Moza menghela napas saat lagi-lagi Ridan sudah duduk di depan rumahnya. Sejak dua hari terakhir, setiap paginya pemuda itu sudah duduk anteng di tangga teras untuk menunggunya. Tanpa mengetuk pintu, tanpa menekan bel, hanya menunggu hingga Moza keluar dengan sendirinya.
"Guten morgen, Miss Meinhard!" sapa Ridan sambil berdiri dan memasang senyum tak berdosa saat Moza membuka pintu. "Udah sarapan? Atau mau beli sarapan dulu?"
Moza melewatinya begitu saja tanpa menjawab.
"Beli makan dulu, yuk," ajak Ridan. "Gue laper, nih."
Moza menghela nafas seraya menghentikan langkahnya, lalu memutar badan ke arah Ridan. "Belum selesai acara pedekate lo ini?"
Ridan menggeleng dengan tersenyum. Sehari sebelumnya ia memang menggunakan alasan 'pedekate' saat Moza menanyai perihal kemunculannya di depan rumah gadis itu. "Gue masih pengen mengenal lo lebih dalam lagi."
Moza memutar bola mata malas sambil kembali melanjutkan langkah. "Gue udah cerita soal apa yang terjadi sama gue dua tahun lalu, tapi sepertinya lo lupa, kalau lo belum menjawab dua pertanyaan gue. Bukannya pedekate itu harus saling mengenal satu sama lain?"
Ridan mengangguk-anggukkan kepala sambil menyejajari langkah Moza di trotoar komplek rumahnya.
"Jadi apapun yang mau lo tahu kali ini, nggak akan gue jawab," lanjut Moza.
"Apa yang mau lo tahu? Tanggal ulang tahun gue?" canda Ridan.
"Jawab dulu dua pertanyaan gue sebelumnya," tegas Moza.
"Soal apa yang gue lakukan malam itu dan apa urusan gue sama Zita?" Ridan mengulang dua pertanyaan Moza beberapa hari lalu.
Moza hanya bergumam tak acuh.
"Sepertinya lo juga lupa, kalau gue bilang akan 'mempertimbangkan', bukan 'mengiyakan' saat minta lo untuk cerita." Ridan balas mengingatkan apa yang pernah dikatakannya. Moza hanya mendecak tak suka tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan di depan. "Tapi ... kalau lo menjawab pertanyaan gue kali ini, gue kan jawab semua pertanyaan lo."
Moza melirik curiga pada Ridan yang berjalan di sisi kanannya. "Semua?"
"Anything."
"Oke. Apa yang mau lo tanyain kali ini?" Moza akhirnya memberi kesempatan Ridan untuk bertanya.
"Malam itu lo pergi ke mana?" Ridan to the point. "Seinget gue, waktu itu masih jam dua pagi. Terlalu dini untuk seorang cewek berkeliaran di pagi buta, apalagi ada orang asing masuk ke rumahnya dan malah ditinggal begitu aja."
"Menurut lo, gue ke mana?"
"Jadi maling? Rampok? Jambret? Atau copet?" balas Ridan mengembalikan apa yang pernah Moza tuduhkan padanya.
Lelaki itu lantas menggeleng atas tebakannya itu lalu maju lebih cepat dan menghadang langkah Moza. Saat Moza menghentikan langkah dan menatapnya dengan sebelah alis terangkat, Ridan justru mengamati penampilan gadis itu dari atas sampai bawah lalu kembali menatap lurus ke dua maniknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My True Me (END)
Mystery / Thriller17+ Setahun yang lalu, Zita tiba-tiba tersadar dan mendapatkan luka panjang dari telapak hingga pergelangan tangannya. Ia tak mengingat apa yang terjadi kala itu, hingga ia bertemu seorang mahasiswa baru yang mengenalinya sebagai "Mila". Lelaki itu...