5. Perempuan
"Ini baju-baju mahal, Kak." Mama menatap Syaila tak percaya. "Kamu ngapain beli baju segini banyak? Mending uangnya kamu tabung. Katanya kamu mau kuliah?"
"Kak Sya! Mana bajunya?? Alfi bilang Kakak beli baju banyak buat kita, kan?!" Alka datang bersama Alga.
Alka membulatkan mata saat melihat tiga kresek besar di meja ruang tamu. "INI BUAT KITA?!"
Mama menatap Alka dan Alga. "Alfi mana? Masing-masing ambil satu kresek, ya."
"Lemari kita nggak muat, Ma," kata Alga membuat Mama dan Syaila langsung diam.
Alfi datang dan berdiri di samping Alka dan Alga. "Kenapa, Ma?" tanya bocah itu.
"Ini, masa Kakak beliin kita baju segini banyak. Lemari kita kan nggak muat," kata Alga kepada Alfi.
Alfi mengecek isi dari kresek putih itu. "Ini mahal semua, Kak. Kakak punya uang? Papa aja nggak pernah beliin kita kayak gini."
Syaila mengatupkan bibir. Tak menjawab.
"Mama juga heran. Kakak dapet uang dari mana? Ini baju branded semua, Kak!" Mama mulai memojokkan Syaila.
"Kakak nggak hutang, kan?" tuding Alka. "Aku nggak apa-apa nggak pake baju bagus atau mahal, Kak. Yang penting Kakak nggak hutang sama orang!"
"Lagian yang harganya murah juga bagus-bagus kok, Kak," kata Alfi lalu tersenyum. "Kakak jual lagi aja bajunya. Buat nanti Kakak kuliah."
Syaila tentu ingin menangis. Dulu, saat kecil, Syaila selalu mendapat apapun yang ia inginkan dari papah. Ia hidup makmur karena bergelimang harta. Tapi itu dulu.
Semenjak perusahaan papah bangkrut, Syaila sudah jarang menikmati itu lagi. Ia kadang merasa kasihan kepada adik-adiknya yang selalu menabung sendiri untuk membeli sesuatu.
Sekarang papah menjadi karyawan biasa di perusahaan orang lain.
Semenjak kepergian bunda, papah jadi tertutup dan enggan menyapa Syaila.
Papah pernah bilang kepada Syaila jika Syaila harus sukses dan bisa membanggakan. Syaila harus mandiri dan menjadi wanita tangguh. Syaila harus mempekerjakan orang, tidak seperti papah yang dipekerjakan orang. Syaila harus bisa seperti bunda. Syaila harus berhasil.
Maka dari itu, Syaila ambisius. Mungkin, saat Syaila berhasil nanti, papah mau menyapanya.
Syaila sangat berharap hal itu terjadi.
Syaila menatap Mamahnya, Mamah sambungnya. "Ma, Sya nggak hutang, kok."
"Ini dibeliin Bayu, pacarnya Sya."
Syaila merutuki dirinya sendiri saat menyebut Bayu sebagai pacarnya.
Alfi, Alka dan Alga saling tatap. Sementara Mamah sudah diam sembari tercengang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVOUR THE DEAL
Teen FictionNagara series 2 Tidak ada kata cewek dalam kamus kehidupan seorang Bratasena Bayu Nagara, kecuali bundanya. Bayu sangat menyayangi sang bunda. Siapa pawang Bayu saat cowok itu sedang emosi atau keras kepala? Jawabannya adalah bunda. Sampai akhirny...