3

49.3K 9.4K 4.1K
                                    

🦋🦋🦋

Happy Reading

🦋🦋🦋

•••••••••••••

"Amerika, Bun? Tapi kan besok Nurul ada ujian kenaikan."

"Mulai sekarang, kamu homeschooling. Jadi besok saat ujian, guru kamu yang akan datang ke rumah. Dan setelah ujian selesai, kita akan ke Amerika untuk pengobatan kaki kamu."

"Tapi bun-"

"Nggak ada tapi-tapian Alisa! Untuk sekarang, bunda cuma mau kamu nurut sama bunda!" Bentak Emillie dengan mata berkaca-kaca.

Melihat itu, Nura hanya bisa diam dengan menatap kedua kakinya yang masih diperban.
"Kalo nggak bisa jalan selamanya juga gapapa--"

"ALISAA!!"

Melihat keterdiaman anaknya membuat Emillie menghela nafas berat, dia hanya tidak kuat melihat bagaimana keadaan Nura saat ini. Pergerakannya terbatas karena kelumpuhan kedua kakinya. Belum lagi jika Nura mengeluh sakit kepala karena belum sepenuhnya pulih.

"Emang ada peluang buat kaki aku sembuh?" Gumam Nura karena tidak berani mengeraskan suaranya.

"Pasti ada, kamu jangan berpikiran yang negatif terus dong! Kan bunda jadi ikutan takut!"

"Bun, Nurul rebahan terus juga gak masalah kok."

"Keenakan kamu nya kalo gitu!"

"Bunda ngegas mulu ih," Nura menatap Emillie dengan ekspresi julid tapi kemudian dia tersenyum.

Meraih kedua tangan Emillie dan menggenggamnya erat, mendongakkan kepalanya menatap sang bunda dengan senyuman teduhnya yang tentu jarang dia perlihatkan.
"Bunda tenang aja, Alisa nggak selemah itu. Sekalipun suatu saat nanti Alisa nggak bisa jalan lagi, Alisa bakalan tetep bahagia dengan cara Alisa sendiri. Bunda jangan terlalu khawatir sama Alisa, Alisa beneran gapapa kok."

Bukannya merasa tenang, Emillie malah semakin terisak mendengar hal itu. Disaat-saat seperti inilah yang dia tidak suka, dimana Nura tengah mencoba serius, maka tandanya dia sedang tidak baik-baik saja. Emillie sangat tau bagaimana anaknya yang satu itu. Mencoba menguatkan seseorang disaat dirinya sendiri tengah terguncang, apalagi ini menyangkut masa depannya sendiri.

Emillie mensejajarkan tubuhnya dengan Nura dan memeluk tubuh penuh luka itu dengan disertai usapan lembut kedua tangannya.
"Kamu pasti sembuh, bunda yakin itu."

Nura mengangguk menyetujui ucapan Emillie.

••••••••

"Kau cepat sekali datangnya." Kekeh seorang perempuan cantik yang tengah terbaring di atas brankar rumah sakit dengan sebungkus Snack di tangannya.

Sepasang mata tajam itu menatap Devika datar, Arsen melangkah semakin mendekati Devika dan duduk di kursi samping brankar.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" Tanya Arsen tanpa basa-basi.

"Asistenku cuti sejak dua hari lalu, dan aku menggunakan asisten pengganti yang sialnya kurang kompeten. Dia lupa jika aku alergi dengan kacang-kacangan. Tapi ini juga salah ku untuk tidak mengecek makananku terlebih dahulu." Ujar Devika menjelaskan, matanya tak henti-hentinya berbinar menatap pria di sampingnya, juga senyumnya tak pernah luntur barang sedikitpun.

Dia sangat merasa beruntung karena pria kaku incaran banyak wanita itu mampu bertekuk lutut di hadapannya, bahkan saat ia mengabari jika dirinya tengah sakit seperti saat ini, pria itu langsung menghampirinya tanpa pikir panjang. Tak sekalipun Arsen mengatakan tidak padanya selama ini, bukankah itu cukup untuknya tidak memiliki alasan untuk tidak mencintai pria itu?

Nyonya D'Valter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang