Aku menatap ke arah langit mendung hari ini, mataku menerawang jauh pada tempat yang hampir ku lupakan. Dunia asliku, jika saja aku tak sering menulis soal tempat itu, aku mungkin sekarang sudah lupa. Tepat setahun yang lalu, untuk pertama kalinya aku melihat dunia sihir ini. Dan hampir seluruh ingatanku dipenuhi dengan itu, bisa saja tiba-tiba aku melupakan jati diriku sebagai Seina Roztá.
"Apa apa, Sein?" tanya Malfoy di ambang pintu gerbong.
"Tidak ada. Aku hanya melihat pemandangan saja," jawabku bersandar pada sisi pintu kereta yang sedang berjalan cepat.
"Kau bisa lihat dari jendela, 'kan?" kata Malfoy menghampiriku dan ikut bersandar.
Aku menatapnya sebentar dan kembali beralih pada pemandangan perbukitan yang hijau. "Kau tidak membenciku, Draco?" tanyaku tiba-tiba yang sukses membuat Malfoy membelalakkan matanya.
"Kenapa kau menanyakan hal itu?" tanya Malfoy balik. Bagiku, suaranya terdengar dingin dan suram, ada nada kebingungan juga di sana.
"Entahlah. Karena aku muggle, mungkin? Kau kan benci muggle," jawabku.
"Benar. Aku benci muggle, tapi kau adalah pengecualian. Selain karena kau menempati tubuh sepupuku—yang otomatis membuatmu menjadi seorang penyihir, kau juga bukan orang yang buruk untuk dijadikan---teman," ucapnya lalu berdeham sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.
"Ba-"
"Lagipula, karena dirimu, aku jadi tahu muggle tak seburuk itu," lanjutnya memotong ucapanku.
"Yeah, baguslah kalau begitu."
Kami sama-sama terdiam selanjutnya. Aku tak bisa membayangkan betapa canggungnya Malfoy berbicara pada wujud sepupunya setelah ia sadar bahwa wujud itu ditempati oleh jiwa lain, seperti sekarang. Aku bahkan beberapa kali mendapatinya menggaruk leher, yang aku yakin tak gatal.
"Aku kembali ke dalam," pamitnya dan beranjak dari tempatnya semula.
Aku baru saja akan menyusulnya saat tak sengaja melihat Neville Longbottom di lorong gerbong, aku harus membicarakan sesuatu dengan anak itu. Aku memekik tatkala sesuatu menabrak bahuku, anehnya tak ada apapun atau siapapun di sekitarku.
Aku melirik Malfoy di balik bahuku—tempat duduk kami sebenarnya tak jauh dari pintu, ia ternyata juga menatapku keheranan. Aku menggelengkan kepalaku, mengatakan bahwa aku baik-baik saja dan tak ada yang perlu dikhawatirkan. Begitu ia mengangguk, aku kembali berjalan untuk menghampiri Longbottom.
"Longbottom!" panggilku sambil sedikit berlari sebelum ia menjauh.
Lelaki itu menatapku keheranan. Iya, hanya keheranan, seakan bertanya 'ada apa?'. Bukankah anak ini seharusnya menatapku dengan tatapan takut? Ibu dari tubuh perempuan yang ku tempati ini menyiksa orang tuanya! Sudah kuduga soal ini.
"Ada apa, Lestrange?" tanyanya sedikit gugup sambil menunduk dan menautkan jari-jarinya.
"Ikut aku," ajakku ke belakang gerbong kereta.
Setelah sampai di sana, aku menatapnya dalam diam. Mencoba mencari tahu apa yang ia pikirkan saat ini, membaca seperti apa anak ini sebenarnya. Dan apa yang ia tahu.
"Kau pasti tahu soal ibuku yang menyiksa orang tuamu, 'kan? Tentu saja kau tahu," ucapku membuka perbincangan.
"Y-ya."
Aku mengembuskan napasku panjang, "maaf kalau begitu. Tidak, maksudku, aku sungguh minta maaf. Aku juga telah mengganggu selama beberapa tahun, bahkan bisa dibilang merundungmu. Sungguh, aku sangat kekanakan."
"Kau tidak seharusnya minta maaf pada suatu kesalahan yang tidak kau perbuat," ujarnya menatapku ragu.
"Kalau begitu, aku mewakilkan ibuku soal ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lestrange
FanfictionAku yang tak sengaja terdorong oleh temanku, jatuh dari gedung lantai tiga. Ku pikir itulah akhir dari hidupku. Namun, aku malah terbangun di tubuh gadis lain dan ditempat yang tak dikenal. Sebuah dunia yang menggunakan sihir dalam keseharian mereka...