Aku mengikuti Malfoy yang berjalan terburu-buru dengan wajah sangar dan senang. Aku tidak tahu kenapa ia begitu. Apa yang begitu membuatnya tertarik?
"Mau kemana kau, Draco?" tanyaku yang juga ikut terburu-buru. Meskipun begitu, aku masih tertinggal di belakangnya.
"Kami akan menangkap Potter dan pengikutnya. Ia pasti ingin membuat masalah," jawab Malfoy sambil tersenyum licik.
"Masalah apa?" tanyaku lagi.
"Entahlah. Profesor Umbridge bilang mereka ingin melawan kementrian. Jujur saja, aku tidak peduli dengan itu, aku hanya ingin membuat si Potter itu dikeluarkan dari Hogwarts," jawab Malfoy.
Aku tercengang. "Itu salah paham. Profesor Umbridge pasti sudah mencuci otak kalian," ujarku.
Malfoy berbalik kemudian berkata, "sudah ku bilang padamu 'kan, Bell? Aku tidak peduli. Aku hanya ingin Potter keluar dari sini!"
Aku terdiam sambil menatap punggung Malfoy yang menjauh. Tidak, bukan karena ia membentak ku. Aku hanya tak habis pikir, kenapa ia begitu membenci Potter? Aku tentu tahu bahwa ia begitu tidak menyukai Potter, mungkin iri dengan semua perhatian orang-orang pada anak laki-laki dengan codet itu. Dan hanya itu?
Apa yang harus ku lakukan? Apa ku biarkan saja? Ya, biarkan sajalah. Tapi, kalau ku biarkan dan Potter benar-benar dikeluarkan. Maka, rencana Profesor Dumbledore dan Profesor Snape gagal.
Tanpa pikir panjang, kakiku melangkah cepat menuju kelas PTIH untuk melihat apa yang terjadi. Dan jika ada kesempatan akan ku coba untuk ekhem menolong. Ini aneh. Aku biasanya akan bodo amat dengan apapun yang terjadi, tapi dunia ini tampaknya mengubah sifatku.
Beberapa langkah lagi agar aku sampai ke pintu kelas itu, tapi tidak jadi setelah ku lihat Profesor Snape keluar dari sana. Ku ubah tujuanku dari kelas itu dan mengikuti Profesor Snape.
"Profesor!" panggil ku sambil berlari mengejar guruku itu.
Profesor Snape berbalik dan melihatku dengan tatapan tajam. "Apa yang kau inginkan kali ini Nona?" katanya penuh kekesalan. Pria ini setiap hari terlihat kesal.
"Apa yang terjadi? Draco bilang mereka ingin menangkap Potter," ucapku penasaran.
"Kau pasti sudah dengar berita itu, 'kan? Potter dan teman-temannya membuat organisasi rahasia untuk melawan kementerian atas nama Dumbledore. Dan kali ini, Potter beserta Tuan Weasley dan Nona Granger tampaknya ingin pergi atau-kabur," jelas Profesor Snape sinis.
"Jadi?"
"Jadi, Umbridge memintaku membawakan Veritaserum untuk menginterogasi mereka," lanjutnya membuatku ber-oh ria.
"Itu saja Profesor?" tanyaku lagi yang dijawab Profesor Snape dengan deheman.
Pria serba hitam itu kemudian melanjutkan langkahnya menuju tempat persediaan miliknya, hanya dugaanku. Namun, aku tidak hanya diam di situ.
"Profesor! Aku tahu kalau kau tahu. Tidak bisakah kau menyelamatkan mereka?" ujarku masih sambil mengikutinya.
"Tidak, Nona Roztá."
"Kenapa tidak?"
"Dumbledore saja kabur, apalagi aku."
"Aku yakin Dumbledore pasti akan kembali. Ia butuh waktu untuk menyusun rencana."
Profesor Snape berbalik kemudian menarik kerah jubahku. "Aku tahu apa yang ku lakukan," ucapnya pelan tepat di depan wajahku. Sangat dekat, sampai aku bisa merasakan napasnya yang memburu karena marah.
Aku merapikan kerah jubahku setelah ia melepaskannya dan pergi begitu saja. Suara pintu yang dibuka keras mengalihkan perhatianku, segera saja aku menuju ke arah suara itu. Kelas PTIH.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lestrange
FanfictionAku yang tak sengaja terdorong oleh temanku, jatuh dari gedung lantai tiga. Ku pikir itulah akhir dari hidupku. Namun, aku malah terbangun di tubuh gadis lain dan ditempat yang tak dikenal. Sebuah dunia yang menggunakan sihir dalam keseharian mereka...