Hogwarts

885 100 1
                                    

Aku telah merapikan semua barang ku-barang gadis ini maksudku dan memasukkannya ke dalam koper dengan inisial RL. Rosebell Lestrange, itu hanya dugaanku. Pria serba hitam itu bilang, kami akan pergi ke Hogwarts. Aku tidak tahu apa itu Hogwarts, semoga saja tempat dimana aku bisa menemukan cara kembali ke dunia ku.

Aku baru saja akan keluar kamar. Namun, penampakan ku dicermin mengurungkan niatku. Ku rasa aku perlu mandi dan berganti pakaian. Tapi sepertinya membutuhkan waktu lama jika aku mandi, jadi aku hanya mengganti pakaian ku dengan pakaian yang baru. Kali ini rok hitam selutut dan kemeja putih dengan lengan mengembang, aku menambahkan pita hitam di bagian kerah. Aku selesai.

Aku mengangkat koperku yang berat ini, keluar kamar dan menuruni anak tangga satu persatu. Di pintu depan, aku mendapati pria serba hitam tadi berbicara pada pelayan ku yang masih menangis ketakutan. Aku menduga-duga apa yang mereka bicarakan, tapi itu bukan urusanku. Tunggu. Itu urusan ku karena wanita tua itu adalah pelayan ku.

"Apa yang akan kau lakukan pada pelayan ini?" tanya pria itu padaku. Tatapannya sangat tajam seakan-akan bisa membunuh mu saat itu juga. Aku jadi merinding.

Aku berhenti tepat di tengah-tengah mereka. "Ku harap kau sanggup membereskan seluruh rumah ini. Seluruhnya," kataku menekankan kata diakhir.

Pelayan itu terlihat sumringah. Ia mengangguk kencang, "saya sanggup nona
Saya sanggup."

Aku yakin dia terlihat senang begitu karena tidak jadi dibunuh. Tapi jika aku jadi dia, aku lebih memilih mati daripada tinggal di rumah menyeramkan ini.

"Sekarang bagaimana kita pergi ke-"

Belum selesai aku bicara, pria dengan rambut berminyak itu sudah lebih dulu keluar. Aku mendengus, ku ikuti dia sampai ke teras. Sekarang aku bisa melihat betapa gelapnya halaman rumah ini yang dikelilingi hutan. Hujan deras ini membuat suasana di sekeliling rumah menjadi lebih menyeramkan.

"Eeee-apa aku harus ambil payung?" tanyaku.

Ia memutar bola matanya, jengah. "Kita akan ber-apparate."

"Apa itu apparate?"

"Apa kau telah menjadi bodoh setelah membunuh pelayan-pelayan itu, Lestrange. Ku pikir kau akan semakin kuat setelah melakukannya," cibirnya.

Oh, aku semakin tidak mengerti.

"Kenapa aku akan menjadi kuat jika membunuh mereka? Bukannya itu tindak kriminal?" ujarku lagi.

"Sudahlah, hentikan ocehan mu. Ku rasa kau memang menjadi bodoh. Pegang lenganku, bodoh."

Dengan kesal aku memegang lengannya. Tiba-tiba saja aku merasa seperti berputar dan tubuhku seperti ditarik-tarik, rasanya seperti nyawaku akan diambil. Sesaat kemudian, kami berada di halaman sebuah kastil besar. Besar dan megah. Aku merasa mual dan ingin muntah setelah hal aneh itu terjadi.

"Jadi, itu apparete?" tanyaku sambil menahan mual. Pria itu hanya mengangkat alisnya sebagai jawaban.

"Ayo cepat!" katanya kemudian berbalik dan berjalan cepat meninggalkan aku di belakang. Aku mengikutinya dengan susah payah karena koper sialan ini terasa sangat berat.

Kami berjalan-dengan cepat-menyusuri lorong gelap bangunan yang terbuat dari batu ini. Pria di depan ku ini bahkan tak berniat membantu membawakan koperku, dia jahat. Dan lagi, semakin kami masuk semakin dingin pula di sini. Mungkin karena sudah memasuki musim gugur atau mungkin karena sepertinya kami akan melewati tangga menuju bawah tanah.

Tangga sempit ini membuat ku semakin kesulitan. Aku rasanya ingin meluncur saja bersamaan dengan koperku, tapi bisa-bisa menabrak pria dingin di depanku ini. Kami akhirnya sampai di depan pintu kayu. Ia masuk lebih dulu dan aku mengikutinya.

LestrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang