S2 - Chapter 5 :: Canggung

248 31 5
                                    

Happy Reading...
---

Dua makhluk beda jenis itu sedang duduk di sofa depan televisi. Sudah sekitar duapuluh menit mereka diam. Dan, duapuluh menit televisi itu menyala.

Ahh, ini kah yang dinamakan canggung?

"Maaf"
Kanglim berucap lirih karena ragu. Walau begitu Hari mendengar nya. "Untuk?"

"Untuk yang kemarin, maaf" jawab Kanglim dan meminta maaf lagi.

Hari diam. Bukannya tak mau memaafkan, tapi Hari ingin tahu apa alasanya, hanya saja Hari ragu untuk bertanya.

"Ada yang mengganjal di pikiranku. Seperti tidak siap dengan sesuatu dan,, rasa takut yang aku juga tak tahu itu rasa takut dengan apa. Mungkin itu juga yang membuatku sedikit kasar" lanjut Kanglim menjelaskan alasan nya.

"Ohh, baik lah. Terimakasih sudah menjelaskannya" respon Hari.

Lagi-lagi hanya suara televisi yang terdengar di ruangan. Tak ada lagi percakapan diantaranya. Dua makhluk itu sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Hari ingin bertanya tentang apa jawaban Kanglim, tapi ada rasa ragu juga takut menyinggung Kanglim. Alhasil, ia diam dan belum berani bertanya. Memilih menunggu Kanglim yang berbicara lagi.

Dan Kanglim yang sedang menunggu Hari bertanya tentang apa jawaban nya. Tapi Hari belum juga bertanya.

Okee, mereka berdua sedang saling tunggu-menunggu. Kalian lelah? Saya juga lelah mengetik ini. Engga, bercanda hehe

"Kok canggung ya?" Hari bergumam pelan.

Tiga puluh menit sudah lewat. Acara televisi yang mereka tonton pun sudah selesai digantikan acara lainnya.

Hari tak tahan dengan kecanggungan ini. Ia memilih pergi. Ah, dia juga merasa haus

"Mau kemana?" tanya Kanglim saat Hari berdiri.

"M-mau kedapur, ambil minum. Hehe"

"Oh"

Setelahnya, Hari melanjutkan aktivitas nya tadi. Kanglim memandangi punggung Hari yang kian terlihat mengecil. "Kenapa dia tak menanyakannya?" gumam nya heran.

Hari yang benar-benar merasa haus itu menegeuk segelas air dingin yang sempat disimpannya di dalam kulkas. "Kenapa terasa canggung? Apa aku saja?" monolognya meletakkan gelas yang ia gunakan tadi diatas kulkas.

"Tak taulah, aku akan menanyakan nya" putus Hari lalu beranjak kembali ke Kanglim. "Kanglim"

"Hm?"

Hati duduk dan merangkai kata-kata diotaknya. "Emm,, apa keputusan yang kau ambil?" tanya Hari setelah terdiam sesaat.

"Kenapa bahasamu berubah jadi formal begini?" Kanglim bertanya dengan sedikit tertawa

"O-ah,, ituu,," Hari menggaruk kepalanya yang tak gatal karena malu. Lihat saja, dua sisi pipi putihnya berubah menjadi merah muda seketika. "Ituu,,"

"Aku akan ikut denganmu"

"Benarkah?" Hari bertanya takut-takut jika itu hanya khayalan dari telinganya yang sangat ingin mendengar kalimat itu.

Kanglim mengangguk, "iya, aku memutuskan untuk ikut denganmu" ulang nya.
"Sekali lagi, maaf untuk yang kemarin. Aku juga tidak tau ada apa dengan diriku, —"

"Oke, sudah-sudah jangan meminta maaf lagi" potong Hari dengan jari telunjuk yang ia angkat. "Ini juga salahku kan? Aku memaksamu untuk ikut, benarkan?"

Kanglim mengangguk perlahan, "iya memang" ucapnya dengan niat menggoda sang kekasih.

"Ish" Hari memukul keras paha Kanglim. "Sekarang bersiap, besok kita berangkat. Gimana?"

Kanglim hanya mengangguk, tak mengatakan hal lain. Sebenarnya ada yang ingin dikatakannya, tapi rasa ragu yang lebih, membuatnya memilih menyimpan itu saja.

Tbc-!
yeeyy!
hehe, kangen baca support kalian😫, seneng banget pas baca support kalian kemarin. MAKASIH SEBANYAK-BANYAKNYA💘💘
baiiibaiii

My Sweet Werewolf • Shinbi's House • [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang