Hatred (2)

185 12 15
                                    

Warning!!!17+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning!!!
17+

Part ini nyambung sama part Epitasio. Jadi, kalau lupa, bisa dibaca ulang.

...

“Gue bakal biarin lo hidup, asal lo kasih tahu siapa Andri sebenarnya.”

Mendengar itu, bukannya menjawab, Rudi justru menyenggih, menyunggingkan senyum miring pada tawaran Galen.

Galen yang merasa diremehkan, lantas mengangkat tinggi tongkat pemukulnya untuk kembali menghajar Rudi.

“Aakkh!”

Sebuah pekikan membuat gerakan Galen terhenti. Ia berbalik, mendengar derap langkah dua orang yang tengah berlari menjauh.

Lidahnya mendecak. Satu orang saja belum selesai ia bereskan, sudah muncul masalah baru.

Satu pukulan kuat melayang ke kepala Rudi, hingga tubuh pria itu ambruk dan mengalami kejang. Tanpa belas kasihan, Galen langsung meninggalkannya, keluar dari ruangan itu sambil menajamkan telinga, mendengar suara langkah dua orang itu semakin menggema yang artinya mengarah ke lantai atas.

Galen menyeringai. Dua orang pengintipnya baru saja melakukan kesalahan fatal. Galen jadi ingin mempermainkannya. Diketukkannya tongkat baseball-nya ke besi pegangan tangga hingga menimbulkan dentingan yang menggema di lorong.

Kakinya terus melangkah naik ke lantai 6, lantai teratas gedung itu. Menyusur ruang demi ruang dengan menggesekkan ujung tongkatnya ke dinding yang jelas membuat suasana semakin mencekam.

Semua ruangan yang ia lewati tampak kosong, tapi dari cahaya lampu yang redup, ia bisa melihat gesekan alas kaki membekas di lantai berdebu yang tengah dilewatinya. Ia ikuti jejak itu hingga membawanya ke sebuah ruangan.

Baru saja ia melewati gawang pintu, sebuah benda panjang mengayun ke arahnya. Reflek Galen melangkah mundur menghindari serangan itu.

Sudut bibirnya terangkat begitu melihat seorang gadis kini tengah mengacungkan gagang sapu ke arahnya dengan napas tersengal.

“Lo pikir bisa ngelawan gue pakai itu?” sindir Galen.

Kamila menatap tajam ke arahnya. Ada rasa takut yang mendera, tapi ia berusaha mempertahankan keberanian yang ia punya.

“Lo nggak akan bi--”

Belum sempat Galen menyelesaikan kalimatnya, Kamila lebih dulu menyerangnya. Nahasnya, Galen yang punya reflek lebih cepat mengayunkan pemukulnya ke gagang kayu Kamila hingga benda itu patah dan terlepas dari genggaman gadis itu.

Melihat itu, Kamila spontan bergerak mundur. Membuatnya semakin terjebak di dalam ruangan. Lelaki itu tak segan untuk menyerang. Meski sempat berhasil menghindar, tapi beberapa pukulan juga sukses mengenai tubuh hingga membuat Kamila meringis kesakitan.

My True Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang