Episode 1

2.7K 150 22
                                    

"Dehan benar-benar gak habis pikir dengan keputusan Mama!! Orang tua macam apa yang tega memaksa nikah anaknya di usia sekolah begini!!"

"Mama malas berdebat, Dehan."

"Ck..!! Dasar orang tua aneh!"

"Dehan!!!"

"Makanya jangan egois begini, Mah!"

"Cukup, Dehan! Mama punya alasan logis atas pernikahan ini."

"What?! Alasan logis?! Alasan logis apanya, Mah?! Dipaksa menikah dengan gadis panti asuhan, itu yang Mama bilang logis?!"

"Mah! Dehan mungkin masih bisa terima perjodohan ini kalau calon istrinya dari kalangan Ning, atau paling enggaknya santriwati. Tapi ini, seorang lulusan SMA yang besar di panti asuhan. Apa sebenarnya maksud Mama, ha?!"

"Sekali lagi Mama perjelas, Mama punya alasan logis atas pernikahan ini. Mau tidak mau, suka tidak suka, kamu harus tetap menjalaninya!"

"Alasan logis apa sih maksud Mama?! Yang ada nanti Dehan malah tertular penyakit menjijikkan dari perempuan itu! Mama tau kan kehidupan di panti asuhan itu bagaimana, kurang layak, buangan!"

"Astaghfirullah! Jaga cara bicara kamu Dehan, kamu itu seorang santri, tidak seharusnya tutur kata kamu begitu! Capek-capek kami menyekolahkan kamu di pesantren, tata cara berbicara pun kamu tidak pandai!"

"Ck..! Semua tergantung situasi, Mah."

"Yang jelas, Dehan gak bakalan mau menikah dengan gadis panti asuhan semacam itu! Kalau kalian tetap maksa Dehan nikah, tolong sediakan calon yang lebih layak!"

"Dehan,..!!"

"Apa Mah?! Apa?! Jangankan menikah dengannya, bertemu dengannya saja Dehan jijik, gak sudi!"

"Astaghfirullah, Nak! Salah apa Mama sama Papa dalam membesarkan kamu sehingga kamu menjadi kurang ajar seperti ini. Asal kamu tau Dehan, kita semua sama di mata Tuhan, sama-sama penyembah atas dirinya."

"Oh, Mama tau, kamu merasa lebih tinggi kan karena hidup di atas gelimangan harta Mama sama Papa sehingga kamu memandang rendah gadis baik seperti Nesa hanya karena dia besar di panti asuhan. Kamu salah Dehan, Nesa bukan gadis panti seperti  yang kamu bayangkan, dia cantik, dia pintar. Dan yang paling penting, dia sopan dan lembut, serta berpikiran dewasa juga."

"Gadis panti tetaplah gadis panti."

"Cukup, Dehan! Mama malas berdebat dengan manusia batu seperti kamu, keras! Yang jelas, kamu tidak punya pilihan lain selain tetap harus menjalani pernikahan ini!"

"Mah! Dehan udah punya pil...."

"Silahkan tinggalkan rumah ini kalau kamu tetap menentang!"

"Allahu Akhbar, Mah! Gak bisa gin..."

"Mama capek, Mama mau istirahat. Silahkan ajak Papa kamu berdebat kalau kamu memang mau berdebat. Dan semoga kamu menang."

Vote dan Komen, ya! Setidaknya komen "next"

Bukan Santri IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang