He Knows

192 33 0
                                    

Pagi sekali saat matahari menampakkan sinarnya, Rosebell terbangun dari tidurnya. Kantung mata tampak menghitam seperti memberitahu bahwa sang empu tengah kelelahan. Rosebell tak bisa tidur semalam. Ingatan tentang rapat Pelahap Maut kemarin terus menghantuinya, ditambah rasa sakit seperti terbakar di lengannya membuat Rosebell sulit tidur.

Rosebell bangkit dan menjejakkan kakinya pada lantai kayu yang dingin, tak ada karpet lantaran kamar ini memang jarang dipakai. Dalam hati, ia bertanya-tanya soal Malfoy. Tadi malam, setelah rapat selesai, Rosebell dapat mendengar suara tangisan laki-laki itu dari kamarnya. Tentu saja, batinnya. Ini adalah tugas yang berat.

Rosebell keluar dari kamarnya, melangkahkan kaki menuju kamar Malfoy. Suasana di rumah ini sangat sepi dan agak menyeramkan, gelap dan berdebu. Ia kini berdiri di depan pintu kamar Malfoy. Mengembuskan napasnya, kemudian mengetuk pintu kamar itu.

"Kau masih di dalam, Draco?" panggil Rosebell.

Tak ada suara dari dalam. Rosebell kembali mengetuk dan memanggil nama Malfoy sedikit lebih keras sekarang. Tapi, tak juga terdengar suara Malfoy dari dalam.

"Apa ia sudah bangun daritadi? Mungkin sudah di luar," ucapnya bermonolog.

Rosebell menuruni undakan tangga, menuju ke dapur. Mungkin saja Malfoy tengah menyantap sarapannya di sana, mungkin juga bersama dengan yang lain.

Saat sampai di dapur, Rosebell juga tak menemukan siapapun di sana. Tak ada Draco Malfoy, tak ada Narcissa, dan tak ada ibunya. Sebenarnya, Rosebell tak begitu mempermasalahkan hal itu. Tapi, Voldemort saat ini sedang berada di Malfoy Manor juga. Ia tak ingin berada di sini hanya berdua dengan penyihir gelap yang kejam itu.

Bunyi plop terdengar kemudian. Seorang peri rumah muncul di depannya. Entahlah, apa ia bisa dibilang seorang atau tidak. Peri rumah ini jelas bukan Dobby yang sering disebut Malfoy, mungkin peri rumah lain.

"Dimana ibuku? Kau tahu?" tanya Rosebell tanpa basa-basi.

"Nyonya dan ibu Nona sedang keluar, mereka langsung pergi begitu menyelesaikan sarapan. Ta---tapi saya tidak tahu kemana," jawab peri rumah yang ia tak tahu namanya.

Rosebell diam sejenak, "apa Draco juga ikut?"

Peri rumah itu menggeleng, "tidak. Tuan Malfoy belum keluar dari kamarnya."

Mendengar itu, dengan segera Rosebell kembali naik ke atas menuju kamar Malfoy. Ia takut terjadi sesuatu dengan laki-laki pirang itu. Tapi, kenapa ia harus peduli? Malfoy bukanlah siapapun, setidaknya bagi dirinya yang asli.

Rosebell berhenti. Jika dipikir-pikir, ada baiknya kalau Malfoy tidak ada. Ia tak perlu membunuh Dumbledore, dan jika begitu rencana Voldemort tak akan berjalan seratus persen lancar. Dan Malfoy tak perlu mendapat tekanan batin yang seharusnya tak ia dapatkan. Tapi tetap saja, bunuh diri bukan cara yang bijaksana.

Rosebell mengacak rambutnya, sejurus kemudian ia kembali melangkahkan kakinya.

"Draco!" panggil Rosebell mendorong pintu kamar Malfoy tanpa izin.

Apa yang dipikirkan olehnya tak benar. Malfoy masih di sana, duduk di pinggiran ranjangnya.

"Ku pikir kau bunuh diri," celetuk Rosebell. Namun, tak dibalas apapun oleh Malfoy.

Rosebell masuk, tak peduli jikalau Malfoy mengabaikannya. Tak lupa ia menutup kembali pintu, kemudian duduk di samping Malfoy.

"Aku mengerti, ini berat. Sejujurnya, aku tak begitu mengerti perasaan mu. Bukan tipeku membaca apa yang orang lain rasakan, tapi masuk akal jika kau merasa tertekan dengan semua itu," papar Rosebell menopang dagunya dengan kedua tangan, menghadap ke arah jendela.

LestrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang