Malfoy

628 76 3
                                    

"Slytherin?"

Anak pirang itu memiringkan kepalanya, bingung. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu setelah hari itu. Tapi, sungguh, kau aneh sekali. Kau seperti lupa pada segala hal. Reaksi mu juga aneh," katanya panjang lebar. "Kau tidak seperti Bell yang ku kenal," sambungnya masih menatapku dengan tatapan bingung.

Aku tergagap. "Memangnya aku seperti apa?" tanyaku. Aku sedikit tersenyum kikuk.

"Kau bahkan tak tersenyum seperti orang bodoh begitu. Kau itu seharusnya bossy, suka marah-marah dan cerewet," ucapnya. "Tapi yang ku lihat saat ini tidak banyak omong. Aku sedikit bersyukur karena aku tidak perlu mendengarkan ocehan mu. Tapi rasanya tetap aneh."

Aku mengerutkan dahi ku. "Mungkin aku memang hilang ingatan. Dengar pirang, daripada kau mengoceh seakan kau sangat mengenalku. Lebih baik katakan semua yang kau tahu," ujar ku lelah.

Aku tidak tahu sepeti apa gadis ini. Dan jika aku mengatakan yang sebenarnya, mungkin si pirang ini akan menganggap ku aneh dan justru berpikir yang tidak-tidak.

"Pirang? Namaku Draco Malfoy. Kau gila," balasnya. "Baiklah. Harus ku beritahu kau darimana dulu?"

Bagus.

.
.
.
.

Keesokan paginya, aku terbangun di kamar ku dengan beberapa anak perempuan Slytherin lain. Mereka lebih dulu keluar untuk mandi. Mereka Pansy Parkinson, Daphne Greengrass dan Millicent Bulstrode.

Ada beberapa hal yang ku ketahui dari anak pirang itu semalam. Pertama, aku adalah sepupunya. Ibuku dan ibunya adalah saudara yang berasal dari keluarga Black, keluarga darah murni terhormat sama seperti keluarga Malfoy dan keluarga Lestrange yang saat ini menjadi nama belakang gadis ini. Kedua, pria serba hitam yang menjemput ku semalam adalah kepala asrama Slytherin dan guru ramuan. Namanya Severus Snape.

Masih banyak lagi. Ntah itu Hogwarts dan sistem asramanya, atau semua kejadian yang ada di sekolah ini. Termasuk apa hubungan gadis ini dengan Pangeran Kegelapan yang disebut professor Snape. Ceritanya sungguh rumit. Tapi aku lebih memilih untuk mencari jalan kembali ke dunia asli ku dibandingkan ikut campur dengan urusan dunia ini, meskipun aku berada di tubuh gadis yang berurusan dengan segala kegilaan dunia ini.

Satu hal yang aku dan Malfoy sekalipun belum tahu. Alasan gadis ini membunuh para pelayannya dan perjanjian Bellatrix Lestrange dengan Pangeran Kegelapan. Ibu Rosebell Lestrange.

"Kami sudah selesai. Kau tidak bersiap-siap? Sebentar lagi kita semua akan sarapan di Great Hall," ujar Parkinson sambil mengintip dari balik pintu.

Aku berbalik menatapnya di pintu, "aku akan bersiap-siap. Kalian duluan saja."

Parkinson kembali menutup pintu. Aku bangkit dari kasur ku, mengambil handuk dan seragam yang akan ku kenakan nanti setelah mandi. Kaki ku melangkah keluar kamar dan menuju ke kamar mandi dengan cepat.

"Kenapa kau baru akan bersiap-siap sekarang?" Itu suara Malfoy.

Aku melihatnya yang sudah berseragam lengkap duduk di sofa sambil memakan apel hijau. "Oh aku baru bangun." Aku mendekatinya, "kau mau bolos kelas?"

Ia mendelik sebentar sebelum akhirnya tersenyum miring. "Ya jika kau mengajak ku bolos. Lagipula hari ini aku malas sekali rasanya," ucap anak itu membuat ku tersenyum senang.

"Bagus. Setelah sarapan."

"Setelah sarapan. Baik."

.
.
.
.

LestrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang