Tiga Puluh Empat

363 77 138
                                    

1428 kata, hmm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1428 kata, hmm....

...

Hampir 10 menit Ridan berdiri di depan rumah Moza. Ia sudah mencoba mengetuk pintu, menekan bel, bahkan menghubungi nomor gadis itu berkali-kali, tapi tetap tak mendapatkan jawaban.

Ia mulai dilanda cemas.

Setelah Moza sadar dari pingsannya, kondisi gadis itu tak terlihat baik. Selama sehari kemarin, Moza memang membalas pesan yang ia kirim setiap menanyakan kondisinya, tapi hari ini tak ada satu pun pesannya yang mendapat balasan. Ditambah lagi, Ridan belum melihat sosok Moza setelah mengantarkannya pulang dua hari lalu. Rasa kuatir ada sesuatu yang terjadi menggiringnya datang ke rumah gadis itu untuk sekedar mengecek keadaannya.

Ridan mendecak saat nada sambung panggilannya ke Moza lagi-lagi berakhir tanpa mendapat respon. Ia lantas mengeluarkan dompetnya dari saku celana. Diambilnya satu kartu yang terselip di antara isi dompet. Sepertinya Ridan harus mengaku pada Moza jika gertakan yang mengatakan jika dirinya mengetahui pass code pintu rumah gadis itu hanyalah sebuah kebohongan.

Malam pertemuan mereka--saat Moza meninggalkannya begitu saja di rumah sewanya--Ridan tak sengaja melihat kartu itu saat mencari alat tulis di dalam tas gadis itu. Ia sempat merasa aneh menemukan key card mengingat rumah yang ia datangi malam itu adalah rumah dengan mode kunci manual. Entah dorongan dari mana, Ridan mengambil benda itu tanpa izin untuk menjadikannya sebagai kenang-kenangan karena pernah bertemu gadis yang cukup menarik, dan siapa sangka jika key card itu akan berguna sekarang.

Ridan tak ada niat jahat, ia hanya ingin masuk, memastikan bahwa Moza tak lagi pingsan atau mengalami sesuatu membahayakan di dalam sana. Ia murni datang untuk mengecek keadaan gadis itu.

Ridan lantas menempelkan kartu akses ke gagang smartlock, lalu membukanya setelah mendengar denting kuncian terbuka.

"Za, lo di dalem?" tanya Ridan dari ambang pintu.

Tak ada jawaban. Kondisi di dalam rumah tampak sunyi dan gelap. Lampu di ruang tamu tak menyala, gorden masih tertutup padahal sudah tengah hari, hanya pantulan cahaya dari dapur dan celah jendela yang membuat Ridan masih bisa melihat isi rumah meski dalam keadaan remang.

Ia melangkah masuk lebih dalam, menuju satu kamar yang ia yakini menjadi kamar tidur Moza. Buku jarinya mengetuk pintu kamar sambil kembali memanggil nama Moza, tapi tetap tak ada sahutan.

Tangan Ridan menyentuh handle pintu, memutarnya, lalu melongokkan kepalanya ke dalam. Saat itu juga, rasa cemasnya luntur. Perasaan lega seketika memenuhi rongga dada saat melihat Moza tengah berbaring di atas tempat tidur.

Ridan melangkah masuk, mendekat, berjongkok di sebelah ranjang, lalu menatap wajah Moza yang sedang tertidur.

Napas gadis itu pelan dengan wajah yang terlihat tenang.

My True Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang