DHSD 2

10.9K 119 2
                                    

Kejadian sebelumnya.
____

Aarav hanya menatap nanar figura yang ada di depannya. Foto Sharon Smith yang tersenyum cantik, dengan rambut panjangnya yang menguntai.

Tangannya terulur untuk mengelus-elus figura tersebut.

Kepergiannya lima tahun silam membuat Aarav seperti mati rasa untuk mengenal wanita manapun, hatinya hanya tertanam untuk mendiang istrinya.

Beruntung empat anaknya perempuan dan semuanya mirip Sharon, jadi dia bisa melihat miniatur sang istri dalam versi mudanya.

Sharon meninggal saat melahirkan Shelo. Mendiang istrinya mempertaruhkan nyawa demi nyawa yang lain.

Saat kepergian sang istri Aarav terus termenung setiap malam, rasa kehilangan itu membuat sendi-sendi kehidupannya ringsek.

Pria itu masih saja tersenyum menatap figura sang istri. Sharon Smith adalah wanita paling cantik yang pernah dia temui, tak ada wanita manapun yang bisa menggantikannya.

Aarav menggosok hidung mancungnya, sebaris senyum menghiasi bibirnya.

"Anak kita sudah besar Mama. Semuanya cantik dan pintar seperti kamu."

Mengecup sebentar figura tersebut dan Aarav mengangkat bokongnya.

Biasanya sebelum tidur dia akan mengecek satu per satu semua anaknya dan mengucapkan selamat tidur, bahkan di saat hectic sekalipun Aarav selalu menyempatkan agar semua anak-anaknya tidak merasa sendiri, selalu merasa diperhatikan.

Shelo, si bungsu yang pertama kali dia periksa. Anak cerewet yang sangat manja, dan juga tantrum. Tapi, saat lagi anteng dia akan jadi anak yang begitu manis dan begitu menggemaskan.

Biasanya seluruh kebutuhan anak-anaknya sudah dibuatkan karena empat anak masing-masing punya pengasuh.

Sebenarnya, Izzy si sulung sering protes pada ayahnya karena dia merasa dirinya sudah besar untuk punya pengasuh di usia 19 tahun, tapi bagi Aarav dia wajib menggunakan pengasuh sebagai seorang dosen tentu saja Aarav tahu bagaimana stressnya anak kuliah dengan banyak tugas seabrek. Jadi, Izzy hanya fokus pada tugasnya.

Pria itu melewati ruang tengah yang begitu lenggang. Aarav mewajibkan seluruh pegawai di rumahnya agar tidur tepat waktu dan juga bangun pagi untuk mengurus rumah dan ke empat anak-anaknya.

Tok! Tok!

Pintu bercat pink itu yang pertama diketuk. Saat melihat Shelo hatinya selalu merasa ngilu karena kehadiran si bungsu istri tercinta merenggang nyawa. Tapi, Aarav tak ingin menyalahkan takdir tapi dia akan merawat penuh kasih sayang empat bidadari yang Sharon tinggalkan untuknya.

"Papa mau masuk."

"Shelo sedang sedih, tak boleh ada tamu," pekik suara menggemaskan dari dalam yang membuat Aarav menggeleng gemas. Apalagi yang terjadi?

Dengan perlahan Aarav mendorong pintu dan melihat Shelo dengan wajah tertekuk masam sambil memeluk boneka Pocoyo.

"Ada apa?" tanya pria itu lembut.

"Papa, kenapa boneka Pocoyo jelek ini warna matanya hitam? Kan biasanya boneka warna matanya biru," protes Shelo.

Aarav tersenyum dengan gemas. Anak-anak juga yang menjadi alasan semua rasa lelah karena pekerjaan hilang seketika.

Mendekat ke arah ranjang, duduk di tepi tangan Aarav terulur untuk menepuk dengan sayang putri bungsunya.

"Sebab, mata Shelo sudah berwarna biru."

"Tapi, Papa aku mau boneka mata biru." Sepasang mata boneka itu menatapnya polos. Seketika Aarav mengangguk.

"Besok Papa beli."

DOSENKU HOT SUGAR DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang