dua puluh dua

31 6 0
                                    

"Kenapa kamu bilang gitu?" Bayu berdiri, menahan lengan Syaila.

Syaila menoleh. "Kenapa gue nggak bilang gitu?"

"Sya, siapa yang bilang kalo hidup kamu terlalu berantakan?" tanya Bayu.

"Gue," jawab Syaila. "Gue yang bilang barusan. Budeg, lo?"




"Saya memperpanjang kontrak kesepakatan pacaran. Lusa ada acara pesta di rumah Naka dan kamu harus ikut," kata Bayu membuat Syaila tertawa.

"Boleh," jawab Syaila. "Tapi dengan satu syarat."

"Apa?"

"Hilangin perasaan lo buat gue." Bayu diam, tidak menjawab. "Kenapa diam? Nggak bisa, ya?" tanya Syaila.

"Lo udah jatuh sejauh itu, ya, sama pesona gue?" tanya Syaila memiringkan kepala.

Bayu menatap datar Syaila. "Menurut kamu?"

Nyali Syaila agak menciut saat bada bicara Bayu berubah.

"Menurut gue sih ... udah jatuh beneran," jawab Syaila lalu mengalihkan pandangan.

"Tatap mata lawan bicara kamu, Sya. Mau jadi pengecut, kamu?" sarkas Bayu membuat Syaila menoleh.

"Apa lo bilang?"

"Mau jadi pengecut, kamu?" Bayu mengulangi pertanyaannya.

Syaila menarik tangannya yang dipegang oleh Bayu. Ia menunjuk wajah Bayu. "Lo itu pengecut. Lo pengecut. Lo berandalan dan lo sama sekali nggak cocok buat gue!"

"Saya bisa jadi ambisius buat kamu."

"Nggak usah jadi ambisius kalo tujuan ambisius lo itu buat orang lain!"

Bayu terkekeh. "Kamu ambisius juga buat papahmu, kan?"

Syaila diam membisu.

"Kamu memang sekeras itu," kata Bayu. "Orang keras kayak kamu, kenapa bisa punya teman?"

"Emang kenapa kalo gue punya temen??" Syaila mendadak sewot.

"Saya cuma nanya. Kok ada, ya, orang yang betah sama sikap kamu?"

Syaila tersenyum sinis. "Kenapa? Lo nggak betah? Kalo nggak betah, lo tinggal pergi dan batalin kesepakatan kita."

"Menurut kamu, saya bakalan batalin gitu aja?"

"Ya. Karena lo nggak suka sama sikap gue, kan?" Syaila bersidekap percaya diri.

"Nggak juga," jawab Bayu. "Saya nggak pernah bilang kalo saya nggak suka sama sifat kamu."

Bel masuk berbunyi. Syaila berdecih lalu menghembuskan napas.

"Udah bel. Gue duluan."

Lagi-lagi Bayu menahan lengan Syaila.

"Apa, sih?! Ini udah jam pelajaran! Gue harus ke kelas!" kesal Syaila.

"Selesaiin dulu masalah kita. Baru kamu boleh ke kelas," ujar Bayu.

Bayu melangkah hingga posisinya kini ada di hadapan Syaila, tanpa terhalang meja membuat nyali Syaila menciut.

"Lo nggak usah aneh-aneh!" Syaila mendadak takut. "Gue bisa teriak!"

"Teriak aja. Di sini udah sepi, nggak ada orang."

Syaila mengumpat dalam hati.

"Nggak ada yang perlu diselesaiin. Karena di antara kita nggak ada apa-apa," kata Syaila.

"Di antara kita ada kesepakatan," kata Bayu. "Kesepakatan berpacaran."

"Lupain. Gue udah mundur. Hapus juga postingan lo di instagram tentang gue. Kita mulai dari awal, seolah-olah nggak kenal dan--"

DEVOUR THE DEAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang