[Budayakan follow sebelum membaca, karena bakal ada privat secara acak.]
Baca selagi belum unpublish revisi🥰
Alfarezel Khairul Azmi, meskipun dunianya sedang tidak baik-baik saja, dia tidak pernah mengeluh ke siapapun, dan salah satu alasannya yait...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Farel bersandar pada sebuah pohon yang letaknya berhadapan langsung dengan danau nan indah. Danau biru yang dihiasi dengan suara kicauan burung-burung sungguh bisa menyejukkan hati yang sedang kacau.
Farel menyalakan ponselnya dan membuka aplikasi chat, matanya tertuju pada grup chat yang dulunya tidak pernah sepi karena isinya pembahasan random namun sangat berkesan, tapi sekarang sepi bagaikan kuburan waktu malam hari.
Beberapa menit kemudian secara satu persatu Raya dan Patrick meninggalkan grup chat tersebut tanpa ada pembicaraan dahulu.
🐇Rawrrr🐇
Patrick keluar
Raya keluar
Farel mematikan ponselnya dan menaruhnya kembali ke saku celananya. Farel secara perlahan memaksakan senyumannya yang seakan sulit terbentuk, dia kemudian perlahan mengangkat tangan kanannya ke puncak kepalanya, lalu menepuk-nepuk puncak kepalanya dengan lembut, "nggak papa ya, semangaatttt!!!" Ucap Farel untuk mendoktrin pikirannya.
🐱🐱🐱
Keesokannya saat di sekolah semua terasa sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Tidak ada lagi canda tawa yang menghiasi atmosfer sekolah tersebut, semua bagi Farel terasa flat.
Kursi di sebelah Farel yang dulunya di huni oleh sosok yang mampu menghiasi saat badai, tetapi kini sudah tidak berpenghuni. Bangku Raya yang tempatnya tepat di depan Farel pun juga ikut kosong, bangku yang selalu berbalik menghadap ke arah Farel kini tidak melakukan hal yang sama lagi.
Patrick dan Raya seperti sengaja menghindar dari Farel, mereka bertingkah seolah-olah tidak pernah saling mengenal, bahkan kini mereka memilih untuk pindah tempat duduk.
Sepulang sekolah seperti biasa Farel harus menjalankan kewajibannya untuk mengajari Tanisha. Farel mengesampingkan masalah-masalahnya agar tidak mempengaruhi performanya, Farel merupakan sosok yang bisa mengubah topengnya kapanpun dia butuhkan.
Saat menuju ke rumah Tanisha, Farel merasa seperti ada yang mengganjal, Farel tidak menghiraukan hal itu, dia terus melanjutkan perjalanannya ke rumah Tanisha.
🐱🐱🐱
"Nah untuk persoalan ini kita bisa menggunakan rumus ini, kemudian hasil yang didapatkan ini kita masukkan dengan rumus ini, dan..." Farel mematung sejenak karena merasa tidak nyaman, Tanisha yang berada di samping Farel secara perlahan makin mendekatinya. "Apakah kamu mendengarkan?" Tanya Farel.
"I-iya" jawab Tanisha gelagapan.
"Bisakah Nisha mengingat rumus ini? Yang satu ini sangat penting loh," tanya Farel.
"Aku masih gak bisa, kak, bisakah ajari lagi?" Jawab Tanisha.
"Oke mulai dari awal, jika Nisha melihat persoalan ini, temukan nilai ini, kan? Dan kemudian bawa untuk menghitung dengan rumus ini, kemudian..." Farel terhenti kembali karena wajah Tanisha makin mendekati wajah Farel. "Nisha!" Seru Farel.
Tanisha tertunduk, "maaf kak, gue mau jujur kalau gue udah menyimpan rasa suka dengan kakak udah lama banget, apa kakak juga begitu?" Jelas Nisha.
"Hentikan kebodohan mu itu, Nis. Jangan jatuh hati padaku, kumohon."
"Tapi kak—"
"Udah, Nis, udah. Umurmu masih terlampau muda, jadi jangan dulu berurusan dengan cinta-cintaan, apalagi bentar lagi sudah mau menghadapi Ujian Sekolah." Jelas Farel.
Seperti arti namanya yakni ambisi, Tanisha memiliki ambisi, ambisi yang besar untuk mencapai apa yang dia inginkan. Tidak peduli apa yang dia lakukan, yang terpenting baginya yakni apa yang dia inginkan bisa tercapai. Jika yang dia inginkan tidak bisa tercapai, maka hal bejat pun bisa dia lakukan.
Tanisha mendorong badan Farel dengan sangat kuat hingga membuat Farel terdorong ke lantai keramik, dengan sigap Tanisha pun langsung mendekati Farel. Dia mendekatkan bibirnya untuk hendak mencium Farel, Farel yang masih syok hanya bisa terdiam tanpa memberontak. Tanisha pun melangsungkan ciumannya tepat pada bibir lembut Farel.
Beberapa detik kemudian ada suara gelas pecah yang suaranya tidak jauh dari posisi Farel dan Tanisha. Pandangan mereka dua pun langsung teralihkan pada sumber suara tersebut. Betapa terkejutnya Farel, ternyata yang menjatuhkan gelas tersebut adalah ibunya Tanisha, Farel dan Tanisha pun segera berdiri. Ibu Tanisha melihat semuanya, wajahnya seketika memerah, dia dengan cepat mendekati Farel.
"Plakk" sebuah tamparan keras mendarat di pipi sebelah kanan Farel.
Farel memegang pipi kanannya yang terasa sangat panas, dia kemudian menoleh pada ibunya Tanisha, "Ma—maaf tante, ini salah paham, Farel bisa jelasin semuanya," ucap Farel meyakinkan ibunya Tanisha.
"Udah jelas-jelas saya melihatnya langsung, dan kamu masih mau ngelak, hah?" Ucap ibunya Tanisha dengan suara mulai meninggi.
"Tante, aku bisa jelasin semuanya, tolong beri aku kesempatan, tolong, tante."
"Security" panggil ibunya Tanisha, dengan cepat dua security datang menghadapnya. "Tolong bawa anak ini ke kantor polisi, segera! Nanti saya segera menyusul!" Suruh ibu Tanisha pada kedua security tersebut. Mereka berdua pun membawa Farel menggunakan mobil, Farel terus memberontak tetapi itu tidak ada gunanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gimana dengan bab ini?
Kalau suka dengan cerita ini, boleh dong di vote, komen dan share ke teman-teman tersayangnya🥰
Boleh feedback-nya? https://secreto.site/id/a8n9t1