Episode 21

754 76 12
                                    

"Gak enak banguninnya, tapi gak mungkin dia tidur disini. Aku juga takut ke kamar atas sendirian. Ah, bodo amat. Bawa ajalah ke kamar."

Yang benar saja, untuk pertama kalinya Dehan menggendong istrinya setelah mereka menikah.

"Lah, kok ringan banget sih. Berasa lagi ngangkat guling,"

Terdengar Dehan mengoceh sendiri saat sedang menaiki tangga dengan menggendong istrinya ala bridal style.

Begitu pulasnya Nesya tertidur, hingga mereka sampai di kamar pun ia belum terbangun juga. Ini memang karena merasa nyaman atau bagaimana? ... Ekhem.

Setibanya di ruang kamar, dengan segera Dehan menidurkan Nesya di atas ranjang. Takut juga sebenarnya jika Nesya tiba-tiba terbangun. Huh, bakal dikemanakan wajahnya, pikirnya.

"Syukur deh gak sempat bang...,"

"Aw...,"

Dehan tiba-tiba terpekik dengan posisi membungkuk di hadapan Nesya yang sedang tertidur, rupanya kancing bajunya tersangkut di rambut Nesya yang tak sengaja keluar dari jilbab sarungnya sewaktu digendong tadi.

"Ebuset! Kancing kurang asem, jangan main-main ya,"

Dehan mendumel heboh sendirian. Raut wajahnya bahkan sudah mulai memancarkan aura kepanikan. Jelas saja ia panik, orang gengsinya setinggi langit.

Dehan lanjut memutar pelan kancing bajunya yang terbelit di rambut Nesya, berharap segera bisa meloloskannya. Namun sepertinya akan sulit, harus digunting dulu. Masalahnya, dimana ia bisa mendapatkan gunting jika satu langkah pun ia tidak bisa bergerak lagi. Bahkan saking dekatnya, wajah mereka hampir bertemu satu sama lain sekarang.

Sebenarnya bisa saja ia menariknya kasar, tapi takut Nesya terbangun dan malah berpikiran lain, benaknya.

Srep...,

Yang ditakutkannya pun terjadi.

Mata Nesya tiba-tiba membelalak luar biasa menyaksikan pemandangan di hadapannya.

"HAH?!!" Dehan panik setengah mati, bersamaan dengan yang menarik kasar kancing bajunya dari rambut Nesya.

"Aaaaw...," susul teriak Nesya kesakitan, dan dengan reflek memegangi bagian kepalanya yang sakit ulah tarikan.

Dehan sontak panik kalang kabut, ia menariknya tanpa sadar sepenuhnya. Karena terlalu syok mungkin sehingga langsung tarik paksa saja.

"Eh..Eh, Nes. A-aku gak seng...,"

"Dehan, ka-kamu mau ngapain tadi?"

"Eh, sumpah...sumpah! Aku gak maksud apa-apa tadi, kancing baju aku cuma nyangkut di rambut kamu."

"Ke-kenapa git...,"

"Eh, jangan mikir lain! Aku tadi emang gendong kamu dari dapur, tapi itu biar aku ada teman aja di kamar ini, ka-kamu kan tau aku penakut. Mau bangunin gak enak, makanya langsung bawa aja."

Tampak Nesya menggaruk bingung kepalanya yang tak gatal sama sekali, "Oh, gi-gitu ternyata," ucapnya menyesuaikan saja, walau sebenarnya dalam hatinya bergemuruh rasa luar biasa.

"Ka-kamu udah makan?" sambungnya mencoba mematah kecanggungan.

"Be-belum, aku mau mandi dulu," balas Dehan tak menentu, wajahnya bahkan terlihat sedikit pucat. Hm, bisa ya orang seangkuh dia jadi pemalu gini.

"Yaudah, silahkan mandi dulu. Baru nanti lanjut makan," tanggap Nesya dengan gelagat yang sudah kembali santai, tak lagi panik seperti tadi.

"Temani!"

Bukan Santri IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang