16

23.4K 3.6K 1.2K
                                    

Sesuai janji!🎉😽

••••••••••

🦋🦋🦋

Happy Reading

🦋🦋🦋

••••••••••

PYAAAAAAAARRR!!!

Suara pecahan pelindung kaca terdengar sangat nyaring. Puing-puing kaca yang tajam saling bertebaran tepat ke arah kursi khusus anggota keluarga.

Samuel dengan cepat menarik Jessica ke pelukannya untuk menghindari pecahan kaca yang menuju ke arah mereka, begitupun dengan Zean pada Ziva. Sedangkan Arsen langsung berdiri di depan Ale dengan punggungnya sebagai tameng agar kakeknya tidak sampai terkena pecahan itu.

"Nura!" Arsen langsung berlari menuju ke arah Nura yang hanya diam saja menatap Kazuma. Tidak peduli dengan tangannya yang berlumuran darah dan terlihat bergetar.

"Mengapa..." Gumam Kazuma menanyakan mengapa Nura tidak membunuhnya seperti yang dikatakan gadis itu.

"Lo punya tanggung jawab yang besar, paman." Balas Nura seadanya. Nura tebak, sepertinya Kazuma berumur pertengahan tiga puluh tahun. Tetapi dia juga tidak yakin mengingat jika Kazuma orang Jepang yang memiliki wajah awet muda. Menurutnya.

Nura menoleh pada Arsen yang berlari ke arahnya. Dia tersenyum dan sedikit merentangkan kedua tangannya menyambut kedatangan Arsen.

"Nura..." Lirih Arsen begitu membawa Nura ke dalam dekapannya.

"Ayo ke rumah sakit!" Dengan sekali gerakan Arsen menggendong Nura keluar dari stadion. Tidak peduli dengan semua mata yang tertuju padanya. Sedangkan beberapa bodyguard langsung sigap mengikuti langkahnya.

"Mas Duke, kayaknya aku gak bakalan bisa jalan buat beberapa hari ke depan." Ucap Nura dengan menggigit bibir bawahnya kuat-kuat karena kakinya terasa terbakar.

"Itu hukuman untuk kekeraskepalaan mu. Sudah kukatakan untuk mundur, tapi kau? Apa yang kau lakukan?"

Tersenyum tipis mendengar tanggapan ketus Arsen.
"Tangan aku juga kayaknya retak."

"Hm, pukulan yang hebat."

Terkekeh kecil, Nura tau jika pria ini tengah sangat kesal dengannya. Tapi mau bagaimana lagi? Inilah Nura, dia tidak bisa dikekang ataupun di paksa. Dia suka dirinya yang bebas dan melakukan apapun sesuai kehendaknya entah itu benar atau salah di mata orang lain. Dia tidak peduli apapun, ini adalah hidupnya. Tidak akan dia biarkan orang lain mengendalikannya sekalipun itu orang terdekat. Anggaplah dia egois, dia sama sekali tidak masalah.

Memasuki mobil dan segera menuju ke rumah sakit. Di belakang terdapat dua mobil hitam yang mengikuti kemanapun Arsen pergi.

"Kenapa bukan mas Duke sendiri yang nyetir?" Tanya Nura pelan.

Nyonya D'Valter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang