45. Office girl or secretary

1K 163 10
                                    

"Untuk segala doa yang dibisikan dalam sujud, semoga dalam waktu dekat segera terwujud."

Warning typo bertebaran!

Sinar pagi memantulkan cahaya-cahayanya di kaca jendela, embun pagi yang mengendap di dedaunan menetes lembut sesekali ke tanah. Angin pagi membawa suasana yang damai untuk mereka yang memulai aktifitasnya.

Tak terkecuali syaima, ia sedang bercengkrama dengan elsa saat elsa membantunya membersihkan rumah kecil nya ini.

"Pakaian yang anda kenakan sangat cocok untuk hari pertama bekerja, nona." elsa tersenyum kegirangan memperlihatkan gigi gingsulnya yang cantik.

Senyum yang tipis terbit di bibir syaima saat ia menunduk melihat kedirinya sendiri. Hari ini ia mengenakan kemeja berwana coksu dengan rok span yang tidak terlalu membentuk tubuhnya berwarna hitam senada dengan warna hijab nya.

Ia seperti seorang sekretaris dari sebuah perusahaan. Baju ini dipiliihkan oleh bi arta dan bi arti malam tadi, mereka berkata. " kami berdua yakin pasti tuan menjadikan nona sekretarisnya agar kalian berdua bisa dekat satu sama lain." perkataan kedua bibi ini membuat syaima menggeleng pelan.

Bukan hanya baju yang di pilih kan, kamerin malam mereka berdua juga memberikannya sebuah ponsel, ia yakin bahwa alex menyuruh mereka. Syaima bertanya-tanya, apa alex tidak takut bahwa ia akan mencoba kabur darinya dan menghubungi siapa saja yang ia kenal?

Mengusir fikirannya syaima tau bahwa alex secara tidak langsung menghentikan pengekangannya padanya.

"Dia tau niat saya untuk tidak meninggalkan rumah ini sampai saya bertemu dengan nenek." syaima berkata sangat pelan, ia meremas handphone yang ada ditangannya.

"Nona mengatakan apa?" elsa mendekati syaima yang berbicara sendiri.

Syaima menjawab pertanyaan elsa dengan sedikit gelengan kepala. "Tidak ada." ujar nya lalu mengambil tas nya dan kemudian mengucapkan selamat tinggal pada elsa dan bergegas ke luar halaman.

Mata cantik nya menatap ke arah garasi, mobil yang biasa alex pakai tidak ada dan itu berarti sang empunya telah pergi terlebih dahulu. Menghela nafas pelan, ia berfikir bahwa ia akan mendapat kan tumpangan bersama alex menuju kantor, tapi ternyata nihil.

Trrttt... trrttt..

Handphone di dalam tas nya bergetar, syaima mengambil nya lalu menatap nomor yang tidak dikenal. Mengernyitkan dahinya ia menebak apakah ini alex?

Mengangkat teleponnya, ia mengucapkan salam untuk memulai bicara. Bukannya di jawab namun hanya keheningan yang ia dapat dari orang di seberang sana.

"Maaf dengan siapa?" Syaima memilih untuk bertanya.

"Alex."

Suara rendah nan dingin dari orang di seberang sana membuat jantung syaima berdegup. Ia terdiam sesaat, saat di telepon suara bariton alex sangat indah memasuki pendengarannya.

"Ada apa?" ia kembali bertanya.

"Tidak ada fasilitas antar jemput untuk anda. Berjalan kaki atau naik taxi bisa anda lakukan, hari pertama bekerja harus ada disini tepat jam 7.30, jika terlambat maka tidak perlu bekerja dan lebih baik untuk anda mati kelaparan." alex bersuara datar dan tanpa aba-aba ia langsung memutuskan sambungan.

Syaima belum sempat mengatakan apa-apa, wajahnya dingin saat ia menatap layar ponsel yang telah dimatikan secara sepihak. Saat mendengar suami nya itu bicara ia menggertakan giginya. Pria itu memang tidak mempunyai kata-kata yang baik saat berbicara dengannya.

Melirik arloji manis di tangan putihnya yang telah menunjukan 7.00, syaima tersenyum dingin.

Perusahaan alex dari rumah sedikit jauh, dan ia hanya di beri waktu 30 menit untuk sampai kesana.

Tuhan, Kembalikan Alexnya || (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang