Selesai makan di kantin rumah sakit, Ali dan Nesya beranjak kembali menuju ruang rawat Dehan.
"Eh, bentar lagi Mama Dehan kesini," celetuk Ali sambil fokus dengan hp di tangannya.
Nesya sontak menatap kaget Ali yang berjalan di sebelahnya, "Mama?"
"Iya, sengaja aku kabari tadi," jawab Ali sumringah, sembari menyimpan kembali hp-nya.
Nesya tak bersuara lagi, ia hanya mengangguk tanda paham.
Asik mengobrol, tak terasa mereka tiba di depan ruang rawat Dehan.
"Ayo masuk, Nes," ajak Ali sengaja, karena merasa situasi di dalam masih belum enak.
Nesya tampak bereaksi aneh, "Eum, kamu duluan aja ya Al. Aku mau ke toilet dulu bentar."
"Oh, yaudah kalau gitu Nes. Nanti kamu nyusul ya," tanggap Ali merasa anteng-anteng saja.
"Pasti, ini bentar doang," ucap Nesya menyesuaikan.
Setelah itu Ali pun masuk ke dalam ruangan. Dan benar saja, masih ada Nenek sihir itu disana, sedang duduk di sebelah Dehan asik mengobrol. Sedangkan Fares dan Aziz tertidur pulas di lantai sudut ruangan.
"Dari mana, Al?" Dehan menyapa Ali yang baru masuk.
Jangankan menjawab, menoleh pun Ali tak sudi. Dia mengabaikan Dehan begitu saja, dan lanjut menghampiri dua temannya yang tertidur di sudut ruangan.
Sementara di depan ruangan, ada Nesya yang duduk melamun di bangku tunggu. Sedang apa dia disana, padahal katanya ingin ke toilet tadi.
"Semoga Mama segera datang," kalimat itu terdengar jelas diucap Nesya, walau volumenya kecil.
Taph ... Taph,
Suara langkah kaki yang semakin mendekat ke arah Nesya.
Ya ampun benar saja, itu Mama Dehan ternyata. Ucapan Nesya barusan benar-benar langsung diijabah.
"Nesya," panggil Mama Dehan yang yang kini sudah berada di hadapan Nesya.
Nesya mendongak terkejut, rupanya ia tidak melihatnya barusan, "Mama?!" lirihnya benar-benar tak menyangka.
"Loh Nak, kamu ngapain di luar gini sendirian?" tentu saja Mama Dehan tak enak dengan pemandangan itu.
"Eh, enggak kok Mah. Nesya lagi pengen nyari udara segar aja. Lagian teman Dehan banyak berdatangan di dalam, makanya Nesya agak canggung di sana,"
"Mama silahkan masuk aja, Alhamdulillah Dehan udah mulai baikan," sambung Nesya dengan senyum tersembunyi di hatinya.
"Oh begitu ternyata, tapi gimana kalau kita masuk bareng aja Nes?"
"Sebenarnya Nesya baru aja keluar dari dalam Mah, belum sampe Nesya duduk 5 menit disini," ucap Nesya entah kenapa berbohong.
Namun Mama Dehan percaya-percaya saja apa kata Nesya, "Yasudah, kalau gitu Mama masuk dulu ya."
"Iya Mah, silahkan," tanggap Nesya dengan senyum sekilas di wajahnya, entah kenapa juga senyuman itu tampak berbeda.
Fares dan Aziz sudah dibangunkan Ali dari tidurnya, dan sekarang waktunya mereka ingin berpamitan pulang. Sedangkan Dehan dan Karina masih asik mengobrol juga sedari tadi.
Ceklek....,
Pintu tiba-tiba terbuka, menampakkan wajah Mama Dehan dari baliknya.
Srep....,
Semua pandangan langsung menuju ke arah pintu.
"Mama," lirih Dehan pelan. Seketika wajahnya kepanikan, seperti maling yang tertangkap basah saja.
"Dehan Sayang, kamu gak apa-ap....,"
Kalimat Mama Dehan terhenti saat melihat pemandangan di hadapannya. Ya, di sebelah putranya ada wanita asing yang sedang menjagainya.
"Mampus!" serentak Ali, Aziz, dan Fares. Sebegitu senangnya melihat Dehan dipergoki Mamanya sendiri.
"Apa-apaan ini, Dehan!" seketika Mama Dehan tampak begitu murka.
"Mah, Dehan bisa jela....,"
"Anak-anak, tolong tinggalkan Dehan sendirian dulu di kamar ini," Mamanya langsung memotong ucapan Dehan.
"Baik, Tante," sahut Ali, dan langsung membawa keluar dua temannya.
Sedangkan Karina mematung saja di tempat duduknya, sembari sesekali melihat Dehan. Pastinya berharap jika Dehan bisa menyelamatkannya.
"Kamu juga tolong keluar sebentar," ketus Mama Dehan terkesan arogan.
Akhirnya Karina keluar juga dari ruangan itu. Hm, sedikit tak tahu malu memang.
Saat semua orang itu keluar, anehnya mereka tak mendapti Nesya di depan ruangan. Kemana lagi perginya dia.
Sementara di dalam ruangan, mata Mama Dehan menyorot tajam ke arahnya.
"Ternyata begini selama ini kelakuan kamu terhadap Nesya, habis kamu bakal Mama laporin ke Papa kamu!"
Wajah Dehan benar-benar terlihat ketakutan, "Mah, tadi gak seperti yang Mama lihat. Karina datang cuma buat jenguk aku, gak leb....,"
"Iya benar, cuma jenguk! Sampai-sampai istri kamu sendiri canggung buat masuk ke dalam ruangan ini. Tapi Mama rasa Nesya bukan merasa canggung sebenranya, melainkan jijik sama tingkah laku kamu!"
"Kok Mama keterlaluan banget sih sama anak sendiri."
"Mama gak akan pernah mau membela orang yang benar-benar salah."
"Yaudahlah terserah Mama aja."
"Habis kamu Dehan berurusan sama Papa kamu, kamu tau sendiri kan sepenting apa sosok Nesya baginya. Bukan cuma Papa kamu, Mama juga sama."
"Mah, tolong jangan egois gini kenapa."
"Hah?! Jangan egois kata kamu?! Sadar Dehan, kamu sendiri yang egois. Pokoknya malam ini juga bakal Mama laporin semua kelakuan kamu ini sama Papa."
"Mah," lirih Dehan tiba-tiba dengan suara yang begitu prustasi.
Namun Mamanya sedikit pun tak menjawab, bahkan enggan menatap Dehan.
"Mah, tolong jangan laporin ke Papa. Dehan janji bakal berubah," seketika mata Dehan berkaca-kaca, benar-benar menyesal atau hanya pura-pura saja?
Mendengar penuturan Dehan, hati Mamanya melunak sedikit. Dan langsung menatap Dehan yang berbicara barusan, "Kamu yakin Mama bisa pegang omongan ini?"
"I-Iya Mah, Dehan janji bakal berubah."
"Oke kalau begitu, Mama tunggu perubahannya. Tapi kalau masih belum berubah juga, siap-siap berurusan sama Papa kamu."
Dehan tak lagi menjawab, ia hanya menunduk dengan wajahnya yang kusut. Sepertinya ia memang tak tulus.
Vote dan Komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Santri Idaman
Teen FictionKetika santri tampan berkelakuan angkuh dijodohkan dengan gadis lugu lulusan SMA yang dibesarkan di panti asuhan. Bagaimana kiri-kira akhir kisah pasangan suami istri ini? Akan kah tumbuh rasa di antara mereka, atau malah perceraian yang menyapa? St...