[Budayakan follow sebelum membaca, karena bakal ada privat secara acak.]
Baca selagi belum unpublish revisi🥰
Alfarezel Khairul Azmi, meskipun dunianya sedang tidak baik-baik saja, dia tidak pernah mengeluh ke siapapun, dan salah satu alasannya yait...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Haloo, ini siapa?" Tanya Yoga.
"Kalau mau pacar lu selamat cepat datang kemari," ancam pria tersebut dari balik telepon.
"Tut tut..." telpon di matikan sepihak oleh orang tersebut.
"Lu apain pacar gue! Heh anj!"
Beberapa detik kemudian ada pesan masuk yang isinya adalah sebuah alamat. Yoga tanpa berpikir panjang lagi langsung pergi menuju alamat tersebut.
🐱🐱🐱
Yoga memasuki sebuah gudang kosong yang sudah lama tidak berpenghuni, dari raut wajahnya nampak sedang menahan amarahnya, "mana Lina! Mana Lina anj! Awas lu lu pada macam-macam sama dia, gua habisin lu semua!" Seru Yoga dengan emosi yang meluap-luap.
"Itu," ucap salah satu pria tersebut sambil menunjuk pada seorang wanita yang tidak lain adalah Lina, keadaan Lina sekarang yakni tangannya diikat kebelakang dan mulutnya di lakban.
"Linaaaaa," teriak Yoga.
"Jangan mendekat kalau mau dia selamat!" Ancam pria tersebut.
"Mau kalian apa, hah?" Tanya Yoga dengan suara meninggi.
"Bayar hutang-hutang bapaklu!"
"Iya nanti pasti gue bayar!"
"Sekarang! Gada nanti-nanti, dalam hitungan 3 gada uangnya, pacar lu bakal gue tembak!" Ancam pria tersebut sambil menodongkan pistol ke arah Lina.
"3"
Pria satunya memegang tangan Yoga, agar dia tidak kemana-mana "Lepaskan Lina!" Yoga hanya bisa memberontak, tidak ada cara lain yang bisa dia gunakan.
"2, ayo ucapkan selamat tinggal pada gadis cantik ini hahahaha"
Yoga meneteskan air mata, "Lina maafin gue, maafin gue."
"1"
Dorrr
Yoga menutup matanya, dia tak mampu melihatnya secara langsung. Beberapa detik kemudian Yoga menguatkan hatinya untuk memberanikan dirinya membuka mata. Dia kemudian membuka matanya secara perlahan, betapa terkejutnya Yoga ternyata pelurunya tidak mengenai Lina, melainkan mengenai bahu kiri seorang pria yang tidak asing baginya.
"Fareeellllll" teriak Lina sangat keras. Lakban yang menutupi mulutnya seketika terlepas karena teriakannya begitu kencang.
"Arghhhhh," Farel meringis kesakitan sambil memegangi bahu kirinya dengan tangan kanannya.
"Tolol! Kenapa lu ikut campur!" Seru Yoga.
Farel menoleh ke Yoga, "lu teman aku Ga, nggak mungkin aku diam aja," ujar Farel. Farel kemudian menatap lekat wajah para dept colector tersebut, "oh ya aku udah dengar semuanya, berapa sisa hutangnya, hah?" Tanya Farel.