12. kenyataan pahit

5.5K 366 30
                                    

"""jagalah sholat mu, karena saat kamu kehilangan sholat, maka kamu akan kehilangan segalanya"""

Warning! Typo bertebaran

"Selamat datang nona!" alex menyapa nya dengan manis.

Ia melempar senyum termanis yang pernah ia keluarkan. Menebarkannya hingga membuat wanita mana pun yang melihat akan gila dibuatnya, namun lain lagi dengan syaima, Ia hanya menatap nya datar, tak ia acuhkan senyuman manis yang mengembang di bibir alex. Alex yang terihat santai dengan duduk diatas meja langsung berdecih kecil.

Syaima beralih menatap karsa yang berdiri disamping sofa berwarna coklat. Karsa bingung, ia ingin tersenyum tapi mata hitamnya tak berani menatap manik coklat milik syaima. Ia tau, syaima pasti bertanya tanya mengapa dia ada disini?  Apa urusannya dengan iblis ini?  Ah, sudah lah semua pertanyaan syaima pasti akan terjawab seiring waktu berjalan.

Kemudian, mata syaima beralih ke sosok pria setengah paruh baya yang sedang terkujur pingsan. Ia meneliti setiap inci dari wajah pria yang terbaur oleh darah yang keluar dari keningnya. Mata nya mulai berkaca kaca, sedikit demi sedikit matanya yang tajam mulai sendu, sakit! sangat sakit melihat sosok yang selama ini selalu hadir disetiap suka dan duka syaima tengah pingsan dan terlihat  darah mengucur di wajahnya.

"Paman!" lirihnya beralunan bersama bulir yang berhasil mencair dari pelupuk matanya. Menetes dipipi putihnya, membasahi hijab yang ia kenakan.

Ia berjalan dengan cepat menghampiri sang paman. Tak lagi ia pedulikan tatapan dua pemuda yang berada diruangan ini. Ia menjulurkan ujung hijabnya, membersikah wajah sang paman yang tengah berpetualang di bawah alam sadar.  Ia Menepuk nepuk pipi sang paman agar dia terbangun.

Sedang karsa, ia Tak kuat hati rasanya melihat air mata syaima yang keluar dengan isak tangis pilunya. Ada rasa bersalah menghampiri diri karsa. Seandainya saja ia menjaga syaima agar tak diculik oleh alex dan dibawa kesini, pasti syaima tak akan melihat pamannya disiksa oleh alex. Ah, karsa merasa dirinya pantas untuk diumpat.

"Ternyata dia pamanmu?" alex mencoba berbasi basi.

"Anda apakan dia?!" syaima tak sadar suaranya meninggi dari suara alex,  jujur, tak pernah ada satu pun wanita yang berani meninggikan nada bicara nya didepan alex.

"Dia hanya sedikit terluka, iya kan karsa?" alex menoleh pada karsa, sambil tersenyum miring seakan meminta sebuah kata 'ya' keluar dari mulutnya.

Suasana ruangan ini sangat dingin. Sungguh, rasanya senja disekitar rumah ini seperti malam dikutub utara.

Karsa yang ditoleh meneguk saliva nya, membasahi tenggorokannya yang kering akibat jantung nya yang memompa berdetak kencang tak seperti biasanya. Ia hanya bungkam seribu bahasa apalagi ketika syaima juga ikut menatapnya dengan penuh selidik. Gugup, ya itu yang karsa rasakan sekarang. Alex hanya tersenyum melihat tingkah karsa. Ia gelagapan seperti anak kecil yang dituduh mencari sesuatu.

"Paman saya yang membunuh adik paman anda!" alex kembali bicara pada syaima, memberikan pernyataan yang seolah olah memberi tanda tanya. Syaima menyeringitkan dahinya. Otaknya serasa tak bisa mencerna setiap kata yang alex ucapkan.

"Adik paman?" kalimat itu terulang- ulang dipikirannya. Adik paman mu? satu satu nya paman syaima adalah seorang pria yang terbujur lemah di samping nya,  dan adiknya?

"Abi?" kata itu lolos dari bibir mungil nya. Beriringan dengan setetes air mata yang keluar tanpa permisi. Ah, lagi dan lagi syaima gagal membendung air matanya, ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya yang gemetar, ingin sekali ia berteriak menumpahkan semua yang ia rasa.

Tuhan, Kembalikan Alexnya || (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang