Waktu benar-benar berlalu dengan cepat. Bagi Adam, rasanya ia baru saja dilantik sebagai ketua OSIS kemarin, tetapi sekarang ia sudah harus menyerahkan jabatannya pada ketua OSIS yang baru segera.
Beberapa pasang mata siswa tertuju pada tiga pasang calon ketua OSIS yang akan mereka pilih nantinya. Ketiga pasangan itu tengah menyampaikan visi misi mereka sebelum akhirnya kertas kecil dibagikan untuk memilih ketua OSIS periode selanjutnya.
Wira dan Yuna berada di nomor urut ketiga dan Wira sedang mengucapkan misinya yang terakhir jika terpilih menjadi ketua OSIS nantinya. Setelah selesai, ia mengucapkan salam lantas menyerahkan kembali mikrofon kepada Mona selaku sekretaris OSIS yang membawa acara.
"Terima kasih terhadap tiga calon yang telah menyampaikan visi misinya. Baiklah, tanpa memperpanjang waktu, marilah kita lanjutkan acara untuk memilih ketua OSIS periode 2019/2020. Kepada anggota OSIS, harap dibantu membagikan kertasnya."
Lembaran kertas HVS kecil berukuran 2x4 senti mulai dibagikan. Lantas beberapa anggota OSIS berdiri di beberapa tempat dengan kotak di tangan mereka untuk menampung hasil dari pemilihan. Ada sekitar sembilan ratus siswa di Wina Dharma dengan jumlah guru pengajar sekitar lima puluhan. Siswa ataupun pengajar yang tidak datang hitungannya adalah putih, dianggap tidak memilih siapa pun dan menerima siapa saja yang akan terpilih nantinya.
Sebelum para calon mengatakan kembali visi misi mereka, terdapat keluhan dari beberapa murid yang sudah diterima langsung oleh Eddy. Adam turut mendengarkan keluh kesah tersebut. Beberapa di antaranya adalah anggota OSIS yang masih dianggap mengganggu ketika upacara bendera berlangsung atau ketika kegiatan belajar mengajar saat pengumpulan donasi untuk keluarga yang tengah berduka. Selain itu, keluhannya sudah diteka duluan oleh Eddy sehingga tidak ada lagi keluhan yang masuk. Tentunya Adam dan ketiga calon tersebut mendapatkan peringatan keras oleh para guru hingga akhirnya kegiatan pemilihan ketua OSIS periode berikutnya dilanjutkan.
Sekitar lima belas menit, kertas kembali dikumpulkan oleh panitia dan perhitungan pemilihan dimulai.
***
Tora menatap sepasang calon ketua OSIS di hadapannya itu. Tidak ada yang terlihat tenang di antara mereka berdua. Belum ada pemberitahuan siapa pemenang dari pemilihan sejak jam sembilan pagi tadi. Mona sibuk bersama anggota lain menghitung hasilnya, sedangkan Adam 'melarikan diri' ke kantin untuk istirahat.
Belakangan itu, sosok ketua OSIS sibuk mempersiapakan kegiatan ini. Kegiatan yang satu-satunya tidak diserahkan secara langsung pada seksi acara. Mulai dari tanggal, barang, dan tempat, Adam harus mempersiapkannya sendiri meskipun ia bebas menunjuk beberapa anggotanya untuk membantu dirinya.
"Omong-omong soal terpilih nanti, aku harap kalian berdua benar-benar melakukan visi dan misi sesuai dengan ucapan kalian di demonstrasi tadi", ujar Adam saat ia beberapa kali mengecek ponsel pintarnya.
"Dari rapat evaluasi beberapa waktu lalu, kalian pasti udah bisa nebak Pak Eddy itu orangnya kayak gimana. Jadi, kalau misal ada satu misi aja yang enggak bisa kalian selesaikan, kalian pasti akan dikecam dan dapat peringatan keras dari dia. Mana kalian punya misi buat nge-restart seluruh anggota OSIS, kerjanya pasti lebih ribet dari yang kalian duga. Terlebih, aku enggak bakal bisa bantu kalian lagi nanti dan Pak Eddy pasti bakal selalu ngawasin kalian," tambahnya kemudian memasukkan ponsel pintarnya ke dalam saku.
"Untuk Tora, mungkin kamu bisa berhenti dari seksi kedisiplinan dan norma. Karena sebelumnya kamu bilang masuk ke seksi itu cuma untuk membuktikan kalau murid dari kelas C, D, serta E bisa lebih baik. Kamu bisa memilih seksi yang lebih cocok untuk kamu."
Pemuda itu terdiam sejenak, menatap ketiga adik kelasnya itu. Dalam hitungan bulan ia akan berada di kelas 12 dan tidak akan terlibat di OSIS dalam kasus apa pun, ia sudah bertekad. Akan tetapi, ia juga tidak ingin membiarkan adik kelasnya itu bingung dengan sistem baru di OSIS sejak naiknya Eddy sebagai pembina OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Student Council ✅
Ficção AdolescenteTora tidak menyangka, jika menjadi anggota OSIS di SMA Wina Dharma justru menjadi sakelar terburuk yang pernah ia hidupkan. Demi mempertahankan beasiswanya, ia terpaksa menjadi anggota OSIS di sekolah elit dengan berbagai jenis murid di dalamnya. T...