Perasaan yang aku sembunyikan dalam hati, tak seharusnya menjadi penghalang kebahagiaan
"Sepertinya memang sulit untuk mengatakan, tidak bahagia," timpal Bella sesaat setelah mendapatkan kebisuan Zahwa.
"Ini terlalu cepat dan aku benar-benar tidak tahu harus mengatakannya bagaimana? Tapi untuk saat ini kami baik-baik saja," balas Zahwa.
Tidak di pungkiri, walaupun menikah secara mendadak terlebih belum saling mengenal. Untuk saat ini Zahwa baik-baik saja. Masih normal seperti sebelumnya. Yang patut di syukuri juga, Hanan tidaklah buruk. Tidak seperti para suami yang ada di sinetron ikan terbang.
Masalah lainya, mungkin tentang perasaan cinta. Yang memang belum ada diantara mereka berdua.
"Syukurlah, setidaknya kehidupan mu tidak berubah," Kata Bella. Tatapannya kosong, tangannya mengaduk minuman di depannya dengan sedotan.
Zahwa mulai melihatnya dengan iba. Kakak sepupunya itu memang kurang beruntung dalam kehidupan rumah tangganya.
Sebelum menikah, dia tidak jauh beda dengan diri Zahwa. Kehidupan yang bisa di bilang berkecukupan, belum lagi paras cantik dan pintar. Banyak lamaran yang datang, kebanyakan dari keluarga ternama dan beberapa dari keluarga priyayi.
Tetapi, takdir berkata lain. Dia jatuh cinta dengan teman kuliahnya, seseorang yang terlewat biasa tetapi menurut Bella dia berbeda. Hah, memang benar, cinta itu buta.
Awalnya keluarga tidak begitu setuju. Tetapi melihat keseriusan Bella dalam membela lelaki itu membuat keluarganya luluh. Dan akhirnya, mereka mendapatkan doa restu. Mungkin mereka fikir, setelah menikah Bella masih bisa ikut orang tua. Setidaknya sampai lelaki yang sudah menjadi suaminya itu mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal. Tetapi tidak, ternyata dia harus ikut suaminya. Tinggal bersama mertuanya.
Mungkin semua mengira bahwa yang berhubungan tentang harta dan kesetaraan sosial adalah hal yang duniawi. Tapi, jika itu benar kenapa? Apa itu kesalahan?
Terkadang banyak orang yang menganggap orang kaya itu sombong, terlebih harus di hadapkan oleh orang yang syirik dan kurang mampu.
Pada kenyataannya, mereka yang terbiasa dengan kehidupan mewah dan mau berbaur dengan mereka yang biasa juga berusaha menyesuaikan. Entah itu tentang kebiasaannya, cara bicara, cara pandang, dan bahkan tentang status sosial.
Hal yang mungkin dianggap biasa tadinya, terlihat istimewa bagi orang lain.
"Kamu masih sering bertengkar dengan mertua mu?" tanya Zahwa tiba-tiba
Zahwa tidak akan memaksa diri Bella untuk bercerita, jika itu akan memberatkannya. Tapi, apa salahnya jika bertanya.Mungkin dengan sedikit meluapkan isi hatinya, beban hidupnya akan sedikit berkurang."Yah, mau bagaimana lagi. Aku seperti nya tidak cocok dengan sebutan menantu idaman," jawabnya dengan menyeringai. Seperti sudah hal biasa dia mengatakan kalimat itu.
Zahwa menatapnya nanar. Tidak ia sangka, di balik senyuman tersimpan luka yang dalam. Selama ini yang selalu Bella coba sembunyikan. Dia bahkan rela di pandang buruk oleh banyak orang, hanya untuk menutupi keburukan mertuanya.
"Apa aku salah, jika semua orang menyukainya dan hanya aku, satu orang yang membencinya?" tanya Bella tiba-tiba.
Matanya mulai berembun, namun cepat-cepat dia usap dengan tangannya. Mungkin ingatan tentang perilaku buruk yang terjadi kepadanya kembali terngiang di benaknya.
"Tidak, itu hal wajar. Kita juga manusia kan, yang juga perlu berbuat dosa. Terlihat baik terus hanya akan membuat seseorang merasa bangga pada dirinya sendiri. Bukan kah itu akan lebih buruk," jawab Zahwa enteng.
Dia mencoba menenangkan hati kakak sepupunya itu dari perasaan bersalah.
"Kamu benar, hahaha." Tiba-tiba Bella tertawa.
"Kenapa tiba-tiba kamu tertawa?" tanya Zahwa kaget, dengan suasana yang tadinya terlihat suram. Tiba-tiba menjadi riang hanya dengan tawanya.
"Aku ingin cerita! Beberapa hari yang lalu aku memasak sayur kelor untuk mertua ku. Terlebih bapak mertua ku sedang sakit." Terangnya antusias. Dia bercerita dengan binar bahagia. Zahwa mendengarnya dengan tersenyum bangga juga.
"Terus, setelah masak, aku menyajikan daun kelor tersebut dan memotret nya. Aku upload di sosial media. Kamu tau aku buat caption apa?" tanya Bella. Dia bersemangat sekali. Aku menjawab dengan menggelengkan kepala. Bella mengotak - atik ponselnya.
"Sayur kelor kesukaan mertua ku, ngomong-ngomong khasiat sayur kelor yang paling terkenal adalah mempermudah pencabutan nyawa!" Bella membaca caption pada salah satu feed sosial medianya.
"Haha!"
Seketika itu Zahwa ikut tertawa lepas, sampai banyak orang yang di sekitar melihat mereka berdua.
"Parah banget, kan aku, kalau orang berfikir positif mungkin aku di anggap memberikan informasi soal khasiat daun kelor saja. Tapi kebanyakan dari mereka menganggap aku memasak daun kelor itu untuk mempercepat kematian mertua ku. Hahaha," jelas Bella.
Dia terlihat senang sekali, seakan berhasil menjahili banyak orang.
Zahwa merebut ponsel di tangan Bella, dan melihat postingan daun kelor tersebut. Memang benar, kebanyakan dari mereka menghujat Bella. Bahkan mengatakan hal kotor."Kak, kamu sudah terbiasa sepertinya membaca komentar pahit seperti ini." Kata Zahwa. Aku masih fokus dengan ponsel Bella dan masih membaca-baca komentar di postingan kakak sepupunya itu.
"Itu sudah biasa, setidaknya mereka jujur dengan perkataannya. Toh, wajar kalau mereka berfikir seperti itu. Aku sendiri yang memancing opini negatif. Setidaknya tidak seperti mereka yang terlihat baik di depan, tetapi di belakang membicarakan. Apalagi kita tidak sengaja mendengarkan," jelas Bella.
Dia terlihat santai. Kehidupannya yang sekarang banyak mengajarkan dia tentang bagaimana menghadapi banyak orang. Berhubungan dengan seseorang yang sebelumnya tidak imbang dalam segala hal. Tapi itu bagus, dia terlihat lebih dewasa dan akhirnya dia tetap menjalaninya dengan suka cita.
"Yang terpenting dalam rumah tangga adalah kita dan pasangan kita tetap akur dan saling mengerti dan menghargai. Selebihnya anggap saja ujian kita. Nabi Muhammad saja di tentang oleh paman nya sendiri Abu Lhab. Nabi Yusuf, saudaranya sendirilah yang mencoba membunuhnya. Nabi Hud, bagaimana tidak menderita lagi. Anaknya Kan'an sama sekali tidak mengikuti ajarannya. Jika kita lihat dari kisah sebagian nabi, memang benar. Terkadang musuh paling berat adalah orang terdekat kita. Nabi yang utusan tuhan saja mendapatkan cobaan seperti itu apalagi kita yang hanya manusia hina," terang Bella.
Zahwa semakin bangga melihat kakak sepupunya itu. Dia jauh lebih dewasa dari terakhir mereka bertemu, waktu yang membuatnya lebih mengerti tentang hidup dan bagaimana harus menjalaninya. Terlebih mensyukuri kehidupan itu sendiri.
"Baiklah ustadzah, saya mengerti. Mari kita selesaikan makanannya," kata Zahwa.
Mereka berbincang panjang lebar, sampai melupakan makanan di depan kita masih tersisa. Zahwa bahkan sampai lupa tujuannya untuk menemani Bella. Ya, dia ingin menanyakan soal kotak biru itu. Bella, menjadi satu-satunya yang mengetahui tentang rahasia kotak biru itu.
"Oh, iya? Apa yang membuat mu ingin bertemu dengan ku seperti ini?" tanya Bella. Dia sangat peka, mengerti maksud tujuan Zahwa.
"Aku ingin bertanya soal mas Surya, Kak?" tanya Zahwa. Ada suara getir saat Zahwa menanyakan hal tersebut. Akhirnya nama yang beberapa hari ia tahan untuk tidak dia ungkapkan, kini keluar juga.
"Surya? Kekasihmu?" tanya Bella. Matanya membulat sempurna, ketika Zahwa menyebut nama itu.
Bella tahu segalanya tentang Zahwa dan sosok nama yang baru saja ia sebutkan. Dia lah, saksi hidup kisah mereka. Bella pula lah tali utama yang menyambungkan antara Zahwa dengan Surya. Bisa di katakan, dialah Mak comblang antara Zahwa dan Mas Surya.
"Sampai saat ini pun, Bella masih menyebut nama Mas Surya sebagai kekasihku. Padahal dia tahu, jika tidak seharusnya begitu. Kenyataannya adalah, aku kini sudah bersuami," geming Zahwa dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikahi Calon Ipar
RomanceMenikah secara mendadak bukanlah keinginan setiap orang. Tapi Zahwa dan Hanan harus mengalami itu semua. Sebab pernikahan mereka adalah wasit terakhir kedua orang tua mereka. Tidak saling mengenal, bahkan pertama kali bertemu mereka diminta oleh me...