9

47.4K 7.6K 2.1K
                                    

🦋🦋🦋

Happy Reading

🦋🦋🦋

••••••••••


Begitu pintu itu terbuka, Arsen dikejutkan dengan seorang perempuan cantik yang tengah duduk di sofa ruangannya. Perempuan itu sudah akan membuka mulutnya tapi terhenti ketika Arsen membuat gerakan tangan yang mengisyaratkan agar perempuan itu diam.

Arsen kembali berjalan dengan tenang menuju pintu yang ada di dalam ruangannya agar Nura tidak sampai mengangkat kepalanya. Masuk ke dalam ruangan dan menguncinya dari dalam.

Membaringkan Nura di atas ranjang yang tersedia. Tersenyum lembut dan mengecup singkat kening gadis itu yang terlihat sudah sulit untuk membuka matanya. Menangis terlalu lama tentu membuatnya mengantuk.

"Mas Duke, tutup jendelanya..." Gumamnya seraya mencari posisi ternyaman dan menarik selimut yang Arsen pasangkan hingga ke batas bibirnya.

Arsen menurut, dia menutup tirai jendela membuat ruangan itu terlihat remang-remang dan menenangkan.
"Tidurlah, aku masih ada pekerjaan."

"Janji gak lama-lama," lirih Nura dengan mata yang sudah tertutup.

Tersenyum,
"Janji."

"Hm.." setelahnya, Nura benar-benar tenggelam dalam tidurnya.

Arsen terus saja tersenyum, tidak dia sangka akan ada saat-saat dirinya merasakan kebahagiaan yang begitu membuncah ini. Ingin sekali dia meninggalkan pekerjaannya dan tidur di samping gadis itu seraya menariknya ke dekapan hangatnya.

Teringat sesuatu, Arsen kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar dari ruangan.

Menatap sahabat modelnya yang juga tengah menatapnya dengan pandangan bertanya serta raut tidak suka yang terpampang nyata.

"Kau sudah pulang dari London?" Tanya Arsen basa-basi.

"Siapa dia, Arsen?" Bukannya menjawab, Devika malah balik bertanya seraya berjalan anggun menuju Arsen yang juga tengah berjalan menuju kursi kerjanya.

"Akan ku perkenalkan secara resmi nanti, dia sedang tidur jadi jangan berisik." Ujar Arsen dengan senyuman tipisnya yang selalu ia perlihatkan pada Devika.

Devika terlihat tidak tenang, jantungnya bergemuruh hebat. Berusaha menampik pikirannya jika gadis tadi memiliki hubungan dekat dengan Arsen. Dia sangat tau jelas jika Arsen tidak memiliki saudara perempuan, melihat kedekatan Arsen dengan gadis itu membuat Devika ingin sekali menjambak rambutnya sampai rontok hingga merasa kapok karena berani berdekatan dengan Arsen.

"Bisa katakan secara langsung? Kau tau, aku tidak suka menunggu." Desak Devika berkacak pinggang di samping Arsen yang tengah fokus pada laptopnya.

"Tapi kau selalu menungguku." Sahut Arsen enteng dan masih sangat fokus dengan pekerjaannya.

"Itu hal yang berbeda Arsen!"

"Kalau begitu anggap saja itu menjadi sama. Lagi pula itu sama-sama tentangku." Sahut Arsen lagi.

Devika menghentakkan kakinya pelan, mencoba meredakan sedikit kekesalannya.
"Kau sudah makan? Mau ku pesankan sesuatu?" Tawarnya akhirnya, dia tidak ingin membuat Arsen marah padanya dan berakhir bersikap dingin selama berhari-hari.

Mendengar itu sontak Arsen terdiam, dia jadi teringat jika Nura belum makan siang dengan benar.
"Pesankan beberapa makanan dari restoran langganan ku."

Nyonya D'Valter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang