Episode 28

770 81 8
                                    

Siutttt,

Mobil mewah Dehan dan Nesya memarkir di sebuah bangunan yang di depannya berplakat Panti Asuhan.

Ya, mereka sudah tiba di panti untuk menghadiri acara yang Ustadz Ilham bilang sedari kemarin.

Tanpa tunggu lama, pasangan suami istri muda itu langsung turun dari mobil.

"Kakak,"

"Kakak,"

"Kakak,"

Segerombolan anak kecil berlari mengerumuni Nesya dan Dehan. Namun anehnya, mereka semua berrebut untuk memeluk Dehan.

"Hah--! Nesyaaaa!"

Wajah Dehan sontak dilanda kepanikan luar biasa. Tentu saja, karena kebanyakan dari anak-anak itu sangat kumel, bahkan ada yang tidak memakai baju, serta ada juga yang membawa-bawa makanan di tangannya. Lalu dengan riangnya memeluk Dehan beramai-ramai, seperti sudah akrab saja.

"Nesyaaaa," panggilnya lagi sudah hampir menangis. Sepertinya ia memang tidak terlalu suka dengan anak kecil, terlebih dia adalah anak tunggal di keluarganya.

"Heh, kalian minggir. Gak boleh gitu sama orang yang baru datang," akhirnya Nesya buka suara juga.

"Kalian jangan bandel, hei. Nanti kakak aduin sama ibu, mau?" lanjut Nesya sampai mengancam.

Setelah diancam, barulah mereka melepaskan pelukan dari Dehan.

"Ini suami kakak Eca kan?" salah satu dari anak-anak itu bertanya.

Raut wajah Nesya langsung menjadi tak karuan, "I-iya, ini suami kakak," jawabnya malah grogi.

"Kami mau ajak dia main," serentak anak-anak itu dengan riang.

"Boleh, tapi nanti. Sekarang mau istirahat dulu bentar karena baru sampai, masih capek," jawaban tak disangka-sangka keluar dari mulut Dehan. Tidak ada keangkuhan yang hampir tiap hari ia perlihatkan ke orang-orang dekatnya, termasuk istri dan ketiga sahabatnya.

"Okee, abang," serentak riang dan bersemangat dari anak-anak itu.

Kemudian tanpa disuruh, mereka semua langsung pergi menjauh. Membiarkan Nesya dan Dehan melanjutkan urusannya dulu.

"Ayo," Nesya juga turut melangkah, meninggalkan Dehan yang masih berdiri mematung di tempatnya.

"Nesyaaaa," panggilnya heboh kemudian.

Tentu saja Nesya menoleh terperanjat, "Ada apa, hei?!"

"Eum," Dehan menaikkan tangan kanannya, memaksudkan supaya Nesya menggandengnya, mungkin.

Nesya tak paham, dan mengernyit bingung, "Kenapa, Han?"

"Tolong pegang tangan aku," ucap Dehan dengan wajah datarnya.

"Hah?!" tawa tertahan langsung tergambar di wajah cantik Nesya.

"Kamu yakin mau dipegang?" lanjutnya dengan perasaan senang yang disembunyikan.

"Iya, cepatlah. Nanti aku tersesat, gimana coba?" Dehan bahkan memasang bibir mengerucut.

Tanpa tunggu lama, Nesya pun berjalan menghampiri suaminya yang tertinggal beberapa langkah di belakang.

"Ayo, masuk," ucapnya tersenyum, seraya menggenggam erat jemari suaminya.

Tak berapa lama berjalan, mereka pun sampai di sebuah ruangan. Dan selama berjalan tadi, Dehan sibuk senyum tak menentu.

Di ruangan itu, sudah ada seorang ibu paruh baya yang menyambut mereka, serta ada Ustadz Ilham juga disitu.

"Nak Nesya, kalian sudah sampai," sambut si ibu terlihat riang.

Bukan Santri IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang