9.Keenakan

856 83 20
                                    

"Kenapa kecil sekali? Mana kamar tidurnya?" desah Wendy, tak bisa menahan untuk mengeluhkan ketidakpuasan tentang tempat tinggal barunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kecil sekali? Mana kamar tidurnya?" desah Wendy, tak bisa menahan untuk mengeluhkan ketidakpuasan tentang tempat tinggal barunya.

Hidup dalam gelimang harta selama dua puluh lima tahun, memang tak semudah membalikkan telapak tangan, untuk berdamai dengan keadaan yang sama sekali berbeda. Jungkir-balik nasib yang sangat curam, mau tak mau harus dijalani.

Chanyeol hanya bisa menghela napas dalam. Sifat Wendy memang tidak mudah diterka. Apalagi saat emosinya tidak stabil seperti sekarang.

Belum jelas perasaan apakah yang mendorong dirinya untuk peduli pada gadis itu. Mungkin untuk saat ini hanya sebatas kasihan dan khawatir. Kalau sampai hati mengabaikannya pun tidak akan tenang, terus kepikiran. Jadi, Chanyeol putuskan untuk 'menampung' Wendy. Entah sampai kapan, ia pun belum tahu. Lihat saja situasi ke depannya.

Wendy melangkah lebih dalam, garis bibirnya semakin menurun, tanda kekecewaan yang tak bisa disembunyikan.

Tak ada tempat khusus untuk kamar tidur. Hanya ada satu ruangan dengan ukuran 5×5 meter persegi. Mau tidak mau, ruangan sempit itu difungsikan untuk segalanya.

Tapi, untungnya, untuk dapur dan kamar mandi ada tempat tersendiri. Namun, lagi-lagi tak membuat Wendy puas, karena sempit sekali. Apalagi kamar mandinya, hanya seukuran 1×1 meter persegi. Closet, shower, wastafel, harus berhimpitan, berbagi tempat di tempat sempit itu.

Melihat mimik Wendy terus menampakkan raut tidak senang, kesabaran Chanyeol mulai terkikis.

"Kenapa? Tidak puas? Sewa saja apartemen mewah di Gangnam atau Hongdae! Aku tidak akan memaksamu untuk tinggal di sini. Kenapa kamu belum sadar juga, sudah untung aku mau menampungmu, tidak terlunta-lunta di jalan."

Ucapan Chanyeol terdengar sinis, kembali menyayat hati Wendy.

"Jadi ini isi hatimu yang sebenarnya? Kamu puas bukan, melihatku terpuruk seperti ini?" Emosi Wendy mulai terpancing. Seperti membangunkan macan tidur. Sudah tahu Wendy sedang dirundung masalah, malah terus dipojokkan. Alhasil, serangan balik pun tak bisa dihindari.

".... Kamu pikir, aku tidak berani hidup di luar? Aku tidak terima dengan kata-katamu yang selalu memojokkanku, seolah aku ini manusia paling payah dan tak berguna di muka bumi. Kamu semakin berani merendahkanku, karena sekarang aku sudah jatuh miskin, iya kan?!" Mata Wendy mulai memanas, menatap tajam Park Chanyeol.

Terdorong emosi, tak banyak berpikir lagi, Wendy menenteng kopernya, meninggalkan ruangan itu.

"Yakk! Tadi kan kamu yang mulai! Kenapa jadi kamu yang marah!" teriak Chanyeol.

Wendy sama sekali tak memedulikannya, langkahnya semakin cepat.

"Malam sudah larut! Banyak pria mabuk berkeliaran!" Chanyeol kembali memperingatkannya.

Langkah Wendy tertahan di tangga. Lututnya kembali lemas, duduk terhenyak. Cairan bening kembali berjatuhan di pelupuk mata.

"Kenapa Mama meninggalkanku di saat seperti ini? Apa Mama benci padaku? Aku tidak sanggup hidup dengan si Jutek itu. Dia menyebalkan. Kadang lembut, kadang kasar. Tak bisakah memberiku waktu untuk menyesuaikan keadaan, ini sama sekali tidak mudah untuk dijalani." Wendy bermonolog dalam tangisnya.

Annoying Princess (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang