sebelas

43 8 0
                                    


11. Bunda









"Kenapa lo?" Alice yang duduk lesehan di hadapan Syaila pun heran saat melihat Syaila yang diam saja.

"Sawan kali," balas Rea asal-asalan.

"Lo itu!" Alice menoyor kepala Rea. Ia menatap jam dinding yang sudah pukul tujuh malam. "Eh, Syafi nggak ikut?"

"Ini udah jam berapa?" tanya Rea menatap Alice.

"Tujuh," jawab Alice.

"Nah itu tau!" Rea berseru.

"Tau apa, anjing?!" kesal Alice. "Gue nanya Syafi, bukan nanya sekarang jam berapa!"

Rea ikut kesal. "Syafi nggak dibolehin keluar malem, goblok!"

"Oh, iya." Alice cengengesan.

"Dah! Gue kesel sama lo! Males gue!" Rea melengos lalu menatap Syaila. "Lo kalo ada masalah cerita, Sya. Diem-diem aja lo kayak Limbad."









"Gue udah dipublish Bayu."







"Ya bagus! Biar orang-orang pada percaya!" seru Rea.

Alice melirik Rea sinis. "Nggak semudah itu, bodoh!" ujarnya. "Gue udah mikir, gimana kalo semisal salah satu dari kalian ada rasa? Gimana tuh?"

"Ada rasa?" Rea mengernyit. "Bukannya dari awal ini cuma pura-pura, ya?"

"Re, manusia itu perasa. Wajar, dong, kalo Bayu sama Syaila nanti sama-sama ada rasa!" kata Alice.

Rea menatap Syaila. "Bener apa yang dibilang Alice, Sya?"

"Gue nggak tau," jawab Syaila. "Tapi, ya, emang itu yang gue pikirin."

"Tuh!" Alice menampol bahu Rea. "Percaya, kan, sekarang??"

Rea mendesis. Ia berusaha tak mempedulikan Alice dan lebih memilih menghadap Syaila. "Lo nggak boleh suka sama Bayu."

"Idihh idihh, Re?" Alice nyolot tak terima. "Emang kenapa kalo suka Bayu? Heh, Bayu itu bukan virus! Terserah Syaila dong mau suka sama siapa!"

"Lice!" Rea meraup wajahnya kesal. "Tapi Bayu itu kaku. Bisa aja Syaila nggak tahan sama sikap Bayu, kan?"

"Syaila bisa pelan-pelan ngubah Bayu ke arah yang lebih baik, Re," kata Alice. "Syaila, kan, pinter."

"Contohnya?" Rea meminta bukti.

"Gue mau jadi pacar pura-puranya dia asal dia berhenti tawuran selama dua minggu." Syaila menjawab.

"Dua minggu doang?" Rea mendesah kesal.

"Nggak, anjir!" Syaila ikut kesal. "Dia minta memperpanjang kontrak pacaran pura-pura kita. Gue mau asal dengan syarat dia harus turutin apa kata gue. Gitu."

Alice bersidekap dengan raut bangga. "Gimana, Paduka Rea?"

"Terserah!"

Alice tertawa. "Santai, Re, santai."

Rea mengedarkan pandangan. "Mama sama adik-adik lo ke mana, Sya?"

Syaila mengendikkan bahu acuh. "Jalan-jalan sama papah," jawabnya.

"Lo ... kenapa nggak ikut?" Alice dengan ragu bertanya. "Sorry, Sya, bukannya gue kepo, tapi ... lo ada hak buat ikut. Lo juga bagian dari keluarga ini."

"Santai. Gue nggak apa-apa." Syaila mencoba menahan rasa sedihnya.

Papah hanya mengajak mamah dan ketiga adiknya. Syaila yang duduk di kursi makan yang bersiap untuk makan malam pun tidak ditanya mau ikut atau enggak. Terbukti jika papah memang tidak ingin mengajak Syaila.




DEVOUR THE DEAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang