"Lumos." Cahaya kecil keluar dari tongkat sihirku menembus kegelapan malam di hutan terlarang.
Kakiku menapak pada tanah dingin yang meskipun sudah dibaluti kaus kaki dan beralas sepatu, rasa dinginnya tetap menusuk. Aku memakai syal dan jubah yang ku bawa dari rumah, juga sarung tangan yang kemarin ku gunakan saat demam untuk menghalangi udara dingin menyentuhku begitu saja.
Aku masih diam ditempat, menatap ke dalam hutan terlarang yang sangat gelap. Auranya benar-benar menyeramkan. Aku ragu untuk masuk, kemungkinan Moaning Myrtle menipuku cukup besar. Aku berbalik, berniat untuk kembali ke kastil. Namun, tiba-tiba saja mataku menangkap Mr. Filch beserta kucingnya sambil memegang lentera. Karena aku takut ketahuan dan berakhir detensi, jadi aku memutuskan untuk masuk secepat mungkin ke dalam hutan.
Akar-akar besar dari pohon di hutan ini mengharuskan ku untuk berhati-hati mengambil langkah. Aku sesekali melihat ke belakang untuk memastikan Mr. Filch tidak mengikuti ku.
Betapa terkejutnya aku ketika tangan seseorang menarikku, sangat kuat dan membawaku semakin jauh ke dalam hutan. Ia memakai jubah hitam sehingga aku tak bisa melihat wajahnya, tapi ku duga orang ini adalah pria. Ia berlari cepat tanpa memedulikan kakiku yang berusaha keras menyamakan kecepatannya.
"Hei! Tunggu! Lepas! Siapa kau?! Akh!" ringisku saat dahiku menabrak sebuah ranting. Pria itu kemudian berhenti, ia juga akhirnya melepas tanganku.
"Oh. Anakku yang manis. Tak sia-sia menyuruh hantu itu untuk memberi tahu mu," sahut seorang wanita yang berdiri tak jauh dari kami. Ia melepas penutup kepalanya menampakkan rambut keriting acak-acakan, serta wajah pucat yang agak menyeramkan.
"Kau ini...siapa?" tanyaku berhati-hati. Dilihat dari gayanya, wanita ini mungkin penyihir hitam.
Ia tersenyum lebar, "tebak."
"Ibu?" tanyaku lagi menebak dengan berhati-hati. Ia memanggilku 'anakku' tadi, jadi mungkin ia ini Nyonya Lestrange.
Wanita tadi tertawa girang. "Benar. Kau bisa melihatnya Rosebell, kita cukup mirip. Ya, kau tetap mirip dengan ayahmu."
Aku mengikuti lirikan wanita tadi, tepat ke arah pria di samping ku. Ia menatapku dengan tatapan tajam serta senyum miring. Aku hanya terdiam, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
"Kau tak ingin memeluk ibumu setelah tak bertemu selama hampir seluruh hidupmu?" tanya wanita itu lagi.
Aku mengangguk kemudian perlahan mendekatinya. Ia menarik ku kencang kedalam pelukannya yang begitu erat, hampir mencekik ku. Wanita ini terlihat menyeramkan. Aku melirik ke arah pria tadi, ia menatap kami dengan tatapan datar dan dingin. Tidak seperti reunian keluarga yang hangat.
Wanita tadi melepas pelukannya. "Kami bersembunyi setelah Pangeran Kegelapan mengeluarkan kami dari Azkaban. Ia sudah bangkit kembali, Bell. Kau pasti senang mendengar berita ini," ucapnya yang ku balas dengan senyum tipis. Percayalah, aku rasanya ingin pingsan saat itu juga.
"Kami bangga padamu, Rosebell. Pangeran Kegelapan menjadi lebih kuat setelah kau mengirim jiwa-jiwa pelayan itu kepadanya. Ia sangat senang akan hal itu," celetuk pria yang merupakan ayahku.
Rodolphus dan Bellatrix Lestrange, orang tua Rosebell Lestrange. Mereka berada di Azkaban setelah kejatuhan Pangeran kegelapan, begitu kata Malfoy. Aku menelan ludahku kasar, takut jika mereka tahu bahwa aku bukan putri mereka yang asli.
"Dengar, Bell. Kau harus terus membantu kami melayani Pangeran Kegelapan, karena dengan begitu ia bisa menguasai dunia. Para mudblood dan muggle itu akan lenyap suatu saat," desis Bellatrix tepat ditelingaku. Itu sukses membuatku merinding.
Rodolphus mendekati ku. Ia mengusap pipiku kemudian berkata, "pelajari dan kuasai kekuatan yang telah Pangeran Kegelapan berikan kepadamu sejak kau lahir. Jika tidak, jiwamu akan mati dan kau akan terjebak selamanya di tempat paling mengerikan yang bisa kau bayangkan."
Aku menatap kedalam matanya. Hanya ada kejahatan dan kekejaman yang dapat ku lihat, tatapan itu sangat dingin dan menusuk. Kemudian aku mengangguk, tersenyum miring kepadanya. Hal itu untuk menunjukkan bahwa aku memang berada di pihak mereka, sehingga mereka tidak curiga bahwa aku bukan Rosebell. Lagipula, mereka mungkin tidak akan mengira.
"Tunggu dan saksikan sayang. Pangeran Kegelapan akan memberikan kejutan yang hebat," seru Bellatrix menatapku dengan tatapan penuh minat.
Aku menatap dengan tatapan yang sama. "Kejutan seperti apa Ibu?" tanyaku masih dengan senyum miring.
"Lihat saja sebentar lagi," tawanya.
"Kami harus pergi sekarang," ujar Rodolphus.
Mereka berdua kemudian berubah menjadi asap hitam, terbang menembus langit malam yang gelap dan dingin. Sangat cepat. Aku langsung bernapas lega. Tak tahan dengan intimidasi yang mereka berikan, tubuhku menegang dan bergetar kemudian.
Aku harus mengingat apa yang mereka katakan. Dengan begitu, aku bisa memberi informasi kepada Profesor Snape dan Profesor Dumbledore. Jiwa pelayan dan kekuatan yang Voldemort berikan kepada Rosebell? Saat lahir? Mungkin itu maksud dari sihir hitam misterius milik Lestrange. Dah, oh! Kejutan. Kejutan apa?
Udara semakin dingin. Angin berembus kencang menerbangkan rambut hitam panjang ku, menutupi setengah wajahku. Aku berjalan keluar dari hutan, berniat kembali ke kastil. Sedikit mengendap-endap untuk melihat apakah Umbridge atau Filch ada di sana. Begitu ku rasa aman, aku langsung berlari ke kastil.
Saat akan masuk ke asrama, tanpa sengaja aku melihat Profesor Snape menarik Potter dengan terburu-buru menuju ke ruangannya. Baju Potter basah kuyup oleh keringat, ia terlihat sangat cemas. Aku tidak tahu apa yang terjadi dan itu membuatku penasaran.
Aku akan mengikuti mereka, jika saja suara Profesor Dumbledore tak menginterupsi ku.
"Lestrange?"
Aku berbalik, "ya? Profesor Dumbledore?"
"Kenapa kau belum tidur?" tanyanya dengan wajah cemas.
Aku gelagapan. "Ti-tidak bisa tidur Profesor. Jadi, aku keluar sebentar untuk mencari udara segar," jawabku berbohong.
"Kau bisa katakan padaku, Miss Roztá," tukasnya. Aku tahu bahwa ia tahu, jadi aku mengangguk dan mendekatinya.
"Aku baru bertemu dengan Rodolphus dan Bellatrix Lestrange di hutan terlarang," paparku memulai.
"Lalu?"
"Mereka berbicara soal kekuatan Voldemort yang diberikan kepada Rosebell. Dan juga kejutan yang akan ia berikan sebentar lagi," tambahku menatapnya kikuk.
"Sudah terjadi. Kejutan itu sudah terjadi," katanya.
Mataku terbelalak, "apa yang terjadi Profesor? Apa berhubungan dengan Potter yang ku lihat tadi?"
Profesor Dumbledore mengangguk. "Potter mendapat penglihatan dari Voldemort. Ia menyerang Mr. Weasley di kementerian. Sekarang, para Weasley sudah dikirim untuk pulang," jelasnya kepadaku. Ada nada khawatir dan rasa bersalah saat ia mengatakan hal itu.
"Apa yang Profesor Snape lakukan pada Potter?" tanyaku lagi.
"Severus akan melatih Harry untuk menutup pikirannya, Occlumency. Dengan begitu, Voldemort tak bisa masuk bahkan mengontrol pikirannya lagi," jawab Profesor Dumbledore lagi.
"Aku tak yakin itu berjalan dengan baik," ucapku pesimis.
"Sejujurnya, aku juga berpikir begitu, Nona. Tapi Severus adalah Occlumens paling hebat yang pernah kutemui."
#
Yahoooo
Terima kasih ya udah baca dan ngikutin ceritaku sampe sejauh ini.
Love you
See you bye bye ✌
KAMU SEDANG MEMBACA
Lestrange
FanfictionAku yang tak sengaja terdorong oleh temanku, jatuh dari gedung lantai tiga. Ku pikir itulah akhir dari hidupku. Namun, aku malah terbangun di tubuh gadis lain dan ditempat yang tak dikenal. Sebuah dunia yang menggunakan sihir dalam keseharian mereka...