tiga belas

47 9 0
                                    


13. Takut





"Bunda mau ke kantor ayah, A'." Kayla keluar dari kamar, masih dengan setelan seperti tadi, namun wanita mengganti jass menjadi warna hitam. "Syaila, mana?" tanyanya kepada Bayu yang duduk di sofa.

"Mandi, Bun," jawab Bayu membuat Bunda mangut-mangut.

"Inget, jangan apa-apain Syaila. Kamu udah Bunda ajarin cara menghormati dan menghargai perempuan, kan?" Bayu mengangguk. "Bagus. Kalo sampe Syaila kenapa-napa karena ulah kamu, Bunda bunuh kamu."

Bayu bergidik. "Iya, Bunda."

Kayla mendekat ke arah Bayu. Mengecup pelan pucuk kepala putranya lalu melangkah keluar rumah sembari melambaikan tangan. Bayu membalas lambaian tangan Bundanya itu.






"Bun, tadi rok belakang Retta ada darahnya." Bayu yang saat itu berumur 13 tahun pun memberitahu Kayla.

"Terus? A'a nolong Retta, nggak?"

"Nggak. Soalnya Retta nggak mau ditolong. A'a malah disentak disuruh pergi. Ya udah A'a pergi sama Bintang."

"Terus Retta gimana?"

"Sendirian. Jalan kaki."




Dan Aretta Nagara, adik perempuan Bintang, hampir diperkosa oleh tiga orang remaja setelah ditinggalkan oleh Bayu dan Bintang.

Siapa yang disalahkan oleh keluarga Nagara?

Bintang.

Kenapa Naka saat itu datang ke rumah dan mengajak Bayu ke mansion? Karena kejadian Aretta hampir diperkosa terulang untuk kedua kalinya.

Siapa yang disalahkan?

Bintang.

Padahal, Bintang nggak tau apa-apa. Cowok itu sedang rapat antar ketua kelas.


Ceritanya panjang. Bayu malas menceritakan.







Syaila keluar dari kamar tamu dengan memakai legging hitam yang dipadukan dengan kaos lengan pendek warna coksu.

Bayu mendongak dan menaikkan satu alis saat melihat Syaila yang berjalan ke arahnya.



Mendadak ia salting.



"Udah?" Syaila mengangguk.

"Bunda mana?" tanya Syaila.

"Ke kantor." Syaila melebarkan. Mengerti akan jalan pikiran Syaila, Bayu segera menjawab, "Saya nggak akan ngapa-ngapain kamu."

Syaila meringis lalu memegang lehernya. "Tau aja lo." Ia pun duduk di sebelah Bayu.

"Kamu udah ijin sama mamah kamu?"

"Udah," jawab Syaila. Ia sempat melirik Bayu yang sedang bermain ponsel. "Lo ... menurut lo gimana?"

"Gimana apanya?" Bayu kebingungan.

"Kita nggak mungkin kayak gini terus. Kita cuma pura-pura, loh. Ya ... gue nggak enak aja gitu sama bunda lo yang udah beliin gue barang segini banyak," kata Syaila.

Bayu ikut diam.

"Tergantung nanti aja, Sya," balas Bayu.

"Maksudnya?"

"Ya ... tergantung. Kalo pada akhirnya kita harus kayak gini terus ya ... nggak apa-apa."

"Nggak apa-apa gimana?" Syaila jadi tak santai. "Jujur, bukannya gimana-gimana, gue nggak ada niat pacaran pas SMA. Gue nggak mau ada cowok di masa-masa perjuangan gue. Paham, lo?"

DEVOUR THE DEAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang