Power He Gave

186 21 3
                                    

Sein yang saat ini berada di tubuh Rosebell, tak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Ia terbang secara acak, menabrak dinding, langit-langit, apapun yang ia lewati. Ingin sekali Sein meminta tolong, tapi tenggorokannya tak bisa mengeluarkan sepatah katapun.

Melihat Sein yang semakin tak terkendali, Snape memutuskan untuk menggunakan Petrified Charm dan menghentikan Sein. Baru saja ia akan menggunakan mantra tersebut, Sein tiba-tiba berhenti dan melayang di udara.

"Sein?" lirih Snape mengawasi.

Seluruh tubuh Sein kaku di udara, matanya kosong dan bayangan hitam kehijauan mengelilingi tubuhnya. Snape menduga ini pasti berhubungan dengan kekuatan yang diberikan oleh Voldemort pada Rosebell. Mungkin saja, kekuatan itu mulai bangkit dari sekarang. Mencoba mengontrol tubuh Rosebell dan pikiran milik Sein.

Snape juga merasa tanda kegelapan miliknya memanas, seperti terbakar. Ia meringis kesakitan sambil mencoba menggosok lengan bawahnya. Snape kemudian beralih pada rak ramuannya lagi, mencari ramuan untuk meredakan rasa sakitnya. Setelah dapat, Snape langsung meneguk habis ramuan itu.

Kembali pada Sein, anak perempuan itu masih di posisi yang sama dan dalam keadaan yang sama. Namun tidak lama kemudian, Sein melayang semakin ke atas. Kedua tangannya melebar, rambut-rambutnya menegang dan mengambang. Snape panik, ia belum pernah melihat hal ini seumur hidupnya meskipun melihat banyak kejadian buruk selama menjadi Pelahap Maut.

"Aresto Momentum!" ucap Snape begitu Sein jatuh dari posisinya.

Sein sadar, namun dari hidung dan mulutnya mengucur banyak darah. Ia menangis sembari menggosok lengan bawahnya yang terdapat tanda kegelapan. Snape buru-buru mengambil ramuan yang sama dengan yang ia minum tadi.

"Cepat minum," suruh Snape yang langsung dilakukan oleh Sein.

"Apa yang terjadi?" tanya Snape begitu Sein mulai tenang.

"Voldemort. Ia mengatakan sesuatu padaku," lirih Sein menjawab dengan nafas terengah-engah.

"Apa yang Pangeran Kegelapan katakan padamu?" tanya Snape sembari menopang Sein.

"Ia bilang, aku telah memberikanmu sebagian dari kekuatanku, jika suatu saat aku membutuhkanmu, kau harus membantuku, entah terpaksa atau tidak, jika menolak, aku bisa mengendalikan dirimu. Begitu katanya," jawab Sein lagi.

Snape mengangguk kemudian membopong Sein menuju Hospital Wings. Kakinya melangkah terburu-buru, mengabaikan semua pertanyaan para lukisan yang berada di lorong Hogwarts larut malam ini.

"Severus? Apa yang terjadi?" tanya Madam Pomfrey khawatir kemudian membantu Snape meletakkan Sein ke salah satu brankar.

"Akan ku jelaskan nanti. Aku harus menemui Kepala Sekolah sekarang," ucap Snape langsung berbalik keluar dari Hospital Wings.

Ramuan yang diberikan Snape tidak begitu mempan pada rasa sakitnya. Darahnya kembali mengucur dari hidung dan mulut, begitu pula rasa sakit di jantungnya yang kembali lagi. Sein sangat yakin kalau rasa sakit ini tidak berasal dari dirinya, melainkan dari kekuatan yang diberikan Voldemort. Untungnya, tanda kegelapan miliknya tidak terasa sesakit tadi.

"Oh astaga!" pekik Madam Pomfrey yang melihat Sein begitu memprihatinkan.

Ia menggumamkan mantra untuk mengembalikan darah Sein ke dalam tubuhnya. Setelah beberapa menit menggumamkan mantra itu, darah Sein berhenti mengucur. Sein tak lagi menangis, air mata di pipinya juga sudah mengering. Rasa sakit tadi telah hilang, ia yakin Voldemort telah selesai dengan dirinya.

"Kurasa aku mengantuk," kata Sein pelan kepada Madam Pomfrey.

Wanita tua yang menjadi dokter Hogwarts itu mengangguk, "kau boleh tidur kalau begitu. Istirahatlah di sini agar aku bisa mengawasi mu. Sebelum itu, aku harus ke kantor Kepala Sekolah."

LestrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang