S2 - Chapter 9 :: Danau

141 19 1
                                    

hshshs, ternyata bisa

Happy Reading...
----

"Kanglim!"

Hari semakin panik ketika singa jantan itu mengungkung tubuh setengah serigala Kanglim.

Tadi pas nyari Kanglim, Hari ketemu sama si singa yang entah sejak kapan berada di belakangnya. Mau nyerang Hari, tapi gagal. Soalnya si mas pacar langsung dateng dan ngehalang si singa buat ga nyerang Hari.

Danau dekat pemukiman kok ada singa nya? Jadi, itu singa jadi-jadian—menurut kepercayaan warga—yang emang tiap malem muncul di sekitar danau. Bukan nyari mangsa, tapi itu emang wilayahnya. Kalo ada makhluk lain—contohnya manusia—di wilayahnya, bakal di serang sama dia.

Soalnya si singa ngerasa wilayahnya direbut.

Oke, back to topick

Kanglim berhasil berdiri, membalik keadaan menjadi mengungkung si singa jantan itu. Memukul dan mencakar tanpa ampun.

Si singa tak tinggal diam, ia tak mau kalah. Menggerakkan kaki-kakinya abstrak mencoba melukai lawan.

"Baiklah, terakhir." ujar Kanglim tersenyum miring.

Mengoyak, merobek perut si singa jantan itu dengan brutal.

Selesai! Perkelahian sudah terhenti karena salah satu peserta sudah tewas.

Hari menghampiri Kanglim yang membersihkan dirinya dari darah singa itu. Aneh, darahnya tak berwarna merah, tapi biru cenderung gelap.

Hari bergidik melihat itu. "Kau... Ada yang terluka?"

Kanglim menggeleng, "esok sudah sembuh, tenang saja."

Mungkin kalo Hari tau bahasa toksik dia udah bilang gini, "tenang mata lo! Lo luka kayak gini suruh tenang, Gob" maap sensor

Sumpah ya, Hari pengen lempar Kanglim ke danau. Greget banget, luka banyak kayak gitu dia disuruh tenang. Duh, untung sayang.

Hari ikut berjongkok membantu Kanglim membersihkan darah singa itu disekitar wajah sang kekasih. Duh, ini cahaya emang agak remang tapi Kanglim masih keliatan ganteng nya.

"Maaf, aku membuatmu dalam bahaya." ujar Kanglim masih fokus dengan kegiatannya.

Hari menggeleng ribut hingga poni yang menutupi dahinya ikut bergerak kekanan-kiri. "Dimaafin, tapi aku juga minta maaf."

Kanglim mengerutkan dahi, "untuk?"

"Aku memaksamu kemari. Padahal ini mungkin salah satu hal yang kau khawatirkan."

"Tak apa." balas Kanglim mengelus rambut coklat Hari. "Cepat atau lambat orang lain akan tau." tutur Kanglim dan mendapat anggukan dari Hari.

Hari fokus membantu membersihkan Kanglim dari darah si singa dan juga mulut yang terus komat-kamit merutuki ke-egoisannya.

Gemas dengan kelakuan Hari. Kanglim ingin meraup bibir cherry milik si kekasih.

Tapiii....

"Udah pacarannya?"

Mereka berdua terjengit, menatap kompak sang pemilik suara. Kaget, kirain gada orang selain mereka berdua.

"A-ayah?"

Iya, si ayah sedaritadi emang nontonin mereka. Taukan? Ayah udah disekitar danau pas Kanglim lagi tarung. Dan ga sengaja liat kejadian tadi.

Positifnya sih, Hari ga jadi di cium sama Kanglim.
Kalo negatif nya... Identitas Kanglim terbongkar.

"Pulang."

Dengan ragu Hari berjalan dibelakang sang ayah. Langkah nya terhenti ketika tangan yang di gandeng nya tak mengikuti dirinya.

Kanglim tetap pada posisinya. Tak ingin mengikuti langkah sang kekasih yang akan membawa pulang kerumah.

"Kau juga, ikutlah." ucap ayah Hari masih terdengar dingin.

Hal paling ditakutkan Kanglim selain kehilangan Hari. Restu orang tua, tak dapat restu artinya sama saja tak bisa bersama Hari bukan?

Dan itu sepertinya akan terjadi.

Tbc
hmm,,, mau up lagi!
hshshshs, tungguin pokoknya! [maksa]

My Sweet Werewolf • Shinbi's House • [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang