That Night (3)

573 77 150
                                    


Adifa terkejut saat membuka pintu dan mendapati Mila kini berada di hadapannya.

“Kenapa?” tanya Adifa. Padahal baru beberapa jam lalu gadis itu pergi dari rumahnya, tapi sekarang ia kembali lagi dengan membawa sebuah tas di punggungnya. “Ada yang ketinggalan?”

“Bisa kita jalankan rencana itu dalam waktu dekat?” todong Mila tiba-tiba.

Adifa mengerutkan kening. “Why?”

Mila tak menjawab, seolah alasan di balik itu termasuk dalam hal pribadi yang tak boleh Adifa ketahui.

Persyaratan sialan!

Adifa menghembuskan napasnya seraya menggeleng tegas. “Rencana nggak bisa diubah seenaknya.” Lelaki itu memiringkan badannya yang berada di tengah-tengah pintu. “Masuk dan jelasin ke gue, kenapa lo balik lagi dan tiba-tiba minta ubah rencana?”

Gadis itu menurut tanpa banyak bicara.

“Lo kabur dari rumah?” tanya Adifa setelah Mila duduk di sofa ruang tengahnya dengan ransel yang ia tebak berisi beberapa potong pakaian ganti.

Mila hanya berdeham pendek. “Nggak ada yang mengharapkan keberadaan gue.”

Adifa memilih tak lagi bertanya. Itu ranah pribadi yang tak akan ia dapatkan jawabannya karena persyaratan di antara mereka. Ia lantas pergi ke dapur, membuka lemari pendingin, dan hanya menemukan air putih, juga sekotak susu pasteurisasi milik Ridan.

Letak dapur dan ruang tengah yang dibuat tanpa sekat membuat Adifa dapat melihat ke arah Mila. “Lo suka susu?”

Mila menyandarkan punggung dan kepalanya ke sandaran sofa. Tanpa menoleh ia berkata, “Asal nggak ada obat tidurnya.”

Adifa mengangkat alis tak mengerti, tapi tangannya tetap bergerak menuangkan sebagian susu ke dalam gelas. “Kenapa juga gue harus masukin obat tidur?”

“Ya buat bikin gue tidur.” Mila menjawab santai seraya menatap Adifa yang kini duduk di sebelahnya dan meletakkan gelas susu di hadapannya.

“So, what’s the matter?” tanya Adifa. “Kenapa balik lagi sambil bawa ransel? Lo kabur dari rumah dan mau numpang di sini?”

My True Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang