Investigation

159 34 0
                                    

Aku bangun terlalu cepat pagi ini. Asrama Slytherin tampaknya sangat sunyi, mungkin karena sedang libur Natal sehingga sebagian besar murid pulang ke rumah mereka masing-masing. Malfoy mengajakku pulang ke Manornya, tapi aku menolak dengan alasan ingin merayakan Natal di Hogwarts.

Aku membuka catatan ku. Coretan-coretan absurd di dalamnya membuatku pusing, tak tahu harus mulai membaca dari mana. Dalam catatan itu, aku menulis beberapa hal penting dari buku yang diberikan Profesor Snape. Tentang pertukaran jiwa.

Salah satu alasan dari kejadian ini adalah kematian. Bukan keduanya, tapi salah satu. Jiwa yang masih hidup akan mengambil raga yang masih hidup, sedangkan jiwa yang sudah mati akan mengambil raga yang sudah mati. Jadi, kemungkinan bahwa jiwa Rosebell Lestrange sudah mati adalah benar. Namun, raganya masih hidup. Terbukti ketika aku terbangun ditubuhnya yang masih sehat, meskipun kurus dan pucat.

Lalu ragaku, kemungkinan sudah tak bisa diselamatkan. Aku jatuh ke tanah dari gedung yang cukup tinggi, ragaku pasti sudah hancur. Yang membuat ku bingung adalah bagaimana bisa jiwaku tak ikut mati ketika aku jatuh. Bukankah biasanya malaikat pencabut nyawa akan mengambil jiwa kita ketika raga kita mati?

Aku kemudian membuka lembaran selanjutnya di buku catatan ku. Di sana, tertulis mengenai jiwa yang masih hidup. Aku lupa telah menulis ini.

Jiwa yang masih hidup memiliki alasan kenapa ia tidak mati. Sebuah keinginan besar untuk tetap hidup, entah itu karena impian yang belum tercapai ataupun dendam yang belum terselesaikan.

Benar. Saat itu terjadi, aku sama sekali tak memiliki niatan untuk mati. Aku terkejut dan tak habis pikir ketika temanku mendorongku dari sana, aku tak habis pikir. Meskipun aku tahu kebusukan mereka, tetap saja aku tak mengerti.

Sekarang, aku harus mencari tahu alasan Rosebell Lestrange meninggal. Dengan begitu, aku bisa menemukan rahasia yang ia sembunyikan. Dan juga, cara kembali ke tubuhku yang asli. Aku pesimis soal itu.

.
.
.

Saat ini aku berada di ruangan Profesor Snape yang gelap dan dingin. Aku sudah memberitahunya soal dugaanku, dan memintanya untuk melakukan penyelidikan secepat mungkin.

"Jadi...jiwamu masih hidup meskipun ragamu mati karena kau bertekad kuat untuk hidup?" tanya Profesor Snape memastikan yang ku balas dengan anggukan cepat.

"Aku dan Rosebell Lestrange adalah subjek yang berkebalikan. Jiwaku hidup, ia mati. Tubuhku mati, ia hidup. Pasti kematiannya adalah hal yang disengaja," ucapku menjelaskan.

Profesor Snape meletakkan jarinya di dagu, keningnya berkerut dan alisnya bertaut. Kerutan diwajahnya memberitahuku berapa banyak masalah yang ia lewati, meskipun umurnya terbilang cukup muda. Kalau aku tidak salah, Profesor Snape saat ini berumur 34 tahun. Itu masih terbilang muda 'kan?

"Ini semakin jelas. Ikut aku!" suruh Profesor Snape kemudian berjalan cepat keluar dari ruangannya yang langsung ku ikuti.

Tubuhku langsung menggigil begitu kami sampai di luar kastil. Hujan salju turun dari langit, membekukan pipiku yang memerah. Untungnya, aku sudah memakai syal dan sarung tangan sejak keluar dari asrama tadi. Tapi tidak dengan Profesor Snape, ia hanya menggunakan jubahnya seperti biasa dan membiarkan leher dan tangannya kedinginan.

"Kita mau kemana Profesor?" tanyaku saat kami sudah diluar wilayah Hogwarts.

"Lestrange Manor," jawabnya singkat.

Aku mengerutkan keningku sambil berucap, "kau bilang, tunggu sampai aku bisa melakukan apparation sendiri."

"Tidak ada waktu lagi, Nona." Profesor Snape berhenti, ia berbalik menghadapku sekarang. "Pegang tanganku," perintahnya yang langsung ku turuti.

LestrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang