13

22.4K 3.6K 623
                                    

🦋🦋🦋

Happy Reading!

🦋🦋🦋

••••••••••

Terimakasih vote dan komennya💜😈

••••••••••

Nura tersenyum kikuk di depan wanita paruh baya cantik itu. Dia bingung harus bereaksi seperti apa, mau bersikap seperti biasanya tapi takut dinilai tidak sopan. Maklum, di depan calon mertua.

Sedangkan Jesicca tak henti-hentinya tersenyum manis padanya.
"Sudah lama mengenal Arsen?" Tanyanya lembut.

Nura mengangguk, tapi detik kemudian ia menggeleng. Jesicca mengerutkan keningnya melihat respon Nura, dia terkekeh kecil.
"Jangan terlalu kaku, kita bukan orang asing." Ucap Jesicca menggoda.

Nura ikut terkekeh dengan wajah tertekan,
Aura camer kenapa kuat banget, anjir!

"Kamu tidak nyaman, ya?" Jesicca jadi merasa tidak enak melihat respon Nura yang seperti itu.

Nura langsung gelagapan,
"Nggak kok Tan, cuma ya..." Bingung harus mengatakan apa, dia hanya tersenyum malu-malu setan.

Hanya berdua dengan Jessica di ruang istirahat yang berada dalam ruangan Arsen membuatnya diserang gugup bukan main. Dia tengah duduk selonjoran dengan selimut yang membungkus kakinya sampai ke pinggang, kakinya sedikit bermasalah jadi ia beristirahat di sini. Dan saat ini, Jessica tengah menemaninya dengan duduk di tepi ranjang dan menghadap langsung padanya. Nura sampai berkeringat dingin karena kegugupan yang menyerangnya, ini bukan sifat aslinya, hanya saja dia benar-benar merasa harus menjaga sikap di depan Jessica agar mendapat restu dari perempuan itu. Para pria keluarga D'valter tengah menghadiri rapat penting saat ini, dan Ziva sudah pulang karena tidak bisa meninggalkan anaknya lama-lama.

"Mengenai kakek Arsen..." Ucapan Jessica menggantung.

Nura menunggu kelanjutannya dengan tak sabaran, dia bahkan sampai menggeser posisinya agar lebih dekat dengan Jessica yang disambut tawa kecil darinya.
"Dia tidak benar-benar tidak menyukaimu. Dia hanya ingin menguji seberapa besar kegigihan kamu untuk terus berada di sisi cucunya."

"Soal pertunangan? Apa itu bakalan bener-bener terjadi?"

Jessica mengulum senyumnya dan mengusap sebagian kepala Nura dengan sangat lembut.
"Ya, tentu. Itu pasti akan terjadi karena selama ini tidak ada kebohongan yang terucap dari mulut ayah mertuaku. Tetapi jika kamu mau tetap mempertahankan Arsen, maka carilah jalan keluarnya."

Nura terkekeh mendengar itu, tanpa Jessica katakan pun ia sudah punya segala cara untuk membatalkan pertunangan konyol itu.
"Tante nggak usah khawatir kalo masalah itu, mah. Easy!"

Jessica kembali tertawa mendengar itu, "Kacaukan pertunangan itu, jangan khawatirkan apapun. Tante akan mendukung kamu apapun yang terjadi!"

Nura tersenyum lebar dan mengangguk semangat, "Pasti!"

"Ah, ku dengar kakimu sedikit bermasalah?"

Nura menatap kakinya yang terbungkus oleh selimut,
"Satu tahun lalu saya kecelakaan, sempet di vonis lumpuh tapi ternyata masih bisa disembuhin walaupun butuh waktu cukup lama. Sekarang udah bener-bener membaik kok Tan, bahkan saya bisa lari maraton sekarang juga." Nura benar, kakinya tidak benar-benar selemah itu. Jika ada hal yang membuatnya harus berlari, maka dia bisa melakukannya dalam waktu yang cukup lama. Seperti saat di mall waktu itu, ia bisa berjalan-jalan mengelilingi mall dan berlari mengejar sosok yang mirip seperti Arsen dalam kurun waktu yang cukup lama walaupun pada akhirnya kakinya itu akan sulit di gerakkan selama satu atau dua jam.

Nyonya D'Valter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang