_⌜20⌟_

12 5 0
                                    

Acara dimulai ketika kepala sekolah memberikan kata sambutan pada para tamu yang hadir. Acara pembuka lantas berlangsung, dengan tarian dan penampilan bakat dari ekskul-ekskul yang ada. Para anggota OSIS yang ada mulai melaksanakan tugas mereka sesuai dari rapat yang telah diadakan. Mulai dari pengurusan program acara, lomba, dan lainnya.

Hari pertama hanya sebatas acara pembuka dengan menampilkan beberapa penampilan bakat serta lomba yang sudah diatur sedemikian rupa oleh para guru penanggung jawab. Murid kelas 11 dan 10 tengah menikmati acara tersebut, mendatangi booth milik kelas 12 ataupun mengikuti serangkaian acara di aula.

"Emang, ya, kalau kita udah lulus, tuh, sekolah jadi lebih bagus." Jeremy melipat kedua tangannya ketika ia sampai di aula sekolah dan duduk di kursi yang berdekatan dengan pintu. Di sebelahnya sudah ada Yura yang menggunakan masker serta kacamata. Dua orang itu saling berbicara tanpa mengkhawatirkan hal lain.

Sebenarnya Yura tidak memiliki niat untuk datang kembali ke Wina Dharma sejak mundurnya ia dari jabatan ketua OSIS dan kasus kematian sahabatnya. Namun, ia sangat ingin tahu tentang masalah yang ia dengar dari Jeremy tempo hari lalu. Tentang bagaimana Pembina OSIS, Maya, dikambinghitamkan dengan OSIS. Lalu Jeremy juga mengajaknya melihat-lihat kegiatan murid kelas 12 untuk relaksasi.

"Kamu ke sini buat apa, sih, Jer?"

Jeremy menoleh dengan senyuman lebarnya yang menempel di wajah. "Buat cari tau rumor yang beredar sama jajan, sih."

Yura mendengkus kesal. Harusnya ia ingat bagaimana sifat Jeremy yang sebenarnya. Tidak pernah fokus pada satu hal dan terlalu mengangap remeh sesuatu. Padahal dirinya hanya ingin cepat-cepat pergi saja daripada harus bertemu dengan guru-guru yang sempat mengajarnya dahulu.

"Lagian kamu kelewat khawatir, Yur. Kita udah banyak berubah, paling yang sadar sama kita cuma satu-dua orang doang," ujar Jeremy ketika ia menatap gadis di sebelahnya bolak-balik melihat ke arah lain.

"Itu, kan, menurut kamu. Menurutku beda lagi. Walaupun kamu ngecat rambut, ganti style, dan segala macam yang bikin kamu, mereka bakal ingat kamu kalau mereka punya ingatan tajem sama mata yang jeli." Gadis itu menjawab kesal. Seharusnya ia tidak mengikuti Jeremy, begitu pikirnya.

"Hahaha. Yah, kalua mereka ingat mau gimana lagi, kan? Toh, mereka enggak amnesia barengan."

Yura memutar bola matanya, ia benar-benar malas melayani Jeremy sekarang. Ia sudah mengatakan pada Yuna jika ia akan pergi ke acara sekolahnya dan Yuna sama sekali tidak keberatan. Malahan adiknya itu sangat senang dan berharap bisa makan bersama dan mengelilingi booth murid kelas 12 bersama.

"Btw, nanti aku mau ngobrol sama adiknya Rangga. Kamu mau ikut?"

Yura menoleh. Rasa kesalnya menghilang ketika mendengar nama Rangga. Remaja itu mungkin memang sudah tidak ada, tetapi adiknya tetap menjalani hidupnya. Yura melupakan itu.

Yura mengangguk. "Bukannya dia OSIS? Sibuk enggak, ya?"

Jeremy tertawa renyah. "Paling pas istirahat siang enggak."

Serangkaian acara mulai berlalu. Tidak ada hal yang ditakutkan Adam terjadi. Sosok yang ia takutkan pun tidak terlihat di mana pun. Pembina OSIS sibuk berbicara dengan guru lainnya. Penanggung jawab acara sibuk mencari anggota OSIS yang bisa ia mintai tolong. Sedangkan Mona sibuk membantu murid kelas 12 di labor dan Ricky sibuk di aula, menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang muncul atas lukisan besar yang terpajang saat acara penampilan bakat anggota ekskul.

Tepat ketika matahari di atas kepala, orang-orang mulai pergi menuju tempat makan, atau sekedar membeli makanan yang terjual di area sekolah. Acara akan berlanjut ketika pukul satu siang nanti.

Student Council ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang