Yang Dia Inginkan.

12 3 0
                                    

"Aku ingin tahu, soal Mas Surya, kak," ujar Zahwa.

"Maksudmu?"

"Iya. Selama ini aku memang berhubungan dengan dirinya. Tapi, kesalahanku adalah aku tidak pernah bertanya soal keluarganya. Rumahnya di mana, siapa saja yang ada di rumahnya, dia punya saudara atau tidak. Saat itu, aku merasa itu tidak terlalu penting. Tapi, sekarang, aku ingin mengetahuinya," jelas Zahwa.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Bella.

Dia sudah menumpuk ke dua tangannya secar bersilang di atas meja depannya.

"Aku rasa, dia juga ada hubungannya dengan keluarga suamiku," jawab Zahwa.

"Kok bisa?" tanya Bella. Dia mungkin berpikir jika Zahwa sedang mengada-ada.

"Entahlah. Tapi aku merasakan hal itu. Banyak kejadian yang aku rasa tidak bisa aku katakan kebetulan lagi."

"Memangnya, kejadian apa?"

Mereka semakin intens dengan pembicaraannya. Tidak sadar, jika suasana rumah makan itu sudah berangsur sepi. Tinggal beberapa orang, itupun kebanyakan datang bersama keluarga mereka.

"Kemarin, Mas Hanan meminta ku untuk membersihkan kamar kakaknya. Di bilang, jika kakaknya akan kembali dari study-nya, kamu tahu, dia study di mana? Di Cairo. Itu adalah kebetulan yang pertama_"

"Lantas apa yang membuat mu, berprasangka jika mereka ada hubungannya dengan Surya?" Potong Bella. Dia sudah buru-buru mengeluarkan argumentasinya.

"Dengarkan dulu. Aku belum selesai berbicara," sela Zahwa.

"Ok. Lanjutkan!"

"Kebetulan kedua, kamar kakak iparku, hampir sama persis dengan desain kamarku. Bahkan aku bisa menganggap itu kamar impianku. Kata mas Hanan, dia menyiapkan kamar itu untuk calon istrinya. Entah mengapa, aku merasa kamar itu memang di buat khusus untukku," tambah Zahwa lagi.

"Mungkin kau terlalu fanatik dengan desain kamar impianmu itu, sehingga membuatmu merasa jika kamar itu untukmu," sanggah Bella.

Zahwa bersyukur jika memang hal itu benar. Tapi, kenyataan terkahir lah yang semakin membuatnya menjamin bahwa itu bukan hanya kebetulan semata.

"Kebetulan ketiga adalah, di dalam kamar itu aku menemukan kota biru. Kotak yang sama yang aku berikan pada Mas Surya. Sekarang, bagaimana? Apa kamu masih menganggapku.  mengada-ada?" tanya Zahwa. Berharap kali ini sepupunya percaya dengan dirinya.

Bella diam. Hanya menatap, tapi jelas terlihat dia sedang berpikir.

"Jangan-jangan kakak iparmu adalah surya," ujar Bella.

Zahwa mulai tegang. Kekhawatirannya seakan di ungkapkan.

"Aku juga belum tahu Surya tinggal dimana, terlebih orang tuanya. Ada yang mengatakan dia itu orang biasa, karena dia tidak terlalu pilih-pilih dalam pergaulan. Soal penampilan dia juga tidak terlalu mencolok. Dia terkenal dengan kecerdasannya saja, di tambah katanya karena tampangnya," jelas Bella.

Selain satu angkatan, Surya juga menjadi salah satu teman satu kepengurusan saat di asrama kuliah dulu. Surya menjadi pengurus asrama putra dan Bella menjadi pengurus asrama putri.

Mereka cukup dekat, tetapi sebatas teman atau partner kerja. Sedangkan Zahwa, adalah adik tingkat mereka.

"Kalau memang mas Surya kakaknya mas Hanan. Aku harus bagaimana?" tanya Zahwa.

Ada perasaan ngilu dalam hatinya. Jantungnya mulai berlarian, tak menentu.

Membayangkan harus tinggal dengan dua orang lelaki. Yang satu adalah suaminya dan satu adalah kekasihnya yang kini menjadi kakak iparnya.

Menikahi Calon Ipar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang