Bab 30: Yang Harus di telan.

16 1 0
                                    


"Aku akan telpon mas Surya. Kamu temani mereka," kata Hanan setelah Zahwa menyajikan minuman kepada mereka satu persatu.

Zahwa meringis, tidak setuju. Tapi Hanan melotot. Menandakan kalau dia tidak boleh menolak. Hanan beranjak pergi, beralasan mengambil ponsel dan ingin menghubungi Surya.

"Sebenarnya ada apa? Kenapa kamu ada di rumah Surya? Apa kalian sudah nikah? Tapi kok kamu seperti malah dekat dengan Hanan? Terus di mana Surya?" tanya Mujib beruntun, agak pelan takut Hanan mendengar.

Para teman lainnya juga menunggu jawaban Zahwa. Mereka terlihat terpaku menunggu penjelasan Zahwa.

Zahwa merasa tegang karena ini kali pertama dia harus menceritakan pernikahan kepada orang lain selain keluarganya. Terlebih mereka adalah teman Surya dan lagi kakak angkatnya.
Berfikir, setelah ini akan ada banyak lagi yang akan mengetahui soal pernikahannya. Akan mengkhawatirkan lagi jika teman-temannya tahu kalau dia menikah bukan dengan Surya tetapi hanan, adiknya. Jawaban apa yang harus dia berikan. Bagaimana kalau nanti akhirnya Hanan tahu soal dirinya dan kakaknya.

"Zahwa, cepat ceritakan kepada kami. Sebelum Hanan datang," desak Mujib. Seperti dia yang paling antusias ingin mendengarkan kisah yang sebenarnya.

"Aku sekarang istrinya mas Hanan," Kata Zahwa. Membuat beberapa orang di depannya terkejut dan terbengong seakan tidak percaya.

"Kok bisa? Maksudku bagaimana ceritanya?" tanya sebagian dari mereka berbarengan.

"Sepertinya mas Surya tidak bisa di hubungi," kata Hanan, dia tiba-tiba sudah ada di berada di antara mereka.

"Oh, coba aku hubungi," Sela Zahwa dia mengambil ponsel dari saku gamis yang dia kenakan.

Dia menekan nomer Surya di ponselnya. Nomer yang tanpa di simpan pun bisa di hafal nya luar kepala.

"Kau hafal nomer kak Surya?" tanya Hanan.

Zahwa kaget, baru sadar kalau Hanan sedang memperhatikan dirinya.

"Itu mah gampang, nomer Surya itu nomer cantik. Aku saja bisa menghafalnya dengan satu dengar," kata Mujib dengan segera dia menyebutkan urutan nomer ponsel Surya. Agar Hanan tidak curiga dan bertanya lagi.

Zahwa melirik Mujib.Dari sorotan matanya dia mengatakan terima kasih kepada dirinya.

Nomer Surya memang tidak tersambung. Beberapa kali Zahwa menghubungi tapi tetap saja nihil, tidak ada jawaban.

"Tidak ada jawaban juga," kata Zahwa dengan menggeleng.

"Mungkin sedang ingin sendiri, kasihan dia," lontar dari salah satu dari mereka.
Membuat sebagian temannya melototi dirinya. Dia menutup mulutnya, karena keceplosan.

"Hehehehe, mungkin dia gak betah di rumah. Karena meratapi nasibnya, karena adiknya menikah duluan," lanjut dia dengan cengengesan.

Zahwa bernafas lega, teman yang lainnya juga. Hanya Hanan yang terlihat percaya begitu saja.

"Kalau begitu, kami langsung pamit saja. Takut mengganggu pengantin baru," pamit Mujib mewakili teman-temannya.
Zahwa dan Hanan saling berpandangan. Terlihat salah tingkah.

"Tidak apa-apa kok. Di sini saja, mungkin saja sebentar lagi Mas Surya datang," cegah Zahwa.

Tidak enak juga kalau sudah jauh-jauh di ke sini tetapi harus pergi begitu cepat. Lagipula mereka juga temannya.

"Tidak, kami kira tadi Surya ada di rumah. Tanpa mengabari dan langsung ke sini. Sebenarnya ada acara makan - makan, biasalah ngumpul-ngumpul di rumah Dion. Karena Surya baru saja balik ke Indonesia. Aku pikir langsung mengajaknya tidak apa-apa. Tapi ternyata dia tidak ada di rumah," jelas Mujib.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menikahi Calon Ipar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang