan mengunci tubuhnya.

Syaima terkejut, ia belum siap tapi pria ini tampil dengan gerakan tiba-tibanya. "Saya ingin ke toilet!" Ia berusaha melepas tangannya. Namun pria ini enggan membuka matanya dan tidak menghiraukan syaima.

"Jika tidak, saya akan buang air kecil disini." ia mengancam.

Alex tersenyum samar. "Lakukan." ujarnya.

Tuhan, Kembalikan Alexnya || (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang