Setelah bernego sana para geboy dan ngasih pesan biar tiga bestie-nya itu nggak mabok duluan, Rena akhirnya nyeret Joshua biar pulang.
Ya monmaap masalahnya Joshua yang lagi mabuk malah meracau nggak jelas. Seenak udel manggil Rena baby, sayang, dan apa lah. Belum lagi suara si oknum bersangkutan persis kayak merengek dan kedengaran mesra banget.
Rena sendiri sampai merinding. Suer. Bukan cuma para geboy saja (terutama Aleya) yang merasa jijik. Rena juga sama.
Lagi, daripada Joshua malah bikin masalah atau salah-salah ngobrak-abrik bar karena nggak sadar, ada baiknya Rena memang langsung sigap nyeret makhluk satu itu biar langsung otw pulang.
Kan kalau sampai betulan bikin ulah merugikan sekitar, bisa berabe dunia. Siapa yang bakal disalahkan?
Sudah jelas Rena. Orang Joshua meranyaunya juga memanggil-manggil nama Rena. Mana ada tuh memanggil si lontay Nami?
Dibantu Aleya yang memang tenaganya setara Rena, mereka berdua, dengan doa dan dukungan Lisa-Kifa, akhirnya berhasil nyeret Joshua ke mobil waktu itu. Rena awalnya mau mendudukkan Joshua di kursi depan sebelahnya. Jaga-jaga kalau terjadi sesuatu. Namun, Aleya dengan ganas ngelempar cowok itu ke kursi belakang sampai Joshua nyungsep ke jok.
Yah daripada nggak dibantu sama sekali.
Sekarang Rena lagi nyetir ke apartemen mereka. Lima menit lagi harusnya sudah sampai.
"Ugh ... Sayang?" Joshua masih meranyau di kursi belakang.
Rena yang dari bar tadi udah emosi langsung nimpuk Joshua sama kotak tisu. "SAYANG PALA LO. Noh bini lo ke mana pas kayak gini? Butuhnya kalau meki minta disodok doang. Lonte emang."
Joshua mengerang. "Marah-marah mulu."
"Mirih-mirih mili." Rena mencebik sambil mutar setir. "Lo juga ngapain minum-minum sendiri, kunyuk!? Mana boong lagi lu. Bilangnya mau nemenin bini lo, eeeh, malah ke bar. Mall sama bar, monmaap, beda tempat ye."
"Iya, Sayang. Iyaaa." Tangan Joshua terangkat dan mengayun-ayun di udara. Seolah lagi ngasih syarat biar Rena berhenti ngoceh.
Rena langsung memeragakan gerakan muntah dengan ekspresi patut dikasih chef's kiss a.k.a on point. Kalau perlu Oscar sekalian. "Bilang lagi, siap-siap gue dorong lo dari lantai atas gedung apartemen."
Untungnya malam ini lagi nggak terlalu macet. Jadinya Rena sampai dengan mulus ke tujuan sesuai perkiraan. Bersamaan juga Joshua berhenti meranyau.
Rena menguping ke arah belakang lalu menoleh. Mastiin kalau-kalau Joshua death di tengah perjalanan karena sehabis meranyau, eh, malah senyap mingkem diam. Dengkuran halus dari si yang dilihat bikin Rena jadi fokus lagi ke jalan.
Belok kanan dan mereka sudah sampai di area parkir apartemen. Rena markir mobil di parking spot kayak biasa. Diliriknya Joshua yang teler di belakang. Sudah kebayang gimana susahnya menyeret manusia satu itu sampai ke apartemen si empu.
Yaaa sebenarnya Rena sanggup, atau lebih pasnya disanggup-sanggupin. Namun, kayaknya dia bakal ngos-ngosan berat sampai persis kayak orang sesak napas kalau maksain diri dan kehendak. Walhasil, dia keluar dulu dari mobil.
Begitu ngelihat ada satpam, Rena langsung melambaikan tangan dan berseru keras-keras. "PAAAAK! ADA MAKHLUK MABOK!"
Lambaiannya bahkan lebih kenceng dari tukang parkir pesawat. Saking nyaringnya Rena berteriak, satpam langsung cuuuus setengah berlari datang menghampiri dia.
"Pak Asep, itu di jok belakang si Joshua teler. Saya lagi lunglai letoy lesu mlehoy. Bisa minta tolong bantu nyeret ke apartemen dia?" Rena nunjuk pintu belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fuck Up the Friendship
Romansa[minors do not interact 🔞] Perkenalkan: Renata. Terakhir pacaran lima tahun yang lalu. Alasan putus? Well, klise tapi membekas sampai sekarang: diselingkuhi. Ogah pacaran karena trauma diselingkuhi, tapi bertekad punya pacar yang setia akhir-akhir...