_⌜30⌟_

22 4 0
                                    

"Surat keputusan Kepala SMA Wina Dharma, nomor 28, tahun 2019 tentang pelantikan ketua dan wakil ketua OSIS periode 2019/2020. Dengan ini melantik, siswa kita, Wira Setya Effendy sebagai ketua OSIS periode 2019/2020 dan Yuna Amelia sebagai wakil ketua OSIS periode 2099/2020."

Keheningan siswa ketika menatap serah terima jabatan ketua OSIS periode sebelumnya pada periode selanjutnya seolah menjadi kejadian yang tidak akan pernah mereka lihat kembali. Bendera merah putih serta bendera OSIS di bawa ke lapangan, dari Adam dan Dea lantas diserahkan pada Wira dan Yuna. Kedua bendera itu ditegakkan di depan ulu hati, lantas bersumpah atas perjanjian yang terikat dan diucapkan oleh pihak pertama dan pihak kedua.

Seperti kata Tora, Wira dan Yuna benar-benar memenangkan pemilihan dan beda tipis dengan pasangan saudara kembar, Ananda dan Ananta. Tidak ada yang memperdebatkan hasil akhirnya dan berakhir setuju saja dengan data yang valid.

Setelah upacara selesai, pasangan ketua OSIS yang baru itu sibuk menerima berbagai macam saran serta kritikan untuk OSIS ke depannya. Adam dan Dea juga sama. Mereka berempat tidak luput dari perhatian para guru walaupun sudah tidak terikat lagi dengan OSIS secara resmi.

"Kayaknya aku belum pernah nanya ini ke Kakak. Kenapa Kakak gamau jadi wakilnya Bang Adam?"

Di sisi lain, di bawah pohon mangga, Tora dan Mona memperhatikan keempat orang tersebut dari sana. Keduanya belum berminat kembali ke kelas ataupun membeli jajanan di kantin setelah upacara selesai.

Mona menatap adik kelasnya sebentar kemudian pandangannya kembali ke Adam. "Soalnya aku enggak bakal tahan sama dia. Beasiswa ataupun voli, kedua itu cuma alasan biar Adam nyerah minta aku sebagai wakilnya, soalnya aku masih punya banyak waktu luang setelahnya. Aku pikir, kalau jadi wakilnya aku enggak bakal tahan sama Adam. Habisnya, enggak ada yang bisa nebak isi pikirannya, kan?"

"Enggak salah, sih."

Mona tertawa renyah. "Kamu kenapa kayak kecewa gitu?"

"Mungkin karena kupikir Kakak sama Bang Adam tuh cocok kalau jadi ketua sama wakil. Otak dan fisik main. Jadi bisa aja kayak periode Bang Yoshua sama Bang Brian pas jadi ketos, kan?"

Kali ini Mona tertawa keras. "Kamu, tuh, mikir OSIS kayak gimana, sih? Emang, sih, kalau OSIS itu organisasi formal, tapi bukan berarti harus kayak gitu banget. Kita di sini sama-sama belajar, ketos kalau salah aja perlu diingatin, anggotanya juga sama. Kalau mainnya kekerasan atau marah-marah, itu namanya enggak menghargai sesama murid. Makanya jadi ketos itu berat, pikiran dan tindakan kita harus seimbang."

Bukan salah Tora ia jadi berpikiran demikian. Sejak ia mengenal Bima dan perbedaan dengan jelas tentang tingkatan kelas, ia merasa OSIS juga perlu lebih tegas daripada yang biasanya. Akan tetapi, Mona juga tidak salah. Semua hanya bermasalah pada individu itu sendiri.

"Kakak balik kelas duluan, ya!" Mona berdiri dari tempatnya ketika melihat Adam berjalan ke arahnya.

"Ah, kalau kamu mau minta saran ke kami, boleh, loh. Bukan berarti kami enggak akan main sama kalian lagi. Duluan, Tor!"

Tora tersenyum lantas mengangguk. "Makasih banyak, Kak!"

Mona benar-benar menjadi kakak kelas kesukaannya.

***

OSIS melakukan pembersihan anggota dan membuat seluruh anggota dimuat ulang. Baik sekretaris, bendahara, serta setiap seksi, tidak ada lagi yang mengisi jabatannya. Wira membuat pendaftaran anggota OSIS terbaru dan membiarkan Eddy mewawancara setiap anggota. Pria paruh baya itu setuju dengan ide Wira sehingga setiap wawancara berjalan dengan lancar.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat kalian memutuskan menjadi anggota OSIS!" Kira-kira kalimat seperti itu yang membuat beberapa murid kembali mencoba mendaftar sebagai anggota OSIS.

Selain itu, beberapa sistem serta peraturan juga dilakukan pembenahan, membuang peraturan yang tidak berhubungan langsung dengan OSIS dan menggantinya dengan lebih baik. Membuat OSIS tahun 2019/2020 dikenal sebagai revolusi OSIS era terbaru.

Tora kembali mendaftar sebagai anggota OSIS karena kewajiban sebagai penerima beasiswa. Ia memilih seksi budi pekerti dan sosial, Eddy juga menyarankannya untuk mengambil seksi tersebut. Tidak ada masalah setelahnya, walaupun Tora ditegur untuk kenaikan nilai di semester berikutnya.

Yoshua dan Brian meminta maaf atas kesalahpahaman yang mereka dapat dan bicarakan, terlebih keduanya juga berbicara dengan Jeremy dan Yura. Keempat orang itu menyelesaikan kesalahpahaman di antara keduanya.

"Btw ketos tahun ini terlalu semangat, ye. Semuanya dibenahi," ujar gadis berambut ikal sembari mengulurkan lidahnya di akhir kalimat.

"Biasalah. Pak Eddy lebih keras dari yang dia pikirin. Jadi bentar-bentar dipanggil, di suruh ke sana ke mari," balas Tora santai.

"Seenggaknya biar jadi bukti nyata, loh, Kak." Wira mendengkus kesal mendengar sindiran tersebut. Tora tidak salah, ia justru merasa kaget dengan Eddy yang berbeda dari masa ia masih menjadi anggota OSIS. Dengan berbagai macam keluhan dan wejangan ia jadi harus bolak-balik ke sana ke mari mengurus ini itu.

"Eh, iya, yang kemarin jadi anggota Burung Hantu diapain?"

Pandangan mereka tertuju pada Adam yang baru saja duduk di sebelah Mona.

Wira menghela napas kasar mengingat bagaimana Eddy cukup keras memarahi murid-murid tersebut. "Setelah dimarahin enggak ada diapa-apain lagi setelahnya. Karena jadi Burung Hantu juga bukan pengennya mereka, kan? Makanya Pak Eddy cuma ngasih mereka wejangan, supaya melaporkan kegiatan tersembunyi kayak gitu."

Keempat orang itu hanya mengangguk mengerti. Dalam satu tahun berlalu, berbagai kejadian mengelilingi mereka, membuat tiap individu terpaksa mengerti dengan berbgai macam teori yang ada. Mungkin sekolah yang mereka anggap sebenarnya adalah musuh untuk mereka sendiri. Entah nilai, pestasi non akademik, dan sikap bisa mempengaruhi apa saja di kehidupan bersekolah mereka.

Sekolah itu menjadi tempat pertaruhan yang sesungguhnya bagi mereka yang bersekolah di Wina Dharma. Mau harga diri, martabat, peringkat, maupun kelas. Setiap siswa punya ambisinya sendiri.

Apa yang terjadi pada Rangga adalah pelajaran untuk seluruh siswa, bukan sekedar OSIS saja, oleh karena itu, pembenahan OSIS menjadi salah satu tujuan Wira. Dengan segala yang telah terjadi, Wira berharap setiap individu bisa mempertimbangkan sikap yang mereka lakukan.

"Saya pribadi berpikir, bukan hanya OSIS yang bertanggung jawab atas kedamaian sekolah, Pak. Memang benar, di misi yang saya ucapkan, akan membuat lingkungan belajar yang tenang, damai, dan aman untuk seluruh warga sekolah Wina Dharma, tetapi bukan berarti tanggung jawab itu ada di saya sepenuhnya, Pak. Tanggung jawab itu ada pada seluruh orang di sekolah ini. Meskipun saya menerapkan prinsip berjaga dan seksi keisiplinan dan norma menerapkannya, tetapi jika satu individu tidak bisa menerapkannya maka misi itu akan gagal, Pak."

Wira terdiam sejenak. Beberapa waktu lalu, tepatnya ketika Ia baru saja selesai dilantik, percakapan empat mata terjadi ketika istirahat tiba. Sama ketika Adam dan Dea datang ke ruangan sarana prasarana, membahas masalah OSIS dengan Eddy.

"Ke depannya, OSIS di Wina Dharma memang akan memerlukan ketua yang kompeten demi terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan."

Kalimat tersebut menutup percakapannya dengan pembina OSIS yang baru.

***
~Tamat~

Student Council ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang