_⌜11⌟_

16 8 1
                                    

Ruangan ekskul seni kedatangan tamu dari pengurus OSIS ketika jadwal ekskul dimulai. Ketua ekskul seni juga sudah terbiasa dengan kedatangan orang-orang secara tiba-tiba seperti itu. Padahal sebelumnya ruangan ekskul seni adalah ruangan yang hangat dan nyaman, tapi berbeda jika sudah ada pengurus OSIS atau guru yang bukan Pembina ekskul yang masuk. Seolah mereka merubah suasana mereka, merasa teritori mereka diganggu.

Ketua ekskul seni, Ricky, sedang berbicara dengan pengurus OSIS seksi minat bakat kesenian dan olahraga, Dhafa dan Ananta. Dhafa merupakan murid kelas sebelas yang sudah pasti mengenal Ricky, sedangkan Ananta adalah murid kelas sepuluh yang sudah pasti mengenal Tora. Namun suasana itu benar-benar berubah ketika mereka berbicara.

"Untuk laporan bulan ini, pengeluaran ekskul hanya untuk membeli beberapa kanvas dan cat air yang baru karena kemarin udah habis. Ini pencatatan dan bukti pengeluaran. Sisa uang masih dipegang sama pembina kami. Dan untuk beberapa pengeluaran dari uang kas kami, itu enggak ada hubungannya sama dana yang dikasih sekolah," jelas Ricky sembari memberikan buku laporan yang panjang pada Dhafa.

Dhafa membaca buku itu sejenak, kemudian kembali menutupnya. "Untuk prestasi ekskul, apa yang sudah kalian lakukan?"

Satu anggota ekskul sangat ingin memukul Dhafa setelah mendengar itu, apalagi murid-murid kelas 11 dan 12. Namun tangan Ricky menahan murid itu sehingga tidak ada perkelahian yang terjadi.

"Aku kemarin juara tiga lukis cat minyak seprovinsi. Naila juga juara satu lukis cat air tingkat nasional. Semuanya udah kami catat di laporan. Kalau enggak salah membaca itu tingkat dasar, Dap, kecuali kalau kamu buta, baru bisa nanya tentang itu ke aku. Yah, tapi kamu juga bawa anggota lain, jadi bisa nanya ke dia," balas Ricky dengan senyuman yang menandakan ia cukup kesal juga dengan perlakuan Dhafa.

"Kalau begitu kami ke ekskul lain dulu." Kalimat itu mengakhiri percakapan mereka. Ricky menutup pintu ruangan dan kembali ke perkumpulan anggota yang lain.

"Walaupun kalian kesal, kalian enggak mungkin main tangan sama anak OSIS, aku enggak maksud itu ke kamu, Tor, karena kami tau sifat kamu kayak gimana, tapi buat anggota OSIS kayak tadi, kalian cuman perlu balas pake kata-kata. Sekarang balik kerjain tugas kalian."

Tujuh anggota ekskul seni itu kini kembali ke kursi mereka, tepat kanvas tengah berdiri di atas sandaran kayu dengan modelnya adalah aquarium dan ikan emas di dalamnya.

Kegiatan ekskul dilakukan dengan mengundi ide-ide yang dimasukkan ke dalam kotak, dengan begitu mereka bisa menentukan tema, model, dan tempat untuk melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Mengundi undian itu ide dari ketua ekskul sebelumnya, supaya ekskul seni terasa lebih nyaman tanpa perlu memaksakan sesuatu dengan sistem yang sudah ada. Tentu saja, ketua ekskul selanjutnya bisa melakukan tindakan yang berbeda untuk menjalani kegiatan ekskul, hanya saja tindakan itu seperti sudah jadi hal yang menyenangkan untuk ekskul seni sehingga mereka tidak menganti sistem kegiatan.

"Sebenarnya kamu sendiri kenapa gabung ke ekskul seni, Tor?" Kalimat tersebut adalah pembuka percakapan antara Ricky dengan Tora setelah ekskul selesai.

Tersisa mereka berdua di ruangan seni, Ricky selalu pulang paling akhir karena harus membuat lapora dan mengemasi alat yang tersisa. Sedangkan Tora masih menyelesaikan lukisannya tadi.

Tora menoleh, kemudian kembali menatap lukisannya. "Mungkin karena ekskul ini yang paling aman? Enggak juga, sih, tapi mungkin aku suka seni dikit. Jadi lebih milih ke sini daripada harus ikut ekskul yang berhubungan sama pelajaran lagi. Mumet."

"Yang kayak kamu tau, ekskul ini isinya cuma delapan anggota tetap yang sampai ikut kegiatan. Sisanya, dua belas orang itu cuma numpang nama. Sekadar bergabung tanpa ikut kegiatan. Bagi mereka ekskul ini cuma buat penambah nilai." Ricky terdiam, ia memberikan satu minuman botol dari kotak penyimpanan minuman milik ekskul pada Tora.

Student Council ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang