18

26.8K 3.7K 779
                                    

🦋Happy reading 🦋

••••••••••

Uap panas di secangkir kopi itu mengepul, tersapu dengan udara dingin di pagi hari yang cerah. Seorang pria tua berumur hampir tujuh puluh tahun itu mengamati setiap gerak-gerik seekor kelinci di depannya. Duduk di taman mansion dengan beberapa pengawal yang menjaganya dalam diam, tersenyum memikirkan seorang gadis yang menjadi kekasih cucunya.
"Dia tidak salah memilih ternyata. Aku yang salah karena telah mengkhawatirkannya selama ini." Monolognya dengan terkekeh pelan.

Mengalihkan atensinya, dia menatap lembaran dokumen yang berisikan informasi keluarga Nura.
Aneh, kenapa orang ku tidak bisa menemukan riwayat hidupnya sedetail mungkin? Tidak ada yang pernah terlewat sama sekali jika aku mencari riwayat hidup seseorang selama ini. - batinnya.
Wajahnya terlihat serius memikirkan bagaimana bisa Nura memiliki kemampuan beladiri sehebat itu. Tidak ada catatan apapun mengenai dimana gadis itu mempelajarinya, ia hanya tahu jika ayah gadis itu memang pernah mengajari dasar-dasar ilmu beladiri pada Nura, tetapi Ale sangat yakin jika ayah Nura tidaklah sehebat itu.

"Dia memang pembuat onar." Monolognya lagi begitu melihat catatan konseling Nura selama bersekolah. Gadis itu sangat nakal, mengerjai guru, membolos, ikut tawuran para siswa, bahkan pernah menghajar temannya sendiri sampai masuk rumah sakit.

"Persis seperti cucuku. Memang benar jika jodoh adalah cerminan diri." Seolah menyadari perkataannya sendiri, Ale memasang ekspresi anehnya. Jodoh? Dia baru saja menyebutkan jika Nura adalah jodoh cucunya? Apa dia benar-benar telah menerima hubungan keduanya?

Ponselnya berdering, segera mengangkat sambungan itu begitu melihat nama yang tertera di sana.
"Ada apa?"

"Bagaimana dengan rencana mu sebelumnya?"

"Tetap sama, aku ingin tahu apa yang akan dilakukan gadis itu nanti."

"Sepertinya kau tertarik padanya, Ale. Aku jadi ingin tahu gadis seperti apa dia."

"Aku yakin jika kau akan sama dengan ku nantinya. Dia sangat menarik."

"Aku akan datang saat pesta perusahaan mu berlangsung."

"Hm, sebuah kehormatan bagiku."

"Helena memberi kabar jika keluarga gadis yang akan kau jodohkan dengan cucumu sedang berada di New York. Sepertinya ada masalah yang terjadi dengan perusahaan mereka, saham perusahaan itu menurun drastis dan jika itu terjadi sampai satu Minggu ke depan, maka bisa dipastikan mereka akan gulung tikar."

Ale terdiam sejenak mendengar itu,
"Kalau begitu, mereka akan semakin mendesak untuk mempertunangkan anaknya dengan cucuku agar perusahaan mereka terselamatkan."

"Ya. Kupikir juga begitu."

"Kau tidak membantu mereka, Joy?"

"Eemm, sepertinya akan kulakukan jika aku berpikir itu menguntungkan ku. Kau tahu sendiri, aku hanya membantu perusahaan yang memiliki potensi besar."

"Perusahaan mereka cukup besar, jika kau lupa."

"Yah, aku akan membantu jika mereka datang padaku."

"Dan pion mu akan bertambah." Ujar Ale jengah dengan memutar kedua bola matanya. Seseorang di seberang sana terdengar tertawa mendengar itu.

••••••••••

"AAaaaakkhh!! Sialan Lo, CAAA!!" Teriak Nura saat Caca dengan sengaja menekan kakinya.

Caca dengan tampang tanpa dosanya hanya mengangguk, ia duduk di samping brankar Nura setelah meletakkan buah tangan berupa seblak di atas laci kecil yang tersedia.
"Gue kira Lo mati rasa." Sinis Caca dengan wajah malasnya.

Nyonya D'Valter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang